[caption id="attachment_126834" align="alignleft" width="300" caption="Shalat Magrib berjamaah di Mako (dok WS)"][/caption] Spanduk putih masih terbentang di depan ambang pintu masuk Markas Komando (Mako) Skomenwa Mahawarman yang terletak di jalan Surapati 29 Bandung itu dan tulisan berwarna merah dengan aksen menyerupai darah berbunyi ‘TANAH & BANGUNAN INI DALAM SENGKETA’ terpampang jelas.Maklum saja Mako tersebut kini tengah menjadi sumber persengketaan Skomenwa Mahawarman dengan Kodam III/Siliwangi yang prosesnya kini tengah bergulir di Pengadilan Negeri Bandung dan sidang pertamanya telah dilaksanakan pada 2 Agustus 2011 lalu.
Suasana masih relatif sepi sore (3/8) itu,maklum jam baru menunjukkan pukul lima kurang seperempat. Beberapa anggota putri Menwa berbusana Muslim sibuk menata gelas-gelas berisi es kelapa muda di sebuah meja panjang dekat pintu masuk.Karpet untuk duduk lesehan telah di gelar di ruang utama Mako, seperangkat meja rapat yang biasanya berada di ruang tengah telah dipindahkan ke tempat lain. Sebuah kue tart ulangtahun berbentuk laptop bertengger di atas meja rendah di ambang pintu menuju area belakang Mako.Rupanya selain buka bersama, civitas Skomenwa juga akan merayakan ulang tahun Danmen H Djoni Aluwi Wijaya, SH, yang ke-65.
Penceramah yang diundang untuk memberikan siraman rohani dalam momen buka bersama itu adalah H Abdurrahman Yuri Ramdho atau populer dengan sebutan Aa Dedha, adik kandung Aa Gym, yang kini diserahi mengelola Ponpes Daarut Tauhid Bandung. Setengah jam menjelang azan Magrib, Aa Dedha datang dan para anggota Menwa yang semula bergerombol di berbagai sisi Mako kini merapat ke ruang tengah untuk menyimak tausiyah yang akan disampaikan oleh Aa Dedha.
Ada tiga hal yang dibahas secara komunikatif-interaktif oleh Aa Dedha dalam kesempatan itu; yakni syukur, kriteria
[caption id="attachment_126835" align="alignright" width="300" caption="Aa Dedha dan kriteria suksesnya (dok WS)"][/caption] sukses, dan faktor pembanding,”Sebenarnya mana yang lebih banyak kita terima dalam hidup, nikmat atau musibah?” Begitu kalimat pertama yang dilontarkan Aa Dedha dan disambut dengan berbagai respon oleh para hadirin,”Jawabannya tergantung pada faktor pembanding yang digunakan.” Sebagai ilustrasi, dia menggambarkan rasa syukur pengendara mobil karena melihat pengendara motor lalu pengendara motor jadi bersyukur karena melihat repotnya mengayuh pedal penunggang sepeda,begitu selanjutnya berantai sampai ke orang lumpuh.
“Kita harus pandai memilih faktor pembanding.”Lanjut Aa Dedha,”Untuk urusan duniawi sebaiknya kita melihat mereka yang berada di bawah kita (status ekonominya –pen.) agar mampu bersyukur hingga Allah akan melipatgandakan kenikmatan yang telah disyukuri itu.”
Sementara untuk urusan ibadah, Aa Dedha menegaskan kita harus memandang ‘ke atas’ yaitu pada orang-orang saleh yang senantiasa memelihara ibadah dengan terus menerus menggali ilmunya. Alumni Menwa Yon II/ Unpad Bandung itu juga memberikan kriteria sukses sebagai,”...senantiasa menjaga hubungan dengan Rabb dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi sesama.”Selanjutnya dia menambahkan,”Tidak bisa dikatakan sukses meski memiliki banyak kekayaan materi namun dia tak memberikan nilai tambah bagi sesamanya.”
[caption id="attachment_126836" align="alignleft" width="300" caption="Danmen (koko putih) membaur dengan segenap anggota (dok WS)"][/caption] Ceramah diakhiri dengan doa bersama dan lamat-lamat azan Magrib berkumandang di sana-sini. Gelas-gelas berisi es kelapa muda pun diedarkan sebagai tajil bersama bolu kukus, bika ambon, dan molen keju. Usai membatalkan puasa, semua bersiap untuk mendirikan shalat Magrib berjamaah diimami oleh Aa Dedha. Usai shalat dilakukan selebrasi pemotongan tumpeng ulang tahun Danmen yang diikuti dengan makan ala prasmanan. Semua anggota Menwa berbaris rapi menuju meja hidangan yang memajang nasi plus lauk ayam taliwang,pelecing kangkung, tempe goreng, dan krupuk Palembang. Sebagian lagi menyantap nasi kuning tumpengan ultah Danmen di ruang tengah.
Hangatnya kekeluargaan terasa meliputi suasana makan bersama antar hadirin yang berlatar-belakang mahasiswa maupun alumni dari berbagai perguruan tinggi di Jawa Barat itu. Duduk ngariung menikmati hidangan sembari mengobrol akrab tentang apa saja juga sesekali bercanda. Menjelang Isya, para hadirin satu per satu berpamitan pada Danmen dan rekan-rekan mereka, sementara sebagian lagi sepertinya memilih bertahan di Mako untuk melanjut silaturahmi sekaligus melakukan penjagaan di markas tercinta yang konon tengah menjadi incaran pengusaha factory outlet itu.
[Telkomsel Ramadhanku]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H