Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Belajar Setengah Senyum Agar Panjang Umur

17 Oktober 2019   14:12 Diperbarui: 18 Oktober 2019   05:22 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gali sisi positif dari setiap kesulitan agar kita bisa optimis dan panjang umur (doc.quicnanddirtytips.com/ed.Wahyuni)

Sebuah studi dalam Proceeding of National Academy of Sciences menemukan bahwa orang dengan tingkat optimisme yang lebih tinggi memiliki rentang hidup yang lebih lama. Peluang mereka untuk hidup sampai di atas usia 85 tahun juga lebih besar. 

Para peneliti, sebagaimana dilansir oleh Harvard Health Publishing (16/10), menyimpulkan hal tersebut berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari dua studi dengan populasi besar, yaitu sekitar 70.000 wanita dari Nurses' Health Study dan sekitar 1.400 pria dari Veterans Affairs Norming Aging Study.

Nurses' Health Study menggunakan perangkat dari Tes Orientasi Kehidupan untuk menilai optimisme. Studinya dilakukan dengan meminta responden untuk menilai tingkat persetujuan mereka terhadap beberapa pernyataan tentang optimisme. 

Sementara Norming Aging Study mengandalkan Skala Optimisme-Pesimisme yang  diberikan sebagai bagian dari penilaian kepribadian. Skala ini meneliti penjelasan positif dan negatif yang diberikan oleh responden untuk berbagai peristiwa dalam hidup mereka.

Bagi responden pria maupun wanita, tingkat optimisme yang lebih tinggi dikaitkan dengan rentang hidup yang lebih lama dan 'umur panjang yang luar biasa' yang didefinisikan oleh para peneliti sebagai bertahan hidup hingga 85 tahun. 

Studi ini dilakukan dengan melakukan perbandingan antara kelompok berkondisi fisik kronis (seperti hipertensi atau kolesterol tinggi) dan perilaku kesehatan (seperti merokok atau menggunakan alkohol) dengan kelompok yang tidak memiliki kedua kondisi tersebut untuk mendapatkan hasil seobyektif mungkin.

Terlepas apakah seseorang secara alamiah optimistik atau tidak, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk bersikap optimis.

* Membingkai ulang situasi. Ketika beberapa orang menghadapi kesulitan, mereka cenderung hanya melihat aspek negatif dari situasi dan menganggap aspek-aspek tersebut tidak dapat diubah. Saatnya menata ulang perspektif dengan menggali aspek positif dari situasi yang tidak menyenangkan itu. Adakah yang bisa anda pelajari dari situasinya? Adakah yang bisa diajarkan kepada orang lain tentang situasi itu, setelah anda menyelesaikannya?

* Menetapkan tujuan. Tentukankan tujuan yang dapat dicapai setiap hari dan sesuaikan sasaran itu dengan kebutuhan. Jadilah spesifik dan realistis. Misalnya, daripada tujuan yang luas  seperti 'membersihkan rumah', lebih baik identifikasi area spesifik yang rencananya akan dibersihkan (melap meja, gosok wastafel dapur). Penelitian menunjukkan bahwa menetapkan tujuan dan memiliki kepercayaan diri untuk mencapai tujuan ini berkaitan dengan tumbuhnya optimisme.

* Sisihkan waktu untuk fokus pada hal positif. Setiap waktu tertentu dalam keseharian (mungkin pada waktu menjelang tidur), pikirkan aspek-aspek positif dari hari yang telah anda jalani. Apa yang berjalan dengan baik? Apa yang menyenangkan atau membanggakan?

* Berlatihlah untuk bersyukur. Latih diri untuk fokus bersyukur atas aspek-aspek positif dalam hidup anda yang dapat mencakup anggota keluarga, teman,harta benda, atau hal-hal lain yang berarti.

* Memperkuat hubungan sosial. Para peneliti mencatat bahwa optimisme terkait dengan jejaring sosial yang kuat. Jejaring sosial yang kuat dapat mencakup menghabiskan waktu bersama teman dekat, berpartisipasi dalam kegiatan kelompok atau komunitas yang dijadwalkan secara teratur. 

Bergabung dengan grup baru atau menjadwalkan waktu untuk melihat teman dan keluarga termasuk dalam kegiatan memperkuat hubungan ini. Tetap fokus mengisi waktu bersama orang-orang yang positif dan suportif.

* Berlatih setengah tersenyum. Teknik psikoterapi untuk mengatasi perasaan sedih adalah berlatih tersenyum selama beberapa menit setiap hari. Jika senyum penuh tidak mungkin, setengah senyum juga oke. Perhatikan setiap dampaknya pada pikiran, suasana hati, dan tingkat optimisme anda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun