Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Optimisme Industri Kreatif di Pasar Komik Bandung

10 Mei 2016   12:04 Diperbarui: 10 Mei 2016   18:36 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Antusiasme kreatif di Pasar Komik Bandung (dok WS)

Gaungnya mungkin tak sedahsyat acara obral buku impor Big Bad Wolf yang digelar di Tangerang beberapa waktu lalu. Namun, ajang Pasar Komik Bandung (Pakoban) yang berlangsung pada 7-8 Mei 2016 di Braga Citywalk, Bandung, menumbuhkan harapan yang lebih berbinar tentang potensi kreativitas dan prospek tambahan pendapatan negara di masa depan  dari para komikus… well, saat ini mungkin mereka lebih sreg dengan sebutan mangaka lokal Indonesia. Pakoban yang diselenggarakan oleh Forum Komik Bandung ini memang bertujuan jangka panjang menjadikan karya para komikus lokal agar menjadi tuan rumah di negeri sendiri plus punya daya jual tinggi di bursa internasional.

Pakoban, menurut Dudi yang merupakan salah satu anggota panitia pelaksana, sudah lima kali dilaksanakan sejak tahun 2012 dan animo peserta maupun pengunjungnya menunjukkan grafik peningkatan yang sangat menggembirakan. Kali ini ada 71 komikus dan game maker asal kota-kota besar di Jawa, seperti Bandung, Jakarta, Malang, serta Surabaya yang sangat antusias menggelar karya-karya indie mereka untuk diakses langsung oleh para peminatnya. Ada banyak genre yang mereka tawarkan dari mulai serial dongeng anak-anak, percintaan remaja dengan berbagai variannya, misteri, horor, fantasi ilmiah, laga, atau campuran berbagai genre itu. Bahkan Pandawa Lima, tentu saja dengan kostum plus dialog yang telah diberi sentuhan kekinian khas manga Jepang, pun hadir di sana.

collage-2016-05-10-1-573169dd27b0bd5b048b456f.jpg
collage-2016-05-10-1-573169dd27b0bd5b048b456f.jpg
Ide dan transaksinya sangat menggembirakan (dok WS)

Sisi menarik dari penulisan komik saat ini adalah lahirnya produk-produk tambahan sebagai ‘efek samping’ popularitas komik-komik tersebut. Berbagai merchandise yang ditempeli karakter-karakter komik dari mulai pembatas buku, poster, kaos, mug, dan masih banyak jenis lainnya tergantung kreativitas komikus plus tim pendukungnya hadir sebagai potensi berdaya jual tinggi.

Hal lain di luar produk berbentuk barang, kita bisa menemukan komik anak-anak yang ceritanya memang berasal dari anak-anak berusia 8-14 tahun lengkap dengan coretan komik khas anak-anak pula yang setelah lolos seleksi redaksi kemudian bahan mentah itu digarap oleh komikus senior yang cakap di bidangnya dengan tetap menyertakan kiriman dari para komikus cilik itu. Sebuah proyek pembenihan generasi kreatif yang luar biasa, bukan? Komik-komik kolaborasi itu pun terbukti mendapat respon pasar yang bagus.

Animo ratusan pengunjung yang mayoritas berasal dari kalangan remaja sampai dewasa muda untuk membeli komik yang di ajang Pakoban rata-rata dibanderol antara Rp. 25.000 – Rp. 35.000  itu terbilang sangat baik. Begitu pula penjualan pernak-pernik game dan produk kreatif lainnya terhitung sangat menggembirakan.

collage-2016-05-10-2-57316ab42e7a611b058b4571.jpg
collage-2016-05-10-2-57316ab42e7a611b058b4571.jpg
Inilah para komikus senior yang sangat eksis di jamannya (dok WS)

Hal menarik lainnya dalam Pakoban kali ini adalah kehadiran para komikus Indonesia yang karya-karya mereka cukup hits di era tahun 1970-1980-an seperti Kus Bramiana (serial Labah-labah Merah), dan komikus cerita silat, seperti Yuli Mintaraga, Rukhyat, Han Mintaraga, serta Zaenal. Nama terakhir ini juga hadir sambil menyebarkan brosur cover komik terbarunya yang siap rilis. Yuli memaparkan bahwa para komikus senior yang terbilang sudah gaek itu kini masih produktif membuat komik, ”Kami bekerja sama dengan Malaysia untuk membuat komik relijius, sementara Kus Bram bekerja sama dengan penerbit dari Amerika untuk komiknya.”

Keberadaan stan Dirjen Kebudayaan Kemendikbud selaku penyelenggara World Culture Forum (WCF) 2016 di Pakoban juga layak mendapat apresiasi khusus. Hal itu adalah bagian dari road show penyelenggaraan WCF yang rencananya akan digelar pada Oktober mendatang di Bali. Tema yang mereka bawakan adalah kearifan lokal yang dibingkai dalam rangkaian gambar dan cerita berupa komik. Kerja sama antara WCF dan acara Pakoban diharapkan akan menghasilkan perpaduan tradisi kearifan lokal budaya Indonesia ke dalam budaya populer komik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun