Kemampuan untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dapat terwujud bagi mereka yang memiliki keterampilan berhitung (Yunarti & Amanda, 2022). Istilah "berhitung" digunakan dalam bidang matematika. Kata "berhitung" pertama kali diperkenalkan di Inggris oleh Crowther Report (Kementerian Pendidikan, 1959). Menurut Hidayati dkk (Hidayati et al., 2023), istilah "berhitung" didefinisikan sebagai refleksi dari literasi yang melibatkan penalaran kuantitatif. Berdasarkan konsep ini, istilah "literasi kuantitatif" sering digunakan untuk merujuk pada literasi berhitung. Definisi awal yang berbeda tentang berhitung diajukan oleh Cockcroft Report (Cockcroft, 1982). Definisi ini menggambarkan berhitung sebagai aktivitas yang melibatkan penghitungan angka dan kemampuan matematika untuk menghadapi tantangan praktis dalam kehidupan sehari-hari dengan percaya diri. Dole dan Geiger (2020) menyatakan bahwa definisi awal tentang numerasi sering kali ditafsirkan secara terbatas, artinya numerasi dipandang sebagai sesuatu yang melibatkan angka dan aritmatika. Banyak orang memiliki kesalahpahaman bahwa jika mereka tidak memiliki kemampuan dasar dalam aritmatika, mereka akan terpaksa mengandalkan kalkulator karena mereka tidak memiliki numerasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan ini tidak akurat dan telah menjadi usang di dunia abad ke-21 yang penuh dengan data dan teknologi.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2021) mendefinisikan numerasi sebagai kemampuan untuk menerapkan konsep dan keterampilan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks operasi aritmatika. Numerasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk menerapkan prinsip dan keterampilan matematika. Ketika kita berbicara tentang kemampuan numerasi, kita mengacu pada kemampuan untuk menerapkan pengetahuan operasi aritmatika, mengenali simbol yang mewakili angka, dan mampu memecahkan masalah matematika yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pada masa ini, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) di Amerika Serikat memunculkan istilah "literasi matematika" pada tahun 1944. Faktanya, National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) baru menetapkan lima standar matematika yang memuat konsep literasi matematika pada tahun 1989 (Jablonka & Niss, 2014). Principles and Standards for School Mathematics 2000 adalah nama yang diberikan untuk standar yang diamandemen yang sebelumnya dibuat padatahun 1997. Standar-standar ini tersedia untuk masyarakat umum pada tahun 2000. Persyaratan literasi matematika di antara masyarakat umum tercermin dalam konten dan prosedur yang disorot dalam Principles and Standards (tepatnya NCTM, 2000).
Ilustrasi tentang pentingnya kemampuan literasi numerasi diberikan oleh skenario berikut: seorang siswa diajarkan gagasan perkalian bilangan bulat dengan bilangan bulat sejak awal pelajaran. Enam sama dengan dua kali tiga. Meskipun soal diubah menjadi tigakali dua, hasilnya tetap sama. Akan tetapi, jika diberikan dalam suasana yang melibatkan pemberian obat, hasilnya akan berbeda. Dalam hal penyerapan dan efek penyembuhan, pedoman yang menyatakan bahwa obat-obatan harus diberikan dua kali tiga dan tiga kali dua akan memberikan hasil yang berbeda. Jika siswa memiliki pemahaman yang kuat tentang konsep perkalian bilangan bulat dan telah mengembangkan kemampuan berhitung mereka, mereka akan dapat mengartikulasikan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap variasi efek penyerapan obat.
Sementara itu, kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah diimplementasikan melalui kurikulum 2013 mencanangkan pembelajaran tematik, khususnya pada mata pelajaran matematika. Strategi pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memadukan berbagai keterampilan dan pengetahuan dari berbagai topik ke dalam sejumlah tema yang berbeda. Penerapan integrasi tersebut dapat dilihat dari dua aspek yang berbeda, yaitu: (1) penggabungan sikap, kemampuan, dan pengetahuan ke dalam proses pembelajaran; dan (2) penggabungan berbagai gagasan mendasar yang saling terkait. Untuk mencegah peserta didik mempelajari pengertian pengetahuan dan pemahaman secara terpisah, tema dikemas dalam berbagai konsep. Menurut Wicaksono dan Iswan (Wicaksono & Iswan, 2019)., pembelajaran dengan demikian dapat bermakna dan berlangsung terus menerus tanpa gangguan.
METODE PENULISAN
Kajian pustaka merupakan hal yang digunakan untuk menghasilkan karya tulis ini. Untuk mengidentifikasi solusi atas permasalahan yang telah ditemukan, kegiatan ini dilakukan secara metodis guna mengumpulkan, mengevaluasi, dan menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul (Lutfiyana et al., 2023). Proses melakukan penelitian pustaka melibatkan pengumpulan informasi dan data dengan bantuan berbagai sumber yang tersedia di perpustakaan. Bahan-bahan tersebut meliputi makalah, buku, catatan, terbitan berkala, dan catatan sejarah yang relevan dengan permasalahan yang perlu diselesaikan. Tinjauan pustaka dilakukan sebagai bagian dari proyek penelitian ini, dan mencakup pemeriksaan konsep dan hipotesis yang didasarkan pada materi yang diterbitkan sebelumnya. Artikel yang disertakan dalam tinjauan ini adalah artikel yang telah diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan menyajikan gagasan yang relevan dengan isu penelitian. Penelitian ini berfokus pada numerasi dan sistem bilangan sebagai tujuan penelitian utamanya. Mahasiswa merupakan peserta dalam proyek penelitian ini. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan penelusuran jurnal yang dapat ditemukan di berbagai media elektronik, termasuk perpustakaan digital, internet, dan Google Scholar (Nurmajumitasari, 2023).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pentingnya Numerasi
Kemampuan untuk memahami dan menerapkan berbagai simbol dan operasi numerik, serta menilai data yang disajikan dalam berbagai bentuk visual (misalnya, bagan, grafik, dan foto), dikenal sebagai numerasi. Kompetensi ini penting untuk berbagai tugas di dunia nyata. Mereka yang memiliki pemahaman tentang kemampuan berhitung dianggap lebih mampu mengembangkan kepekaan terhadap penyajian fakta, pola, dan deret numerik, serta melatih pemikiran mereka untuk memecahkan masalah dan membuat penilaian. Karena manfaat ini, kemampuan berhitung dapat membantu siswa mengatasi hambatan yang akan mereka hadapi dalam hidup. Selain itu, kemampuan berhitung sangat penting dalam banyak aspek kehidupan karena memiliki potensi untuk berkontribusi pada pertumbuhan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan bagi orang atau masyarakat.
Kemampuan untuk berfungsi secara matematis merupakan keterampilan hidup mendasar yang penting dan meresap ke semua aspek kehidupan kita. Kemampuan menerapkan konsep dan prosedur matematika dalam berbagai konteks, termasuk kehidupan sendiri, tempat kerja, dan masyarakat, dikenal sebagai numerasi. Kemampuan mendeskripsikan data yang terlihat di dunia nyata juga merupakan bagian dari numerasi. Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) mengukur kemampuan numerasi siswa melalui penekanannya pada analisis konseptual, penjelasan dan penyampaian yang efektif, serta desain, solusi, dan pemahaman masalah matematika dalam berbagai konteks dan bentuk. Kemampuan memahami dan menerapkan konsep matematika dalam berbagai konteks untuk memecahkan masalah dan mengartikulasikan konsep matematika kepada orang lain merupakan dua komponen utama numerasi (Rachmawati, 2023).
Untuk menjadi lebih terdidik secara finansial, kita dapat memperoleh manfaat dari pengembangan keterampilan berhitung ini. Memiliki kapasitas untuk memahami uang dan mengelolanya dengan benar merupakan komponen penting dari literasi keuangan. Hal ini memungkinkan anak-anak untuk berkembang menjadi individu yang bertanggung jawab secara finansial yang terbebas dari kekhawatiran yang terkait dengan utang dan yang percaya diri terhadap masa depan mereka. Memiliki kemampuan untuk memahami informasi numerik secara akurat, seperti menentukan apakah ada cukup dana untuk membayar sewa atau biaya sekolah, kemudian menggunakan pengetahuan tersebut untuk menarik kesimpulan, mengevaluasi risiko, dan membuat penilaian terhadap masalah keuangan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup seseorang. Setelah diselidiki lebih lanjut, ditemukan bahwa istilah "numerasi" identik dengan istilah "literasi kuantitatif" dan "literasi matematika".