Mohon tunggu...
Sachio Alif Bimantara
Sachio Alif Bimantara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Telkom University

Perkenalkan, Saya Sachio Alif Bimantara seorang mahasiswa saya memiliki minat dan bakat. Memiliki kecintaan terhadap seni juga warna biru. Banyak hal yang sukai dan banyak pula orang yang menyukai saya. Terimakasih, salam hangat dari saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jahitan Busana Menjadi Budaya

11 November 2023   20:18 Diperbarui: 11 November 2023   20:24 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara tentang kebudayaan yang ada Indonesia pastinya tidak akan ada habisnya, setiap daerah selalu melahirkan tradisi budaya dan keunikan warisan budaya yang sangat kaya. Jawa Barat salah satu daerah yang tentunya melahirkan berbagai macam kebudayaan dari Bahasa, Kesenian, Tradisi Adat dan Berbusana. Museum Sri Baduga ini hadir sebagai wadah untuk menyimpan warisan budaya khususnya dari Jawa Barat. Dari Museum ini kita bisa menjelajahi perjalan budaya yang sangat beragam. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi juga mencari tahu apa sih yang terjadi khususnya dalam berbusana? Untuk selengkapnya ayo di simak penjelasannya!

Pakaian selau menjadi cerminan identitas seseorang, tidak sedikit orang memilih cara berpakaian yang berbeda dengan orang-orang. Hal ini umum terjadi tidak hanya di zaman modern, melainkan sudah terjadi sejak jaman dahulu. Dikutip dari Museum Sri Baduga "Terjadinya kontak antara Masyarakat Jawa Barat dengan bangsa asing mengakitbatkan adanya perpaduan antara kebudayaan local dengan budaya asing, khususnya Hindia Belanda. Dalam menjalankan kekuasaannya Hindia Belanda menciptakan politik Devide et Impera dengan cara membuat stratifikasi sosial dalam tiga golongan, anatara lain; menak, santana, dan somah. Stratifikasi sosial inilah yang menyebabkan adanya perbedaan dalam gaya hidup berbusana, seperti terlihat pada busana bupati Bandung abad 20, yang banyak mendapat pengaruh budaya Eropa."

Dokpri
Dokpri

Yang dimana dapat kita tarik bahwasanya pakaian bisa mencerminkan kebudayaan dan status sosial dan nilai budaya. Seiring berjalannya waktu juga kontak antara masyarakat dengan budaya asing yang hadir dari Hindia Belanda maka terciptanya berbagai golongan dalam berpakaian. Dalam bermasyarakat dahulu adanya beragam perbedaan antara pakaian kelas bangsawan juga kelas biasa, mulai dari bahan dan desain. Tetapi tidak hanya itu aja ada pesan tersirat dalam pakaian tersebut yang mencangkup sejarah juga nilai budaya.

Pakaian tersebut merupakan pakaian yang biasa dipakai oleh golongan menak. Yang dimana ini merupakan salah satu cara lambang perbedaan yang dapat di bedakan dengan kelas biasa. Pakaian golongan menak  menjaga warisan budaya dan memegang peran penting dalam mempertahankan tradisi keluarga. Golongan menak sering memakai ini untuk mencerminkan status sosisial dan kekayaan. Pakaian bangsawan juga sering kali dirancang khusus untuk acara-acara penting seceperti upacara, pesta pernikahan atau pertemuan formal. Yang dimana ini memberikan gambaran terhadap gaya kehidupan sehari-hari mereka.

Dapat dilihat memiliki desan dan detail yang lebih rumit. Tidak hanya itu dapat di liat dengan aksesories yang lebih mewah dan mencolok dengan adanya emas dalam pakaian. Bahan yang digunakan juga menggunakan bahan mewah juga mahal, seperti sutra atau brokat serta, ukuran juga mewakili perbedaannya. Perhatian terhadap detail mereka pikirkan agar terciptanya penampilan yang mencolok.

Perbedaan gaya berbusana dengan golongan biasa terlihat pada fungsionalitas, kenyamanan, dan keterjangkauan dari bahan juga aksesoris yang ada. Pakaian yang mereka pakai dipilih umumnya memiliki warna dan desain yang sederhana, dengan potongan yang longgar dan nyaman untuk mendukung aktivitas kesehari-harian mereka. Dengan pilihan warna netral seperti hitam, putih, dan abu-abu, menjadi pilihan umum, menciptakan tampilan yang mudah dipadu-padankan. Juga dengan aksesoris yang lebih sederhana, potongan kasual yang serbaguna, dan fleksibilitas dalam mengikuti cara keseharian. Berbeda dengan golongan bangsawan yang dimana pakaian yang dipilih lebih mementingkan kenyamanan dan estetika.

Kesimpulannya, melalui adanya pakaian ini kita dapat menjadi lebih mengerti tentang budaya juga sejarah yang terjadi. Yang dimana sejarah tidak hanya melalui sebuah peristiwa tetapi lebih luas dari itu, bisa dari kesenian sampai cara berbusana. Melalui perbedaan-perbedaan cara berpakaian ini, pakaian bisa menjadi mencerminan masyarakat dan keberagaman budaya. Meskipun pakaian bangsawan dan kelas biasa memiliki perbedaan yang mencolok, itu juga dapat menciptakan perpaduan antara keduanya, yang dapat ditarik ke masa sekarang tentunya cara berbusan dari masa lampau pun dapat menginsprirasi di masa sekarang. Perlu di ingat disini bukan hanya tentang perbedaan tetapi ini tersirat makna simbolis, nilai nilai budaya tentang warisan keindahan seni yang dalam setiap jahitan juga detail-detail dalam berpakaian yang memperkaya kebudayaan di Indonesia.

Sumber:

https://www.researchgate.net/publication/338051341_MUSEUM_SRI_BADUGA_SEBAGAI_SALAH_SATU_DESTINASI_WISATA_BUDAYA_DI_JAWA_BARAT

https://www.senibudayaku.com/2017/05/kebudayaan-daerah-jawa-barat.html

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun