Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kurang Pelanggan, Netflix di Ambang Kebangkrutan?

23 Agustus 2019   10:08 Diperbarui: 23 Agustus 2019   10:42 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Strategi terbaru Netflix mengeluarkan adana besar untuk mengontrak para penulis dan produser yang sudah punya nama besar dalam upaya membuat konten orisinal sangatlah beresiko. 

Belum lama ini perusahaan tersebut mengontrak duet penyelenggara tayangan  Game of Thrones (GOT), David Benioff dan DB Weiss, senilai USD 200 juta. Hal itu dinilai David Trainer, sebagaimana yang diungkapkannya pada CNBC, merupakan 'cermin keputusasaan.

Faktanya sulit melihat bagaimana Benioff-Weiss bisa mendongkrak nilai Netflix karena mereka kurang disukai penggemar saat GOT berakhir dan tidak punya jejak tayangan yang diminati paska adaptasi GOT yang ditayangkan HBO tersebut.

Tambah lagi mereka sudah menandatangani kontrak produksi trilogi  Star Wars untuk Disney, jadi bisa dibayangkan berapa sisa waktu yang mereka punya untuk Netflix.

Nampaknya Netflix sudah terperangkap dalam penilaian terlalu tinggi atas nilai saham mereka dan berpotensi menghancurkan nilai para pemegang saham dalam jangka pendek.

Faktor-faktor lain yang berpotensi merusak kondisi finansial Netflix bila tidak segera diatasi, menurut David, adalah melemahnya kemampuan menaikkan harga jual, lemahnya pengembangan produk berimbah pada menurunnya kemampuan berkompetisi dengan para penyedia layanan sejenis, dan itu terlihat bahwa performa tayangan Netflix jadi lebih menyerupai sajian TV jaman dulu.

Ketergantungan Netflix pada kredit untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya memicu timbulnya resiko-resiko baru, apalagi mereka juga masih tidak realistis dalam menentukan nilai saham perusahaan, dan sampai saat ini belum terlihat tanda-tanda ada pihak lain yang berminat untuk mengakuisisi perusahaan itu sekaligus mengambil alih tanggung jawab untuk menangani masalah finansialnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun