Mohon tunggu...
Sabrina Analisristianti
Sabrina Analisristianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Pesawat Udara-PPI Curug

Making Phrase is a refreshing to me and it gives me a new euphoria.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengapa Karakter Sosial Penting dalam Kehidupan Sehari-hari?

23 Agustus 2024   13:31 Diperbarui: 23 Agustus 2024   13:33 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Karater sosial?


Karakter sosial merujuk pada sifat-sifat dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain di lingkungan sosial. Ini mencakup sikap, perilaku, etika, dan moral yang diterapkan dalam berbagai hubungan, baik di lingkungan organisasi maupun pendidikan. Karakter sosial bukan hanya tentang bagaimana seseorang dipandang oleh orang lain, tetapi juga tentang bagaimana cara seseorang memperlakukan dan menghargai orang lain, bagaimana seseorang berkontribusi dalam membangun lingkungan yang harmonis dan produktif. Dalam artikel ini, kita akan membahas mengapa karakter sosial begitu penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam konteks organisasi dan pendidikan.

Lantas mengapa karakter sosial itu penting?

Dalam kehidupan sehari-hari, karakter sosial memainkan peran vital dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat dan produktif. Karakter sosial mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan integritas, semua ini sangat esensial dalam membangun kepercayaan dan kerja sama antarindividu. Ketika seseorang memiliki karakter sosial yang baik, ia cenderung lebih dihargai dan dipercaya oleh orang lain, yang pada gilirannya membuka peluang lebih besar untuk sukses dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di organisasi dan lingkungan pendidikan.

Adapun dampak karakter sosial dalam hubungan interpersonal

Karakter sosial yang baik berdampak langsung pada kualitas hubungan interpersonal. Di dalam organisasi, misalnya, seorang pemimpin yang memiliki integritas dan empati akan lebih mudah memenangkan kepercayaan dari timnya. Kepercayaan ini akan menghasilkan komunikasi yang lebih efektif, kolaborasi yang lebih baik, dan berujung pada pencapaian tujuan organisasi yang lebih optimal. Sebaliknya, jika seorang pemimpin atau anggota tim menunjukkan karakter yang buruk seperti ketidakjujuran atau egoisme, hubungan antarindividu akan terhambat oleh konflik dan ketidakpercayaan, yang dapat mengganggu kinerja organisasi secara keseluruhan. Namun dalam berorganisasi, bukan hanya karakter pemimpin saja yang penting, semua anggota dari organisasi memiliki andil yang kuat untuk mendapatkan hasil kerja sama tim yang baik. Dalam kata lain, baiknya organisasi ini berasal dari segala aspek, baik ketua, maupun anggota. Sehingga semua komponen organisasi wajib mengerti bagaimana karakter sosial yang harus dimiliki dan diterapkan dalam berorganisasi.

Di lingkungan pendidikan, karakter sosial juga memainkan peran kunci dalam menciptakan atmosfer belajar yang positif. Seorang guru yang menunjukkan karakter sosial yang baik, seperti kepedulian dan keadilan, tidak hanya akan dihormati oleh murid-muridnya tetapi juga akan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran dan perkembangan pribadi. Sebaliknya, kurangnya karakter sosial pada pendidik atau murid dapat menyebabkan masalah seperti perundungan, kurangnya partisipasi, dan bahkan penurunan prestasi akademik. Kebanyakan individu dengan karakter pembully ini tidak sadar bahwa mereka merundung orang lain. Hal ini terjadi karena kurangnya didikan sejak dini dari lingkungan keluarga terkait batasan dan bagaimana berperilaku baik terhadap sesama.

Contoh Nyata di Lingkungan Sekitar

Contoh nyata dari pentingnya karakter sosial dapat dilihat dalam berbagai situasi di lingkungan sekitar kita. Dalam sebuah organisasi, misalnya, keberhasilan sebuah tim sering kali bukan hanya ditentukan oleh keahlian teknis anggotanya, tetapi juga oleh bagaimana mereka bekerja sama sebagai sebuah unit yang harmonis. Tim yang anggotanya memiliki karakter sosial yang kuat cenderung lebih mampu mengatasi tantangan dan mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh, dalam proyek kolaboratif, ketika setiap anggota tim menunjukkan tanggung jawab dan empati, mereka dapat saling mendukung dan mengatasi hambatan dengan lebih efektif.

Di lingkungan pendidikan, contoh lain bisa dilihat pada interaksi antara murid-murid di dalam kelas. Di sebuah sekolah yang menekankan pentingnya karakter sosial, murid-murid diajarkan untuk saling menghargai dan bekerja sama. Hal ini tidak hanya meningkatkan iklim belajar, tetapi juga membantu murid-murid dalam mengembangkan keterampilan sosial yang esensial untuk kesuksesan di masa depan. Misalnya, murid yang terlibat dalam kegiatan kelompok yang menuntut kerja sama dan saling pengertian cenderung lebih siap untuk menghadapi tantangan di dunia kerja. 

Kesimpulan

Karakter sosial merupakan sebuah elemen penting yang berperan dalam mewujudkan hubungan sehat dan produktif di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam organisasi dan pendidikan. Dengan karakter sosial yang baik, individu membangun kepercayaan, memperkuat kerja sama, dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan bersama. Memahami dan mengembangkan karakter sosial bukan hanya penting untuk kesuksesan pribadi, tetapi juga krusial bagi kesejahteraan komunitas. Ini adalah elemen yang secara diam-diam namun signifikan menentukan kualitas hubungan kita dan arah keberhasilan dalam masyarakat.

Referensi

  • Lickona, T. (1991). Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

  • Goleman, D. (2006). Social Intelligence: The New Science of Human Relationships. New York: Bantam Books.

  • Cameron, K. S., & Quinn, R. E. (2011). Diagnosing and Changing Organizational Culture: Based on the Competing Values Framework. San Francisco: Jossey-Bass.

  • Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. (2004). Research-Based Character Education. The ANNALS of the American Academy of Political and Social Science, 591(1), 72-85.

  • Krettenauer, T., & Victor, R. (2017). Why be Moral? Moral Identity Motivation and Age. Developmental Psychology, 53(8), 1437-1447.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun