Mohon tunggu...
Sabrina Rahman
Sabrina Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hobi saya Traveling dan mendengarkan lagu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Akhlak Muslim

10 November 2024   18:10 Diperbarui: 13 November 2024   14:02 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Pengelihatan

3. Perasaan

Proses pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga bersifat natural karena berlangsung alamiah dan bersifat autentik, seperti air yang meresap ke dalam lapisan-lapisan tanah, sehingga nilai-nilai akhlak itu terserap dalam ranah kognitif, muncul dalam ranah konatif, meresap ke dalam ranah afektif, dan aktual pada ranah motorik. Selain bersifat natural dan authentic, Proses pendidikan akhlak dal am lingkungan juga bersifat universal dan primordial. Disebut universal karna pendidikan akhlak tersebut berlangsung pada seluruh lingkungan sosial, yakni agama, budaya, dan bahasanya. Dan adapun di sebut primordial karna proses pendidikan akhlak merupakan akar pembentukan kepribadian dan karakter manusia, selain itu disebut primordial juga karna merupakan budaya asal dan asli yang di alami setiap individu dalam berbagai lingkungan sosial.

PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA

1. Pembentukan Keluarga

Tujuan perkawinan, menurut Al-Qur'an, Yaitu untuk mewujudkan keluarga sakinah. Tujuan ini secara tegas di nyatakan dalam Kompilasi Hukun Islam diIndonesia, yaitu perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan rahmat. 

Keluarga dal am islam hanya bisa di bentuk melalui akad nikah yang sah menurut syariat islam. Adapun tujuan berkeluarga yaitu untuk mendapatkan keturunan serta memperbanyak generasi muslim. Dan keluarga merupakan pranata sosial utama dan pertama yang bertanggung jawab memperbanyak keturunan dan mendidik generasi muda muslim yang kokoh dalam iman dan takwa dan unggul dalam iptek.

2. Teori Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

Pendidikan Akhlak dalam keluarga di bangun di atas tiga teori:

  • Teori Naturalisme : Menyatakan bahwa seorang anak menjadi pribadi yang baik atau pribadi yang bermasalah ditentukan oleh       faktor pembawaan sejak lahir sehingga lingkungan keluarga tidak menentukan baik buruknya kepribadian anak.
  • Teori Empirisme : Menyatakan bahwa seorang anak tumbuh dan kembang menjadi pribadi yang baik atau pribadi yang bermasalah di tentukan olles faktor lingkungan keluarga.
  • Teori Konvergensi : Menyatakan bahwa anak memiliki potensi untuk menjadi pribadi yang bermasalah berdasarkan faktor genetika, hereditas atau keturunan, dan pendidakan sebelum dilahirkan yang dibawa sejak lahir.

Teori konvergensi dekat dengan pandangan Al-Quran dan sunah yang menyatakan bahwa Allah mengilhamkan kepada manusia potensi fujur, yakni potensi menjadi pribadi jahat, dan potensi takwa, yakni potensi menjadi pribadi yang menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. dan melindungi dirinya dari sikap dan tindakan yang membinasakan, seperti tercermin pada ayat Al-Qur'an berikut.

"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." (Q.S. Asy-Syams [91]: 8-10)

3.  Metode Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

Metode-metode pendidikan akhlak dalam keluarga ada empat, yaitu:

  • Metode konfirmasi : Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa orang tua dalam keluarga merupakan pendidik pertama dan utama dalam menanamkan akhlak muslim kepada anak. Kewajiban pertama dan utama keluarga adalah menanamkan akhlak kepada anak bahwa Allah se adalah Tuhan yang menciptakan, menumbuhkembangkan, mem-bimbing, dan menyayangi manusia dengan kasih sayang yang tiada ter-hingga, serta mengarahkan manusia menjadi khalifah Allah SWT. di muka bumi yang bertanggung jawab memakmurkan bumi untuk kesejahteraan manusia.
  • Metode uswatun-hasanah atau teladan yang baik : Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa orang tua merupakan figur yang menginspi-rasi kehidupan anak secara menyeluruh, baik kehidupan intelek, emosi, spiritual, pribadi, maupun kehidupan sosial.
  • Metode cerita : Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa anak-anak lebih senang mendengar cerita yang menarik perhatian mereka, membangkitkan rasa ingin tahu yang mendalam, dan merangsang daya imajinasi yang sesuai dengan kehidupan mereka. Dengan memilih cerita yang berasal dari kisah para nabi, sahabat, dan para ulama terdahulu yang saleh dan kemudian diceritakan kepada anak-anak dengan pilihan kata yang sesuai dengan dunia anak-anak, membuat ayah dan ibu memiliki kesempatan emas untuk menanamkan nilai-nilai akhlak mulia kepada mereka tanpa disadari.
  • Metode literasi : Metode ini bertitik tolak dari pandangan bahwa pendidikan dasar yang baik itu harus dimulai dengan memperkenalkan aksara kepada anak-anak sehingga mereka merasa akrab dengan aksara yang disusun menjadi kata dan kalimat. Metode literasi adalah upaya menumbuhkan minat baca kepada anak-anak sedini mungkin. Metode literasi dalam pen-didikan akhlak dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, dimulai dengan memperkenalkan cerita bergambar, ensiklopedi flora dan fauna, ensiklopedi Islam untuk anak-anak yang berisi riwayat hidup para ilmuwan, penemu sains dan teknologi, dan para pejuang muslim kepada anak-anak. Kedua, mengajak anak-anak mengenal ensiklopedi dan cerita bergambar dengan mengajak mereka membaca atau membacakan isinya yang memuat nilai-nilai akhlak tersebut kepada anak-anak. Jadi, metode literasi dalam pendidikan akhlak bisa dipadukan dengan metode cerita sehingga kedua metode ini dalam penerapannya saling melengkapi.

PENDIDIKAN AKHLAK DI SEKOLAH

Keberhasilan pendidikan akhlak di sekolah umum ditentukan oleh banyak faktor, seperti kualitas guru agama dan kualitas kurikulum pendidikan agama, baik yang tersurat dan maupun yang tersirat pada semua atmosfir lingkungan sekolah dan resapan pendidikan akhlak pada semua bidang studi. Dan keberhasilan pendidikan akhlak di sekolah umum ditentukan oleh beberapa
hal berikut :

  • Kualitas guru agama. Guru agama tidak hanya mengajarkan agama, tetapi juga mendidik agama dan pengamalan beragama yang terpadu kepada peserta didik shingga dapat menjadi orang beragama, memahami agama, dan taat beragama.
  • Kurikulum pendidikan agama. Kurikulum pendidikan agama yang berkualitas, jika dipercayakan kepada guru berkualitas, akan memiliki integritas dan mendidik dengan ikhlas sehingga menentukan keberhasilan pendidikan akhlak di sekolah.
  • Kurikulum tersirat. Kurikulum terbagi dua, kurikulum tersurat dan kuri-kulum tersirat. Kurikulum pendidikan akhlak tertulis hanya diberikan seminggu satu kali dalam bidang studi Pendidikan Agama, sedangkan kurikulum pendidikan akhlak tersirat berlangsung setiap waktu di kantin sekolah, masjid, perpustakaan, lapangan basket, mobil jemputan, bahkan di dalam ponsel peserta didik. Kurikulum tersirat (hidden curriculum) lebih mengalir, autentik, alamiah, mudah, praktis, dan bersifat informal sehingga lebih efektif dalam memengaruhi peserta didik dibandingkan dengan kurikulum tertulis.
  • Pendidikan akhlak dalam resapan bidang-bidang studi. Muatan pendi-dikan akhlak bersifat fleksibel. Tidak hanya tertuang dalam bidang studi Pendidikan Agama, tetapi juga meresap ke dalam pori-pori seluruh bidang studi.

PENDIDIKAN AKHLAK DI MASYARAKAT

Pendidikan akhlak di masyarakat adalah pendidikan akhlak yang berlangsung pada pranata sosial masyarakat, seperti pendidikan akhlak yang berlangsung di masjid melalui forum pengajian, majelis taklim, atau remaja masjid, baik secara daring maupun luring. Pendidikan akhlak di masyarakat merupakan pendidikan luar sekolah yang bertujuan menyadarkan masyarakat agar : 

  • Berakhlak mulia kepada Allah & dengan iman, ibadah, dan ikhlas, baik dalam hubungan dengan Allah 3 maupun dengan sesama manusia.
  • Berakhlak mulia kepada sesama dengan peduli dan berbagi agar kualitas kemanusiaan kita meningkat.
  • Berakhlak mulia kepada alam dan lingkungan hidup agar interaksi manusia dengan alam senantiasa harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun