Mohon tunggu...
Sabrina Shellby
Sabrina Shellby Mohon Tunggu... -

menyimak kehidupan lewat tulisan... @_@

Selanjutnya

Tutup

Puisi

It's Now Or Never! (Episode Cinta Rangkat #27)

23 Desember 2010   14:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:27 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12931155551222706801

[caption id="attachment_81482" align="aligncenter" width="402" caption="**google**"][/caption] " Jeng... tunggu jeng... Pelan pelan dong jalannya... denger dulu penjelasan mas dong jeng..." kata mas hans sambil terengah engah berusaha mengejar langkah cepat jeng pemi yang sepertinya tidak menghiraukan mas hans yang berusaha keras menghentikan langkahnya. " mas ngaku deh jeng, memang mawar merah kemaren itu mas petik buat anissa, tapi..." mas hans tiba tiba menghentikan kata katanya ketika tiba tiba jeng pemi membalikan badannya, wajah jeng pemi yang biasanya merah muda  berubah ungu tua pertanda jeng pemi marah sekali mendengar kata katanya. Mas hans hanya bisa terdiam sambil menundukkan wajahnya sedalam dalamnya. Jeng pemi memericingkan matanya sambil menggeleng geleng tanda kecewa dan lalu kembali melanjutkan langkahnya cepat cepat. " Jeng... Maafin mas hans  jeng..., mas khi... " " Apa??? khilaf?? Itu yang mau mas bilang?" samber jeng pemi membuat mas hans loncat mundur 3 langkah karena kaget. " Maaasss....!!! Baru aja kue putu gate mas ama miss rochma selesai, kita baru aja mulai gencatan senjata, tapi sekarang.... HUH!!!! Sudahlah mas, jangan sakiti aku lagi... Pliz... Cape aku mas...." Tiba tiba ada titik air yang mengkristal di pelupuk mata indah jeng pemi. Isaknya mulai terdengar lirih. Mas Hans salah tingkah melihatnya. Ingin ia merengkuh jeng pemi dalam pelukannya dan menghapus airmatanya. Namun sepertinya itu bukanlah langkah yang tepat untuk saat ini. Mas hans hanya terdiam melihat jeng pemi sesengukan tanpa tau harus berbuat apa. Ingin ia menjelaskan yang sesungguhnya bahwa seikat mawar merah itu hanyalah sekedar untuk menghibur hati si janda cantik yang baru saja di tinggal suaminya itu, tiada maksud lain, Sebagai seorang pengabdi warga di Rangkat ia selalu mencoba memberikan pelayanan yang terbaik bagi setiap warga, tapi sudah pasti alasannya itu mudah sekali di patahkan oleh siapapun juga, bunga kan tanda cinta atau kagum pada seseorang, terlebih seikat mawar merah. Aaah... kini tinggal penyesalan di hati mas hans, kalau saja kemarin ia memberikan bawang merah saja pada Anissa pasti sekarang tidak serumit ini masalahnya. hmmm... Penyesalan memang selalu datang terlambat. Jeng pemi sudah terlihat lebih tenang, mas hans mencoba mengatur kalimat penyesalan kembali sambil mengeluarkan jurus gombalnya. "Jeng... mas sungguh menyesal membuat jeng terluka lagi, tapi suwer jeng... berani kece deh... cuma jeng di hati mas hans... gak ada yang lain...biar pendek deh nih pentungan jeng kalo mas bohong...!"  Jeng pemi tersenyum kecil mendengar candaan mas hans. Memang selama ini itulah yang membuat jeng pemi jatuh hati pada mas hans, gombalnya dan candanya itu loh, bikin kangen terus. Melihat jeng pemi tersenyum mas hans kembali melanjutkan gombalnya. " Jeng tambah manis deh kalo senyum begitu... mana sanggup mas hans cari yang lain..." Sekarang mata mas hans mengedip ngedip genit sambil memainkan pentungannya. Tapi jeng pemi tak mau terjerumus dalam gombalnya mas hans untuk kesekian kali. " Cukup mas!!! Berhenti gombal! Sekarang gini aja, kalau mas hans bener serius sama aku, aku tunggu lamaran mas dalam waktu sebulan ini!! Putuskan segera mas, aku cape begini terus tanpa kepastian... Pokonya aku minta di lamar atau kita FINISH!!!!" Gelegar suara Jeng pemi keras sambil tangannya menegaskan dengan memberi tanda memotong leher di kata FINISH. Ia lalu segera membalikkan badannya dan melangkah pulang cepat cepat. Dan kali ini mas hans berhenti mengejarnya. Tersentak shock dan melongo kaget mendengar kata kata jeng pemi, wajahnya berubah pucat, lemas mendadak, tenaganya tiba tiba hilang untuk mengejar jeng pemi. ***** Sesampai di rumahnya, Jeng pemi segera menghambur ke kamarnya sambil menangis. Dewa yang sedang membaca buku di meja makan heran melihatnya. Khawatir ada apa apa dengan jeng pemi, Perlahan di ketuknya pintu kamar jeng pemi. Tok.. Tok.. Tok " Jeng.. jeng pemi... " Sapanya pelan dan lembut " .... Aku gak apa apa Dewa... Masuk aja..." Terdengar jawaban dari dalam kamar. Dewa pun segera masuk. " Dewa, pinjem hapemu dong, aku mau dengerin lagu yang di hape kamu itu loh, yang kemaren kamu dengerin..." " Yang mana jeng? Ini cari sendiri aja" Jawab Dewa sambil menyerahkan hapenya. Jeng pemi mengutak atik hape Dewa yang terlihat kebingungan dengan tingkahnya. " Nah yang ini.... " Dan terdengarlah alunan merdu suara Elvis presley yang di ikuti suara lirih jeng pemi yang masih terlihat sendu. **Its now or never, come hold me tight Kiss me my darling be mine tonight Tomorrow will be too late its now or never My love wont wait.... " Mas hans,,, IT'S NOW OR NEVER !!!" Gumamnya perlahan. * * * ***wakaakakaaakkak..... pemiii pengen kawiiiiinnnn *_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun