Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Agatha Christie, Misteri Menegangkan dari Kesehariannya

14 Agustus 2019   15:41 Diperbarui: 12 Januari 2023   10:43 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Alur cerita bermunculan di saat-saat yang sedikit aneh, ketika saya berada di jalan atau mengamati sebuah toko topi ... mendadak sebuah ide yang menakjubkan datang begitu saja di kepala."Tutur Agatha Christie dalam bukunya 'Agatha Christie, An Autobiography'.

Kejadian sehari-hari bahkan pengamatan yang sangat biasa sekalipun dapat menjadi pemicu lahirnya sebuah alur cerita baru. 

Novel keduanya yang berjudul 'The Secret Adversary' muncul dari sebuah percakapan yang tak sengaja didengar Agatha ketika berada disebuah kedai teh.

"Ada dua orang di meja yang berdekatan tengah mendiskusikan seseorang yang mereka panggil Jane Fish ... dari situ saya kepikiran kalau bisa membuat awal sebuah cerita, gara-gara nama yang tak sengaja saya dengar, sebuah nama yang tidak biasa. Sebuah nama seperti Jane Fish atau mungkin Jane Finn, itu bisa lebih bagus lagi."

Bagaimana Agatha mengubah semua gagasan yang datang menjadi novel? Dia membuat catatan-catatan panjang yang sambung menyambung dalam lusinan buku tulis, menuliskan semua ide-ide yang belum ketahuan arahnya dan alur-alur cerita beserta karakter-karakter yang muncul di benaknya.

"Saya biasa membawa sekitar setengah lusin buku dan menggunakannya untuk membuat catatan seputar ide-ide cerita yang mendadak terlintas, atau tentang racun dan obat-obatan, atau penipu-penipu cerdik yang saya baca di koran."

Dari lebih seratus buku catatan yang ada, sebagaimana dilansir oleh situs www.agathachristie.com, 73 di antaranya berhasil selamat dan analisa mendetil John Curran menunjukkan bahwa buku-buku tulisan tangan tersebut merupakan harta karun berharga berisikan ide awal kisah-kisahnya dan bagaimana kemudian semua berkembang menuju cerita yang utuh.

Buku-buku catatan itu sendiri berisi berbagai materi yang belum dipublikasikan dan sangat menantang untuk dibaca ibarat sebuah jendela untuk melongok ke dalam pemikiran Agatha dan melihat bagaimana dia berkarya. 

Benih-benih awal sejumlah cerita Agatha dapat dengan mudah ditemukan di sana. Sebuah buku catatan bertahun 1963 menyimpan sebuah alur cerita yang sedang berada dalam fase pengembangan, tertulis di situ :

'Buku West Indian -- Miss M? Poirot -- B&E tampaknya saling setia -- sebenarnya B dan G (Georgina) telah menjalin hubungan gelap selama bertahun-tahun ... Mayor 'kodok' tua tahu --pernah melihat dia sebelumnya -- dia dibunuh'

'A Carribean Mystery' dipublikasikan tahun 1964 dengan sang 'Kodok Tua' menjadi korban pertama pembunuhan di novel itu. Kepulauan Karibia digambarkan dengan sangat indah dan itu mungkin didasarkan pada panorama pulau St Lucia yang pernah dikunjungi Agatha saat berlibur.

Namun masih ada ratusan alur cerita dan berbagai alternatif pengungkap misteri yang lahir dari kekayaan imajinasinya yang tidak pernah dicetak menjadi bagian novel, seperti kata Agatha :

"Tidak semua berjalan sesuai yang anda pikirkan ketika anda membuat rancangan untuk bab pertama atau berjalan sambil bicara sendiri dan melihat sebuah cerita terbuka."

Agatha menghabiskan mayoritas waktu dalam penggarapan setiap buku dengan mengolah detil alur cerita dan pengungkapan misteri di pikirannya atau dengan membuat rancangan cerita di buku-buku catatannya sebelum benar-benar mulai menulis novelnya. 

Menantunya Anthony Hicks pernah berkata,"Tidak pernah melihat dia menulis, dia tidak pernah senagaja mengunci diri untuk itu seperti yang biasa dilakukan penulis lain."

Cucunya Mathew Prichard menjelaskan,"Dia selanjutnya terbiasa mendiktekan ceritanya pada sebuah mesin yang disebut Dictaphone lalu seorang sekretaris kan mengetiknya dan selanjutnya nenek mengoreksi dengan tulisan tangan. 

Saya pikir sebelum perang, sebelum Dictaphone diciptakan, dia mungkin menulis tangan cerita-cerita itu lalu seseorang diminta untuk mengetiknya.

Dia tidak terlalu suka dengan peralatan, dia menulis dengan cara alamiah dan sangat cepat. Di tahun 1950-an dia hanya membutuhkan waktu dua bulan untuk menulis sebuah buku dan sebulan untuk merevisi sebelum dikirim pada penerbit.

Begitu keseluruhan proses penulisan buku selesai, kadang-kadang dia membacakan ceritanya untuk kami semua seusai makan malam, satu-dua bab setiap kalinya. 

Saya pikir, dia memanfaatkan kami sebagai kelinci percobaan untuk memperkirakan bagaimana reaksi masyarakat luas setelah membacanya. Selain anggota keluarga, biasanya ada beberapa tamu yang hadir, dan reaksi orang-orang sangat berbeda satu sama lain.

Hanya ibuku yang selalu mengetahui siapa pembunuh dalam cerita itu, sementara yang lainnya kadang berhasil menebak, kadang tidak. Kakekku biasanya ketiduran saat cerita dibacakan, namun sebagian besar kami menyimak dengan penuh perhatian.

Itu merupakan momen keluarga yang sangat indah dan beberapa bulan kemudian kami akan melihat cerita-cerita ini beredar di toko-toko buku."

Mendiang Agatha Christie (1890-1976) adalah novelis dan penulis naskah drama detektif asal Inggris yang, sebagaimana dilansir dalam www.britannica.com, buku-bukunya telah terjual lebih dari 100 juta kopi dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 100 bahasa.

Novel pertama  'The Mysterious Affair at Styles' (1920) adalah momen debut tokoh detektif Belgia egois nan eksentrik, Hercule Poirot. Detektif berkumis khas yang sangat diakrabi oleh pembaca setia Agatha ini, muncul dalam sekitar 25 novel dan banyak sekali cerita pendek yang ditulis olehnya.

Namun Agatha pertama kali mendapat pengakuan profesional pertamanya melalui 'The Murder of Roger Ackroyd' (1926) diikuti oleh sekitar 75 novel berikutnya yang rata-rata masuk jajaran buku terlaris dan telah diserialisasikan di majalah-majalah populer Inggris dan AS.

Drama Agatha  'The Mousetrap' (1952) telah mencetak rekor dunia sebagai drama yang terus menerus dipentaskan dalam jangka waktu terlama di satu teater (8862 pementasan selama lebih dari 21 tahun di Ambassadors Theatre, London) sebelum berpindah ke teater lain. 

Sementara 'Witness for the Prosecution' (1953) diadaptasi menjadi sebuah film sukses tahun 1957. Adaptasi film lainnya yang patut dicatat adalah  'Murder on the Orien Express' (1933) difilmkan tahun 1974 dan 2017, lalu 'Death on the Nile' (1937) difilmkan tahun 1978. Karya-karya Agatha juga diadaptasi untuk tayangan televisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun