“Orang IT itu pekerjaannya lumayan serius dan stressful , apalagi karena saya lebih banyak menangani desain sistem,” Tutur Fifi-FRO alias Fifi Rahmi Oktini (52), seorang IT Entrepreneur, dalam perbincangan via chat di akun Facebook Rabu (28/12) malam lalu,”Melukis bikin hidup jadi lebih berwarna kayak cat yang warna-warni.”
Tetes pertama cat itu telah ditemukannya nun jauh saat dia masih menjadi siswa SMP,”Saat itu aku mulai tertarik dengan art, khususnya lukisan, sebatas menikmati dan mengagumi karya-karya para pelukis besar.”Ujar istri dari Sancoyo Antarikso ini,”Hobi mengunjungi art gallerydan betah nongkrong berlama-lama di situ.”
Seiring perjalanan waktu tetes demi tetes cat kehidupan Fifi akhirnya menuntun langkah ibu dari Anindya Laksmita dan Kirana Atisaumya ini menggali lebih dalam tentang art di Chelsea Fine Art (London) lalu di awal tahun 2016 ini, kunjungan rutinnya ke Studio deDada di kawasan Bintaro membuka sejarah baru dalam dimensi cintanya pada art.
“Mulanya sih aku nemenin Vitta yang menunggu putranya, Edo, melukis di deDada. Cuma nimbrung lihat-lihat tanpa pegang kuas karena kupikir posisiku hanya sebagai penikmat lukisan, bukan pelukis.” Papar Fifi,” Lalu akhirnya Chandra menyodorkan kanvas sambil mengancam, saya nggak boleh lagi datang ke studionya kalau tidak melukis.”
Chandra Maulana, pelukis sekaligus pemilik Studio deDada di kawasan Bintaro ini merupakan sosok utama,di samping keluarga dan sahabat, yang menjadi pendukung utama Fifi bergiat di dunia seni lukis.
Begitulah pada Februari 2016, lahirlah lukisan pertama Fifi yang berjudul ‘Perahu” di kanvas berukuran 50 x 70 cm dengan media acrylic. Panorama yang diambilnya berdasarkan sebuah foto lalu diperkaya dengan jelajah imajinasinya itu menggambarkan sebuah perahu terapung sunyi di sisi laut yang dangkal. Warna-warna lembut yang dipilih Fifi membuat guratan simpelnya itu terkesan manis.
Selanjutnya lahirlah karya-karya berikutnya dengan inspirasi awal dari foto-foto yang menggugah minat lukisnya atau murni dari petualangan imajinasinya. Panorama dan siluet manusia sepertinya menjadi obyek yang paling disukai Fifi dalam menapaki babak pertama kepelukisannya ini, lihat saja ‘Spring in Spain’ , ‘Kita’, dan ‘Kadita’. Roller, spray, kapas, palet, dan kuas adalah alat-alat yang dipakainya untuk mencampur warna-warna sesuai keinginannya
Lukisan yang terakhir itu menggambarkan sosok belakang seorang perempuan semampai bergaun hijau yang tengah melangkah gontai perlahan menuju biru laut lepas bergelombang di hadapannya dalam terpaan angin pantai menerpa rambutnya yang tergerai. Ada kesunyian nan memelas mencuat dari sana.
Fifi melukis ‘Kadita’ agar bisa berpartisipasi dalam sebuah pameran lukisan bersama yang diusung dengan tema ‘ARTefak Laut Kidul’ yang diselenggarakan di Papuri Art Gallery, Bandung, pada 16-25 Desember 2016 lalu. Ada banyak lukisan dengan obyek sang Ratu Pantai Selatan terpajang di pameran itu, Fifi memilih melukiskan awal legendanya.
“Melukisnya agak sedikit terburu-buru, kurang dari seminggu .” Fifi melukis ‘Kadita’ dalam jeda waktu-waktu kerjanya yang lumayan padat deadline ,” Pakai referensi foto untuk bagian lautnya agar dapat feel laut itu seperti apa, sementara sosok manusianya sih saya tinggal membayangkan orang berjalan dari arah belakang.”
Ini adalah pameran bersama kedua yang diikuti Fifi, sebelumnya dia pun berpartisipasi mengirimkan karya pada pameran ‘Imaji Bahari Nautika Rasa’ yang diselenggarakan di Galeri Nasional, Jakarta, bulan September 2016 lalu.
“Aku merasa melukis itu mengalirkan rasa tenang di jiwa, kalau sudah asyik melukis jadi lupa segalanya, termasuk lupa tekanan pekerjaan di kantor.” Pungkas Fifi yang biasa melukis usai Subuh sampai jam delapan pagi atau malam hari saat semua agenda sudah terpenuhi itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H