Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Relaksasi Perahu dan Legenda di Kanvas Fifi-FRO

30 Desember 2016   09:05 Diperbarui: 30 Desember 2016   09:20 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Orang IT itu  pekerjaannya lumayan serius  dan stressful , apalagi karena saya lebih banyak menangani desain sistem,” Tutur Fifi-FRO alias Fifi Rahmi Oktini (52), seorang IT Entrepreneur,  dalam perbincangan via chat di akun Facebook  Rabu (28/12) malam lalu,”Melukis bikin hidup jadi lebih berwarna kayak cat yang warna-warni.”

Tetes pertama cat itu telah ditemukannya nun jauh  saat dia masih menjadi siswa SMP,”Saat itu aku mulai tertarik dengan art, khususnya lukisan, sebatas menikmati dan mengagumi karya-karya para pelukis besar.”Ujar istri dari  Sancoyo Antarikso ini,”Hobi mengunjungi art gallerydan betah nongkrong berlama-lama di situ.”

Seiring perjalanan waktu tetes demi tetes cat kehidupan Fifi akhirnya menuntun langkah ibu dari Anindya Laksmita dan Kirana Atisaumya ini menggali lebih dalam tentang  art di Chelsea Fine Art (London) lalu di awal tahun 2016 ini, kunjungan rutinnya ke Studio deDada di kawasan Bintaro membuka sejarah baru dalam dimensi cintanya pada art.

“Mulanya sih  aku nemenin Vitta yang menunggu putranya,  Edo, melukis  di deDada. Cuma nimbrung lihat-lihat tanpa pegang kuas karena kupikir posisiku hanya sebagai penikmat lukisan, bukan pelukis.” Papar Fifi,” Lalu akhirnya Chandra menyodorkan kanvas sambil mengancam, saya nggak boleh lagi datang ke studionya kalau tidak melukis.” 

Chandra Maulana, pelukis sekaligus pemilik Studio deDada di kawasan Bintaro ini merupakan sosok utama,di samping keluarga dan sahabat, yang menjadi pendukung utama Fifi bergiat di dunia seni lukis.

Begitulah pada Februari 2016, lahirlah lukisan pertama Fifi yang berjudul ‘Perahu” di kanvas berukuran 50 x 70 cm dengan media acrylic. Panorama yang diambilnya berdasarkan sebuah foto lalu diperkaya dengan jelajah imajinasinya itu menggambarkan sebuah perahu terapung sunyi di sisi laut yang dangkal. Warna-warna lembut yang dipilih Fifi membuat guratan simpelnya itu terkesan manis.

Selanjutnya lahirlah karya-karya berikutnya dengan inspirasi awal dari foto-foto yang menggugah minat lukisnya atau murni dari petualangan imajinasinya. Panorama dan siluet manusia sepertinya menjadi obyek yang paling disukai Fifi dalam menapaki babak pertama kepelukisannya ini, lihat saja ‘Spring in Spain’ , ‘Kita’, dan ‘Kadita’. Roller, spray, kapas, palet, dan kuas adalah alat-alat yang dipakainya untuk mencampur warna-warna sesuai keinginannya

Lukisan yang terakhir itu menggambarkan sosok belakang seorang perempuan semampai bergaun hijau yang tengah melangkah gontai perlahan menuju biru laut lepas bergelombang di hadapannya dalam terpaan angin pantai menerpa rambutnya yang tergerai. Ada kesunyian nan memelas mencuat dari sana.

Kadita, Perahu, dan kemasyukan artistik Fifi (dok. Fifi/ed.WS)
Kadita, Perahu, dan kemasyukan artistik Fifi (dok. Fifi/ed.WS)
“Itu putri Kadita, anak raja Munding Wangi yang diguna-gunai oleh ibu titinya hingga terkena penyakit kulit yang menjijikkan dan menular hingga Sang Ayah pun mengusirnya. Setelah berjalan selama tujuh hari –tujuh malam, akhirnya putri yang malang itu sampai di tepi Laut Selatan. Keputus-asaan yang begitu kuat mendorong Kadita menerjunkan diri ke laut, anehnya penyakitnya langsung sembuh, dan Kadita pun akhirnya menjadi penguasa di Laut Selatan yang kemudian dikenal dengan nama Nyi Roro Kidul.”

Fifi melukis ‘Kadita’ agar bisa berpartisipasi dalam sebuah pameran lukisan bersama yang diusung dengan tema ‘ARTefak Laut Kidul’ yang diselenggarakan di Papuri Art Gallery, Bandung, pada 16-25 Desember 2016 lalu. Ada banyak lukisan dengan obyek sang Ratu Pantai Selatan terpajang di pameran itu, Fifi memilih melukiskan awal legendanya.

“Melukisnya agak sedikit terburu-buru,  kurang dari seminggu .” Fifi melukis ‘Kadita’ dalam jeda waktu-waktu kerjanya yang lumayan padat deadline  ,” Pakai referensi foto untuk bagian lautnya agar dapat  feel laut itu seperti apa, sementara sosok manusianya sih saya tinggal membayangkan orang berjalan dari arah belakang.”

Ini adalah pameran bersama kedua yang diikuti Fifi, sebelumnya dia pun berpartisipasi mengirimkan karya pada pameran ‘Imaji Bahari Nautika Rasa’ yang diselenggarakan di Galeri Nasional, Jakarta, bulan September 2016 lalu.

“Aku merasa melukis itu mengalirkan rasa tenang  di  jiwa,  kalau sudah asyik  melukis jadi lupa segalanya, termasuk lupa tekanan pekerjaan di kantor.” Pungkas Fifi yang biasa melukis usai Subuh sampai jam delapan pagi atau malam hari saat semua agenda sudah terpenuhi itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun