Mohon tunggu...
Sabrina Yudhistira Jumiranto
Sabrina Yudhistira Jumiranto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

43223110015 - S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Sigmund Freud dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

19 November 2024   20:57 Diperbarui: 20 November 2024   09:40 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahap terakhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang mendalam terhadap lawan jenis. Sementara pada tahap sebelumnya, fokus utama adalah pada pemenuhan kebutuhan pribadi. Pada tahap ini, perhatian terhadap kesejahteraan orang lain mulai muncul. Jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dilalui dengan baik, individu diharapkan menjadi pribadi yang seimbang, penyayang, dan peduli. Tujuan dari tahap ini adalah mencapai keseimbangan antara berbagai aspek kehidupan.

Tahap-tahap perkembangan kepribadian biasanya berlangsung secara normal, bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun, terkadang perkembangan kepribadian seseorang bisa terhambat. Meskipun usia bertambah, individu mungkin masih terjebak dalam tahap perkembangan yang lebih awal. Freud menyebut kondisi ini sebagai fiksasi.

Ketidakpuasan pada masa oral, seperti saat disapih atau kelahiran adik dapat menyebabkan gejala regresi (kemunduran), di mana anak menjadi lebih bergantung pada orang tua dan menunjukkan perasaan cemburu. Hal ini bisa memengaruhi perkembangan kepribadian anak, membuatnya merasa tidak aman, selalu ingin perhatian, dan egosentris. Sebaliknya, kepuasan berlebihan juga dapat berdampak buruk, mengarah pada ketidakmandirian, bersikap tamak, dan haus perhatian. 

Selain itu, kepuasan berlebihan pada fase oral dapat membentuk oral incorporation personality pada masa dewasa, yaitu kepribadian yang terfokus pada pengumpulan pengetahuan atau harta benda serta membuat seseorang mudah terpengaruh orang lain. Sedangkan ketidakpuasan dapat menyebabkan sifat tamak dan selalu merasa tidak puas dalam mengumpulkan harta.

Fiksasi pada tahap oral yang dikemukakan oleh Freud dapat dikaitkan dengan perilaku korupsi, di mana ketidakpuasan dan keinginan berlebihan untuk memenuhi kebutuhan pribadi mendorong individu menjadi tamak, mengumpulkan kekayaan secara tidak sah, atau bergantung pada kekuasaan. Hal ini juga dapat mengarah pada sikap manipulatif dan dominan yang sering terlihat dalam tindakan korupsi.

Kecenderungan seseorang dalam mengumpulkan harta mencerminkan perilaku yang menyimpang. Hal itu disebabkan oleh adanya gangguan dalam perkembangan kepribadian pada masa kanak-kanak. Dengan demikian, seorang pelaku korupsi dapat dipandang sebagai seseorang yang belum mencapai kedewasaan dan masih perlu berusaha untuk memperbaiki perkembangan kepribadiannya.

Daftar Pustaka 

Tharir, Andi. 2016. Psikologi Kriminal. Bandar Lampung:Aura Publishing

LBS, Nabila., Muhizar Muchtar., Zaifatur Ridha. 2023. Psikoanalisis Sigmund Freud Dalam Penerapan Pembinaan Akhlak Siswa Di Kelas VII MTsN 1 Langkat. Journal Homepage, 4 (1), 212-213.

Rahmawati, Sustania., Arbaiyah Yusuf., Zahra 'Aisy K, Syaharani. 2023. Peranan Teori Belajar Psikoanalisa Dalam Pembentukan Karakter Remaja. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9 (19), 770-772.

Jofipasi, Rendy Amora., Jon Efendi., Robbi Asri. 2023. Pengaruh Dinamika Pendekatan Psikoanalisis
TerhadapKematangan Karir Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Journal of Special Education Lectura, 1 (2), 34-35.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun