Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kang Aher dan Trauma Kartu Lebaran

30 November 2012   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:24 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_226874" align="aligncenter" width="540" caption="Sesi wawancara berlangsung menyenangkan ...(dok WS) "][/caption] Pintu silaturahmi akhirnya membuka jalan bagi saya untuk bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan, di ruang kerjanya beberapa hari (17/11) lalu. Kang Aher, begitu dia akrab disapa, masih berada di luar untuk urusan dinas saat saya tiba di Gedung Sate. Ajudannya menyampaikan permintaan maaf via telpon karena Kang Aher terpaksa terlambat dari jadwal yang telah disepakati. Saya pun dipersilahkan menunggu di ruang tamu ditemani televisi dan secangkir teh panas.

Ada sekitar 80 lebih penghargaan yang telah diraih Jawa Barat dalam masa pemerintahan Kang Aher hingga 2012 ini dan itu dikumpulkannya sejak awal masa jabatan tahun 2008. Gebrakannya mengimplementasikan teknologi informasi-komunikasi di lembaga pemerintahan provinsi membuahkan penghargaan e-Government Award untuk prestasi Jawa Barat menduduki peringkat tiga besar Pemeringkatan e-Government Indonesia (PeGI) versi Depkominfo dan peringkat kedua versi majalah ‘Warta Ekonomi’. Pantang membuang waktu, Kang Aher juga ‘mblusukan’ mengerahkan jajarannya untuk menangani perumahan dan pemukiman di kabupaten ( meraih penghargaan Adiupaya Puritama dari Menpera atas prestasi Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam bidang pembinaan penyelenggaraan pengembangan perumahan dan pemukiman kategori Pemerintah Kabupaten Tahun 2008) selanjutnya infrastruktur fisik pun dibenahi ( menyabet Penghargaan Provinsi Kinerja Terbaik Peringkat Pertama Bidang Jasa Konstruksi dari Menteri PU). Daftar prestasi Jawa Barat di berbagai sektor nyatanya terus bertambah panjang menjelang akhir pemerintahan duo Hade ini. Namun dari begitu banyak penghargaan prestisius yang diraih hanya ada satu yang dipajang di ruang tamu gubernur,yakni piala Juara MTQ Nasional 2010, Bengkulu 12 Juni 2010.

Piala itu diraih Jawa Barat saat keluar sebagai juara umum dalam Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-23 di Bengkulu. Delegasi qari’/qari’ah yang dikirim berhasil mendulang  9  medali emas, 6 perak, dan 2 perunggu, dengan jumlah nilai 65. Jawa Barat unggul pada cabang Hifzil Qur’an dengan memperoleh 4 emas, 1 emas Golongan 10 Juz Putra, 2 emas Golongan 20 Juz putra putri, dan 1 emas di golongan 30 juz putra.

Sejam kemudian, seorang ajudan mempersilahkan saya mengikutinya ke ruang kerja gubernur. Kang Aher tengah duduk dan terlibat perbincangan santai dengan salah seorang ajudannya saat saya memasuki ruangan. Kami bersalaman dan dia minta maaf karena telah membuat saya menunggu. Tanpa membuang waktu, saya membuka sesi wawancara dengan perkenalan diri sekaligus mengkonfirmasi berapa lama waktu yang disediakan untuk perbincangan kami. Kang Aher menyebut satu jam, saya meminta ekstra setengah jam bila diperlukan dan pada akhirnya kami malah terlibat perbincangan yang mengasyikkan sampai menjelang waktu Ashar. Tenang, ramah, sangat menguasai topik yang dibicarakan, dan religius begitulah kesan yang mencuat dari sosok JABAR 1 itu.

Keluarga bagi saya identik dengan ketentraman, home sweet home, baiti jannati...

Putra pasangan Pepen Effendy yang aktifis Partai Nasionalis Indonesia (PNI) dan Atikah yang aktifis Masyumi ini bertutur,”Terbukti doa ibu yang menang karena akhirnya saya jadi bergabung dengan PKS...” Kang Aher tersenyum. Keluarga dan lingkungan yang lekat dengan majelis-majelis pengajian selanjutnya sangat berpengaruh pada pilihan ektrakurikulernya di sekolah. Dia selalu terpilih menjadi Ketua Rohis di SMP maupun SMA tempatnya belajar. Selanjutnya jalan pun membentang menghantarnya menjadi Ketua Pemuda Persatuan Ummat Islam (PUI) dan Ketua PUI sampai saat ini. Alumnus Fakultas Syariah Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) 1992 yang menjalani karir sebagai dosen sebelum akhirnya terjun ke dunia politik.

Pernikahannya dengan Netty Prasetiyani yang telah berlangsung selama 21 tahun telah dikaruniai empat putra dan dua putri. Anak sulung kuliah di UI dan bungsunya baru kelas tiga SD,” Saya suka sekali memandikan mereka saat masih kanak-kanak ...bahkan sejak masih bayi.” Wajah Kang Aher melembut,”Saya berharap anak-anak bisa tumbuh secara psikologis tanpa kendala dan didampingi untuk berkembang sesuai potensi yang dimiliki.” Dia mengaku tidak marah kala mendapati nilai matematika anaknya jelek, Kang Aher hanya mengingatkan pada sang anak bahwa sekolah adalah sebuah tanggung jawab individual yang harus dijalani sebaik mungkin.

“Dia suka sekali membaca....” Ungkap Kang Aher tentang sosok istrinya,”Pengetahuannya luas dan selalu ‘update’, bahkan bisa dibilang dia merupakan staf ahli’bayangan’ bagi saya yang paham berbagai bidang...”. Pertemuan mereka di berbagai kegiatan rohis kampus semasa mahasiswa pada akhirnya menautkan mereka,”Masa perkenalan hanya sekitar dua bulan lalu kami pun menikah pada 13 Januari 1991.”

“Saya tidak pernah lagi mengirim kartu lebaran pada segenap jajaran dan relasi kerja saya sejak kasus 2010...”

Korupsi di mata Kang Aher berawal dari adanya kebutuhan hidup yang tak terpenuhi akibat minimnya pendapatan, lantas bila hal tersebut berkembang menjadi semacam ketagihan, maka korupsi pun bertumbuh menjadi sebuah budaya,” (sebagai langkah preventif) saya menginstruksikan untuk menaikkan gaji PNS di semua level dan ,alhamdulillah, gaji PNS Jawa Barat terhitung paling tinggi di Indonesia...hanya kalah dari pegawai Departemen Keuangan saja.” Ungkap Kang Aher.

Salah satu celah yang dinilai paling rawan terhadap infiltrasi tindakan korup adalah sektor pengadaan barang dan jasa di lingkungan pemerintahan. Pemprov Jawa Barat menjawab tantangan ini dengan meraih penghargaan dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) atas prestasinya sebagai penyelenggara lelang secara elektronik terbaik Tingkat Nasional Tahun 2010, sebagai penyelenggara Paket Lelang Terbanyak Semester I dan II Tahun 2011, dan untuk kategori Service Innovation pada 2012 ini. Dorongan kuat Kang Aher dalam kapasitasnya sebagai kepala daerah telah memungkinkan terselenggaranya inovasi berupa penerapan ISO ,  Pengembangan Aplikasi Pakar Report untuk pelaporan dan monev, Pengembangan Aplikasi Pakar Monitoring untuk memonitor infrastruktur teknologi informasi di LPSE Jawa Barat dapat berjalan baik dan bahkan berprestasi.

Keseriusan Kang Aher dalam membersihkan korupsi di wilayah pemerintahannya terlihat pula pada penandatanganan Pakta Integritas yang dilakukannya bersama Bupati/Wali Kota (29/3) sebagai wujud komitmen pencegahan dan pemberantasan korupsi serta pencanangan Jawa Barat sebagai wilayah bebas korupsi pada 4-5 Oktober 2012. Bahkan untuk pertama kalinya dalam sejarah laporan keuangan Pemprov juga mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), penilaian tertinggi dalam Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), dari dua instansi sekaligus; yakni Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Pemerintah Pusat. Keduanya menempatkan Jawa Barat sebagai penerima opini SAP terbaik di tingkat nasional. Opini WTP berarti secara umum Pemprov Jawa Barat di bawah kepemimpinan Ahmad Heryawan sehat dari korupsi  atau tidak ditemukan indikasi korupsi saat auditor memeriksa laporan keuangan.

Keseriusan Kang Aher memberantas korupsi bukannya tanpa batu sandungan, pada 2010 masyarakat sempat digegerkan dengan munculnya isu Kartu Lebaran 1,5 M yang dialamatkan pada sang gubernur. Bayangkan di tengah suasana Ramadhan dimana ummat ditekankan untuk mengendalikan hawa nafsu dan memberi perhatian pada kaum dhuafa ...eh...dana sebanyak itu malah dihamburkan untuk kartu lebaran, begitulah opini publik yang terbentuk waktu itu. Padahal tim Kang Aher sudah memastikan harga cetak super ekonomis Rp. 1,000 per lembar untuk total 350,000 lembar yang rencananya akan disebarkan pada para RT/RW di seluruh Jawa Barat. Plus biaya perangko Rp. 2,000 ( sebagian diantarkan langsung secara cuma-cuma melalui jaringan yang ada) per buah,maka total dana APBD terpakai adalah Rp 851 juta (masih sangat jauh dari angka 1,5 M yang mencuat ke permukaan). Tuduhan korupsi yang begitu gencar dilayangkan padanya sempat membuat Kang Aher sangat resah beberapa waktu lamanya namun begitulah, Allah Swt tidak tidur dan dengan pertolonganNYA dana APBD yang sempat keluar pun dapat dikembalikan secara utuh. Tak ada sepeser pun uang negara yang terusik pada akhirnya. Bahkan saat dilapori, KPK menyatakan tidak ada masalah secara hukum, prosedurnya pun dinilai sudah sah dan legal.

“Presiden, bupati, bahkan para camat/lurah sudah rutin membuat Kartu Idul Fitri untuk dikirimkan pada lingkungan kerja menggunakan anggaran negara dan itu sesuai prosedur legal yang berlaku.” Kang Aher tersenyum,” Saya memutuskan tidak melakukannya untuk menghindari fitnah yang sama berulang.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun