Larangan terbang bagi pesawat Boeing 737 Max di seluruh dunia sudah memasuki bulan keenam dan berbagai maskapai penerbangan pun beralih pada pesawat jet generasi lama untuk memenuhi kebutuhan penumpang, hal itu ditengarai telah mendongkrak tarif penyewaan pesawat-pesawat tersebut (cnbc.com, 10 Agustus 2019).
Harga sewa pesawat jet tipe lama Boeing 737 -- 800, menurut Phil Seymour CEO salah satu  perusahaan konsultan penerbangan di Inggris, ditaksir rata-rata naik sampai 40 persen menjadi sekitar USD 300,000 per tahun setelah pihak berwenang mengenakan larangan terbang pada Boeing 737 Max sejak Maret 2019 lalu paska terjadinya kecelakaan fatal berturut-turut dalam periode lima bulan yang dialami pesawat tipe tersebut.
Kedua kecelakaan itu telah menewaskan total 346 penumpang, termasuk awak pesawat, dan para penyelidik menemukan bahwa perangkat lunak pengendali penerbangan telah menyebabkan moncong pesawat menukik ke bawah hingga pesawat jatuh. Lion Air dan Ethiopian Airlines adalah maskapai penerbangan yang bertanggungjawab untuk insiden tersebut. Belum jelas kapan larangan terbang untuk Boeing 737 Max dicabut.
Tanpa pesawat-pesawat Boeing 737 Max yang terkenal efisien bahan bakar, maskapai-maskapai penerbangan kini harus berjuang memenuhi kebutuhan penumpang mereka dengan pesawat-pesawat model lama yang relatif lebih boros bahan bakar. Sementara para penumpang pun harus berkompromi dengan berkurangnya kenyamanan terbang dengan pesawat Boeing generasi lama.
Michael Inglese, CEO dari perusahaan persewaan Aircastle, mengatakan bahwa  beberapa pelanggan penyewa tipe 737 lama yang masa sewanya berakhir tengah melakukan lobi untuk memperpanjang perjanjian. Hal itu memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaannya.
Saking larisnya pesawat sewaan, bahkan meski perusahaan persewaan sudah menyatakan tak ada stok lagi untuk disewakan, staf dari berbagai maskapai penerbangan tetap bersikeras meminta mereka untuk mencarikan.
Boeing 737, pesawat jet satu lorong memuat 150 penumpang jarak pendek-menengah, memang telah menjadi armada andalan berbagai maskapai penerbangan dunia selama lebih dari 50 tahun. Kini perusahaan tengah melakukan perbaikan dan pengujian pada perangkat lunak yang menjadi penyebab teknis terjadinya kecelakaan fatal dan berharap pihak berwenang bisa mengijinkan 737 Max dioperasikan kembali pada awal kuartal keempat tahun ini.
Larangan terbang telah membuat Boeing harus mengirimkan 737 Max dan memangkas produksi sampai tinggal seperlimanya saja, 42 pesawat sebulan. Selain itu mereka harus menyiapkan sekitar USD 4,9 milyar untuk membayar kompensasi bagi berbagai maskapai penerbangan dan pihak lain yang telah menjadi pelanggan Max.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H