Atau amati lebih cermat lingkungan tempat kita tinggal, barangkali masih tersisa lahan-lahan yang ditanami sayuran/palawija/buah-buahan? Cobalah beli langsung dari para petaninya, selain lebih segar dan murah, kita juga bisa sedikit menyenangkan hati mereka. Bagi yang berpenghasilan di atas rata-rata, jangan pelit belanja komoditas pangan negeri sendiri meski harganya jauh lebih mahal dari produk sejenis impor.
Pahami betapa berat para petani/peternak yang sudah sejak lama harus terima nasib dipaksa menggunakan sarana produksi pertanian (pupuk, pestisida, benih, dan semacamnya) atau pakan ternak impor yang mahal karena kebijakan pemerintah memang sepertinya sulit berpihak pada mereka. Â Kartel-kartel di dunia mereka sudah terlanjur mengakar dan mencekik, jadi ikhlaskan harga jual lebih tinggi yang dipatok petani/peternak kita sebagai bentuk solidaritas sekaligus dukungan.
Ingat Indonesia adalah negara agraris dan berdasarkan hasil Sensus Pertanian (ST) 2013, tercatat sekitar  38 juta dari total 252,16 juta orang penduduknya berkiprah menafkahi keluarga di sektor pertanian . Betapa banyak saudara sebangsa yang akan kehilangan mata pencaharian dan terjun bebas ke jurang kemiskinan, bila kita biarkan pertanian kita hancur digerus produk-produk pertanian impor.
Berat? Repot? Mana ada perjuangan tanpa cucuran keringat, air mata, dan  dana; ikhlaskan sebagai bentuk jihad sedekah sosial untuk mendongkrak status komoditas pangan Indonesia agar kembali menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan suatu saat mengintervensi pasaran negara-negara lain karena kualitas dan solidnya dukungan kita. Ayo, berjuang bersama menjadi Pahlawan Pangan Indonesia!
Referensi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H