Mungkin Anda pernah membaca berita tentang sebuah kamar di Inna Samudra Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang khusus diperuntukkan bagi Sang Ratu. Banyak pengunjung hotel yang memanfaatkan kamar sebagai tempat bertapa demi pemenuhan sebuah hajat, memberikan aneka sesaji dan barang sebagai simbol penghormatan, atau hanya sekedar ingin tahu lebih banyak tentang Nyi Roro Kidul.
Selain aneka pernak-pernik yang dianggap merupakan favorit Sang Ratu, di kamar itu dipajang pula beberapa lukisan yang menggambarkan personifikasi perempuan yang, oleh sebagian kalangan masyarakat, diyakini pernah menjadi istri spiritual raja-raja dari Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dari mulai Sultan Hamengkubuwono I hingga Sultan Hamengkubowono IX itu. Salah satu di antaranya, terletak di dinding dekat ambang pintu masuk berhadapan dengan lukisan Nyi Roro Kidul karyamaestroromantisme almarhum Basuki Abdullah, adalah sapuan kuas bergaya realis-naturalis karya pelukis kawakan asal Bandung, Basuki Bawono (66).
Lukisan cat minyak di atas kanvas yang juga bertajukNyi Roro Kidultersebut sebenarnya hanya sebuah replika yang lebih kecil dari karya aslinya yang berukuran 190 x 145 cm dan masih tersimpan apik di lantai tiga studio pelukisnya yang terletak di kawasan Jl Cikaso Selatan, Bandung.
Kelebihan Pak Bas, begitu Basuki Bawono biasa dipanggil; bukan hanya terletak pada kepiawaiannya memilih obyek, menggambar detail figur, pemilihan warna, atau teknik sapuan kuas semata untuk menghadirkan simbolisasi tertentu. Ada sesuatu dalam diri alumnus Fakultas Seni Rupa-Desain Grafis ITB itu yang menuntun lahirnya sebuah fenomena pada lukisan yang diselesaikannya 18 tahun silam, tepatnya tahun 1996, itu. Fenomena yang mungkin sebagian besar awam lebih fasih menyebutnya sebagai ‘keajaiban’.
[caption id="attachment_395053" align="aligncenter" width="419" caption="Pak Bas dan salah satu karya fenomenalnya (dok WS)"][/caption]
“Saat saya memutuskan untuk melukis Ibu Ratu, saya menyempatkan diri minta ijin pada Allah Swt terlebih dulu.” Tutur Pak Bas yang merealisasikannya dengan cara duduk diam di atas sebuah batu besar di salah satu sisi laut, sebelumnya dia meletakkan sebuah botol kecil di bawah batu yang dilalui aliran laut,”Dalam hati saya berucap, kalau Dia mengijinkan, tolong diberi semacam tanda dalam botol itu.”
Beberapa saat berdiam diri, sapuan ombak melanda area tempat botol diletakkan,”Hanya sebentar lalu reda kembali dan saya ambil botol itu, ternyata ada air laut yang masuk ke dalamnya.” Bukan hanya air laut, Pak Bas juga menemukan semacam kerang putih di dasar botol. Dia menafsirkan bahwa ijin sudah keluar lalu mulai melukis.
Setelah lukisan rampung digarap, Pak Bas terkagum-kagum dengan munculnya 'secara ajaib' berbagai benda kuno selama beberapa waktu berselang di bawah lukisan Sang Ratu. Tentu saja dia pun bergegas mengabadikannya dalam bentuk foto untuk dokumentasi sekaligus bukti bahwa apa yang dialaminya bukanlah sebuah ilusi. Benda-benda itu berupa tusuk konde,keriskhususuntuk pengguna perempuan dengan gagang kayu atau cakar harimau awetan dan beberapa jenis batuan. Kira-kira bagaimana itu bisa terjadi, ya?
Fenomena Teleportasi Material (Sebuah Hipotesa)
Frictof Capra dalam bukunyaTitik Balik Peradabanmenyatakan bahwa khazanah ilmu Barat dan Timur dewasa ini sudah dalam tahap penyatuan dimana ilmu Barat yang unggul dalam riset, eksperimentasi, dan rasionalitas mulai mampu berpadu dengan ilmu Timur yang lebih dominan dalam aspek spiritualitas. Sinergi tersebut pada akhirnya akan memudahkan penjelasan logis atas hal-hal yang dianggap tidak rasional sebelumnya.
Seorang ilmuwan asal AS, Richard Feyman, berhasil memenangkan penghargaan Nobel bidang Fisika atas keberhasilannya membuktikan bahwa suatu partikel dapat dipindahkan menembus dinding partikel tanpa mengalami kerusakan. Penemuan kolega senegaranya, Dr Ivan Geiver, yang juga dianugerahi penghargaan Nobel bidang Fisika mengukuhkan hasil yang telah diperoleh Feyman tersebut.
Tentu saja partikel itu membutuhkan energi yang cukup agar dapat berpindah tempat dan, menurut Max Planck, energi berpindah (kuantum) terbentuk akibat adanya perlakuan getaran, pemanasan, atau radiasi. Pada kondisi tertentu suatu saat nanti tidak mustahil benda-benda berukuran besar, bahkan manusia, dapat diuraikan menjadi sekumpulan partikel yang dapat dipindahkan ke tempat tujuan yang diinginkan melalui medan elektromagnetik selama energi yang diperlukan mencukupi. Itulah yang disebut teleportasi.
[caption id="attachment_395056" align="aligncenter" width="304" caption="Sejumlah benda kuno yang bermunculan di bawah lukisan Sang Ratu (dok. WS)"]
Getaran-getaran dengan kualitas tertentu seperti gerakan ritmis saat membaca wirid dan pengaturan pernapasan ketika bermeditasi, misalnya, bisa saja merupakan penjelasan fenomena paraWali Songoyang dikisahkan dapat berjalan di atas permukaan air atau melakukan ‘keajaiban-keajaiban’ lainnya.
Fenomena bermunculannya benda-benda kuno dari lukisanNyi Roro Kidulkarya Pak Bas pun dapat lebih dipahami dengan landasan pemikiran mekanika kuantum ini. Apalagi lelaki yang diberi kepercayaan untuk melukis potret diri para raja dari dari Keraton Surakarta dan Keraton Mangkunegaran ini memang sudah mulai berolah-batin sejak masih duduk di bangku SMP hingga saat ini dengan bantuan para guru spiritualnya. Proses panjang yang dilakoni dengan konsisten tersebut pastilah membuahkan potensi energi batin yang cukup signifikan untuk ‘memindahkan’ benda-benda kuno tadi dan lukisan berfungsi sebagai semacam ‘gerbang’ untuk dilalui dalam teleportasi ini. Pertanyaan selanjutnya adalah darimana asal benda-benda itu, apakah dari semacam situs arkeologi yang belum tereksplorasi atau ... dimensi lain?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H