Banyak turis datang ke Jepang untuk mencari pengalaman pribadi yang berbeda, termasuk menikah di kuil-kuil Shinto atau Budha. Itu kebalikan dari pasangan Jepang sendiri yang malah lebih memilih menikah di luar negeri.
Salah satu tempat yang cukup populer didatangi turis untuk urusan pernikahan ini adalah kota peristirahatan Karuizawa, 173 km barat laut Tokyo. Saking larisnya sebuah perusahaan penyedia kelengkapan pernikahan sampai membuaka salon rias pengantin di Beijing untuk mengakomodir tingginya permintaan dari konsumen asal China. Banyak turis mancanegara sengaja memesan tanggal pernikahan di waktu-waktu sepi pengunjung atau memilih hari-hari 'buruk' untuk menikah di penanggalan tradisional yang pasti dihindari oleh pasangan Jepang.
Peran medsos sangat signifikan mendongkrak permintaan sewa kimono yang biasanya dikenakan para turis saat mengunjungi berbagai kuil di sana. Kebutuhan akses internet gratis bagi pengunjung diakomodir dengan penyediaan 200,000 titik WiFi di berbagai penjuru. Atau bisa juga menggunakan simcard gratis dari aplikasi Wamazing. Kedua penyedia akses internet itu nantinya akan menganalisa data seputar moda transportasi atau tujuan belanja untuk membantu perusahaan setempat berpromosi.
Turis yang malas direpotkan dengan urusan bagasi atau koper dapat menyewanya via aplikasi Ecbo, tinggal isi data mau berapa koper dan untuk berapa lama. Aplikasi itu juga membantu turis menemukan kafe atau booth karaoke serta tempat lain yang mungkin ingin dikunjungi.
Tidak bisa berbahasa Jepang? Jangan kuatir, menjelang Olimpiade Tokyo 2020 nanti pihak pemerintah maupun swasta Jepang sudah mengalokasikan waktu dan dana bagi orang-orang mereka yang berhubungan dengan pendatang mancanegara untuk belajar bahasa Inggris.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H