Mohon tunggu...
Sabrina Shellby
Sabrina Shellby Mohon Tunggu... -

menyimak kehidupan lewat tulisan... @_@

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penunggu Danau

13 Januari 2011   12:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:38 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12949227962054540327

[caption id="attachment_84506" align="alignleft" width="259" caption="**google**"][/caption] “ Bang, jangan kelamaan duduk di situ… angker nih danau bang, ada penunggunya.. !” Seorang gadis remaja berpakaian seragam SMU membuyarkan Yudi dari lamunannya saat dia sedang termenung di pinggiran danau seberang kantor barunya sore itu.

“ Apalagi kalo abang lagi kosong, ati ati kesambet !” Lanjutnya lagi. Dia langsung duduk bersila di samping Yudi.

“ Angker? Kamu tau darimana?” Tanya Yudi heran.

“ Ya tau lah, saya kan setiap hari di sini nangkringnya bang.. hehe..” Jawabnya sambil memamerkan barisan giginya yang rapih.

“Jangan jangan kamu penunggunya ”

“ Hahahhaa, enak ajaaa, saya Ary, anak ibu yang jualan gado gado di ujung danau situ tuh “ Jawabnya seraya menunjuk kearah gerobak dagangan di ujung danau dekat jembatan.

“ Tiap hari saya nemenin ibu dagang sesudah pulang sekolah, jadi saya tau… “

“ Emangnya ada cerita angker apa tentang danau ini?” Tanya yudi mulai penasaran.

“ Ada yang bunuh diri di sini bang, korban putus cinta…” Jawabnya setengah berbisik.

“ Dan gadis itu kabarnya masih ada di sini bang, belom pergi, hiiyy..”

“ Ooh… masih penasaran ya arwahnya? ” Yudi pun ikut ikutan setengah berbisik seraya memasang wajah seperti orang ketakutan.Ary tertawa melihatnya.

“ Jiaah si abang… Gak percaya ya bang.. hmm, ya udah…” sambungnya lagi.

“ Percaya deh, lha yang bilang arwahnya langsung masa saya gak percaya… hehee… “ Yudi tertawa kecil. Ary pun ikut tersenyum. Cerita arwah penasaran di mana mana sama saja, bunuh diri atau di bunuh, terus gentayangan. Dari kecil Yudi sudah banyak mendengar kisah sepertiitu tapi karena belum pernah mengalami bertemu dengan makhluk gentayanganitu secara langsung membuatnya hilang kepercayaan terhadap hal hal begituan.

“ Katanya tuh cewek di khianatin pacarnya sendiri bang, pacar yang begitu di percayainya.” Ary kembali menjelaskan, Raut wajahnya tampak sedih. “ Setelah kehormatannya di ambil, pacarnya malah ninggalin dia, punya pacar yang baru lagi. Yaahh… Klise sih memang, tapi begitulah, bodoh sekali gadis itu ya bang…. huft!”Sambungnya lagi.

Ary terdiam mendengar penjelasan Ary.Tatapannya kembali kosong seperti sebelum datang Ary tadi, matanya menatap riak air danau yang tenang , Gemerisik dedaunan yang tertiup angin menambah sendu suasana hatinya. Kisah gadis yang bunuh diri itu mengusik hatinya, ingat Lita tunangannyayang seminggu lalu secara tiba tiba memutuskan pertunangan mereka, padahaltanggal pernikahan sudah di tentukan 2 bulan lagi. Yudi begitu mencintai Lita, sangat mempercayainya, sampai seminggu yang lalu Lita berterus terang padanya bahwa dia tengah mengandung anak yang bukan anak Yudi. Gelaplangsung dunia di rasa Yudi, setengah mati dia berusaha menjaga kehormatan Lita sebagai kekasihnya 5 tahun ini, tapi justru Lita sendirilah yang menghancurkannya. Pengkhianatan memang menyakitkan.Dan Yudi bisa merasakan kepedihan hati gadis yang bunuh diri itu, sangat mengerti. Itulah alasannya mengapa dia duduk di pinggiran danau ini hari ini, setelah sebelumnya sempat duduk berjam jam di pinggir rel kereta api dan di atas jembatan layang. Dia sedang mencari cara yang paling tidak sakit dan cepat untuk bunuh diri.

“ Bangg… Wooyyy bang… duuh.. kesambet beneran nih jangan jangan…. Baannggg….” Yudi tersentak saat ary mengoyak ngoyak bahunya sedikit brutal.

“ Saya baik baik aja aryyyy… gak kesambet… “ Jawab Yudi sambil tersenyum kecil melihat kepanikan Ary.

“ Semangat bang, lupakan masa lalu, teruslah hidup… ” Ucapnya seketika seraya berdiri. Sambil tangannya menepuk bahu Yudi perlahan. “ Pulang dulu ya bang, udah mau maghrib, tuh ibu udah liat liat kesini….” Katanya lagi. Yudi melayangkan pandangannya ke arah gerobak gado gado, dan memangIbu penjual gado gado tampak sedang melihat ke arah mereka berdua.

“ Dan ingat bang, jangan sampai bunuh diri, inget keluarga yang di tinggalin, kesian mereka … daahhh abaaannngg.. “ Serunya lagi sambil melambaikan tangan dan mengedipkan sebelah mata indahnya. Ia lalu berlari kecil meninggalkan Yudi. Yudi tersenyum kecut sambil membalas lambaiannya. Matanya terus mengikutiAry, terlihat kemudian merekasibuk membereskan gerobak dagangannya itu dan kemudian berlalu pulang.

Yudi kembali menatap air danau yangtenang, langit mulai gelap, dingin mulai menyelimuti tubuhnya. Tiba tiba dia tersentak , terngiang kembali kata kata Ary, “Jangan sampai bunuh diri bang.. ” Bagaimana mungkin gadis itu tau maksud hatinya? Tiba tiba Yudi merasakan bulu kuduknya berdiri, semilir agin menebar aromaberbeda kini, aroma kembang. Air danau yang tadinya tenangnampakmulai bergetar lebih kencang. Gesekan dedaunan di pohon besar yang jadi sandaran duduknya pun tampak mengeluarkan suara suara aneh. Hiiy.. Mungkinkah benar apa yang di katakan Ary, danau ini ada penunggunya dan masih suka gentayangan? Entahlah.. Namun yang pasti, Di dalam hatinya timbul satu tekad baru, ia tak mau kegagalan cintanya membuatnya mati sia sia seperti gadis dalam cerita Ary.Yudi segera bangkit dari duduknya dan beranjak. Lupakan masa lalu, Teruslah hidup…Terngiang kembali kata kata Ary.

~~~&&&~~~

Jam makan siang, Yudi menyebrangjalan dan berlari kecil menuju gerobak gado gado di ujung danau. Sudah 3 hari Yudi tidak melihat gerobak gado gado itu, Dan baru hari ini tampaknya berjualan lagi. Yudi hendak berterima kasih pada Ary, karena kata kata sederhana Ary membuatnya batal bunuh diri. Tampak ibu ary sedang mengelap piring piring yang baru selesai di cuci.

“ Permisi bu, saya Yudi, Ary anak ibu ada?“ Tanya Yudi semangat.

Ibu itu tampak tersentak mendengar pertanyaan Yudi. Ia menghentikan kegiatannya. Menatap Yudi curiga bercampur heran.

“ Ary? Adik ini siapa ya, kok kenal anak saya… Ohh, saya ingat, adik ini yang beberapa hari yang lalu duduk sendirian di pinggir danau deket pohon besar itu kan… Saya lihat adik duduk termenung seperti orang sedang binggung, bicara sendiri… “ Jawabnya masih dengan tatapan menyelidik. Jarinya menunjuk tempat pertemuan Yudi dan Ary.

“ Iya bu.. Itu saya, tapi saya gak sendirian kok. Saya sama Ary waktu itu, saya bicara sama Ary !!” Yudi sekarang yang binggung mendengar jawaban ibu Ary.

Ibu Ary lalu menarik nafas panjang. Perlahan ia duduk di bangku kayu samping gerobaksambil mempersilahkan Yudi duduk di sampingnya. Matanya mulai berkaca kaca. Mulutnya bergetar.

“ Dik Yudi… ,Ary sudah meninggalsetahun yang lalu, menenggelamkan diri sendiri di danau ini, tepatnya di tempat adik duduk kemarin…. “

“…………????” Yudi  tiba tiba merasa sekelilingnya gelap.

***^_^***

~met malem Jum'at~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun