Lebih dari setengah pekerja Afrika berkiprah di bidang pertanian; namun infrastruktur yang buruk, peralatan yang tidak memadai, dan kurangnya investasi telah membuat sebagian besar pertanian skala kecil di benua tersebut harus berjuang ekstra keras agar bisa memberi makan populasi yang terus bertambah (CNN, 18 Oktober 2019). Untunglah sekarang serangkaian solusi teknologi muncul dari berbagai penjuru benua itu yang ditujukan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut.
Pemanfaatan drone
Di Ghana, perusahaan Acquahmeyer menyewakan drone yang dimanfaatkan para petani skala kecil untuk memeriksa kondisi tanaman dan menggunakan pestisida hanya di zona yang memang membutuhkannya, hal itu terbukti menekan polusi dan resiko kesehatan.
"Selama ini hasil pertanian Ghana tidak bisa dipasarkan di Uni Eropa karena adanya residu pestisida pada buah dan sayurannya."Ujar kepala operasi perusahaan Kenneth A Nelson.
Pemakaian drone memungkinkan petani untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman lalu menentukan area pertanaman yang harus disemprot sehingga pemakaian bahan kimia pembasmi hama/penyakit dapat ditekan serendah mungkin.
Pada beberapa kasus pemakaian pestisida menurun sampai 50 persen. Hal itu membuat para petani lebih mudah memenuhi ketentuan ekspor hasil pertanian yang ditentukan oleh uni Eropa.
Acquahmeyer kini bekerjasama dengan 8000 petani di Ghana yang membayar sewa drone senilai USD 5-10 per 0,4 hektar lahan sebanyak kira-kira 6 kali setahun untuk mengamati kondisi tanah-tanaman dan melakukan penyemprotan pestisida.Â
Setiap drone butuh biaya perakitan antara USD 5,000 -- 15,000 dan mampu menyemprot lahan seluas 4000 hektar setahun. Perusahaan itu juga melatih warga setempat untuk menjadi pilot dan teknisi reparasi drone dengan tujuan menarik lebih banyak klien sekaligus menciptakan lapangan kerja.
Pertanian kawasan kota
Di Uganda, pengembangan wilayah perkotaan dituding telah melahap kawasan pertanian, padahal kebutuhan akan makanan akibat pertumbuhan populasi sudah sedemikian tinggi.Â
Lebih dari 1,6 juta warga tinggal di ibukota Kampala, yang menurut PBB, jumlah penduduk penderita kekurangan gizinya terus meningkat. Beberapa penduduk kota berupaya mengatasi masalah itu dengan menanam sendiri bahan makanan mereka dan menjualnya juga.