Peer Teaching atau tutor sebaya merupakan metode pembelajaran dimana siswa mengajar siswa lainnya atau siswa tersebut berperan sebagai pengajar adalah siswa. Metode pembelajaran tutor sebaya ini dirancang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa, serta menciptakan suasana belajar yang nyaman.
Pada artikel pertama yang berjudul "Teachers' peer group mentoring -- Nine steps to heaven?" menjelaskan tanggung jawab guru untuk mengembangkan keahlian mengajar mereka sendiri dan praktik sekolah telah diharapkan sejak lama.Â
Dalam undang-undang yang mengatur guru pendidikan secara eksplisit diminta untuk terlibat dalam pengembangan sekolah berdasarkan temuan penelitian terbaru dan pengalaman praktis mereka sendiri (Rnnerman, 2005). Selama proses mentoring kelompok, guru seharusnya mengembangkan keahlian profesional mereka melalui refleksi pada praktik mereka.Â
Guru dalam penelitian ini diatur dalam tim guru formal, mengajar siswa yang sama tetapi pada mata pelajaran yang berbeda. Analisis menunjukkan bahwa peer group mentoring menghasilkan berbagai proses untuk guru individu, untuk tim guru dan dalam proses praktek mengajar.Â
Proses yang difokuskan di sini dapat digambarkan sebagai pendisiplinan, demokratisasi dan pengembangan. Dibingkai oleh gagasan Michel Foucault tentang kekuatan sebagai pendisiplinan sekaligus produktif, artikel ini menunjukkan bagaimana model pendampingan kelompok sebaya atau peer group mentoring yang dibatasi meningkatkan di berbagai proses.Â
Proses ini melihat tim pengajar di mana kerjasama jarang terjadi bergerak menuju komunitas pembelajaran profesional di mana hubungan meningkat. Kekuatan datang dalam interaksi antara guru, kepala sekolah dan pendekatan penelitian interaktif dalam praktik peer group mentoring.Â
Walaupun membatasi individu guru, namun pada saat yang bersamaan mampu mengembangkan proses demokratisasi dan kerjasama dalam tim guru.
Artikel kedua yang berjudul "An Evaluation of Peer Teaching Across the Curriculum: Student Perspectives" dijelaskan bahwa near peer teaching adalah model pengajaran yang telah terbukti menjadi pendekatan yang efektif untuk belajar.Â
Ini merupakan pertukaran pengajaran dimana siswa dari latar belakang yang sama, dipisahkan oleh satu hingga dua tahun dan saling mengajar. Siswa setuju bahwa near peer teaching adalah komponen berharga karena membantu mempersiapkan mereka untuk peran masa depan mereka.Â
Dari hasil analisis artikel terdapat sebagian besar (95,6%) merasa bahwa near peer teaching adalah pendekatan yang berharga dan efektif untuk belajar. Temuan dari penelitian ini memperkuat manfaat peer teaching dari kedua perspektif peer teacher dan pelajar. Hal ini terutama berlaku untuk pelajar sebaya.Â
Mayoritas mahasiswa yang di survei merasa dengan peer teaching ini mereka lebih nyaman bekerja. Masuknya peer teaching ke dalam kurikulum memberi kesempatan bagi siswa untuk berfungsi sebagai guru sekaligus pembelajar. Para siswa sangat setuju jika metode peer teaching ini sangat beguna dan berharga.
Artikel ketiga yang berjudul "An Investigation of Peer-Teaching Technique in Student Teacher Development" menjelaskan bahwa cara efektif untuk menciptakan komunitas belajar yang profesional adalah dengan menggunakan proses peer teaching.Â
Siswa perlu memiliki kesempatan untuk meninjau pengalaman mengajar mereka yang akan memungkinkan mereka untuk membuat keputusan tentang praktik mengajar mereka di masa depan, banyak program pendidikan guru yang telah memprioritaskan "pemikiran reflektif" dan mendefinisikannya sebagai tujuan pembelajaran mendasar siswa mereka.Â
Para siswa merasa pengajaran teman sebaya berguna karena mereka dapat memahami prinsip-prinsip metode terutama ketika dasar-dasar metode ditunjukkan oleh teman-teman mereka.Â
Para siswa guru menawarkan berbagai pandangan yang menunjukkan manfaat yang mereka dapatkan dari praktik pengajaran sebaya mereka. Pengajaran ini meningkatkan kompetensi mengajar dan menawarkan kesempatan untuk mengasah kemampuan mengajar mereka.
Artikel keempat dengan judul "A Case Study on Peer-Teaching" menjelaskan bahwa tujuan dari kegiatan peer teaching adalah untuk memotivasi belajar dan meningkatkan komitmen siswa. Hasil dari penelitian yang dilakukan didalam artikel menunjukkan bawa sebagian besar siswa tidak melakukan revisi setelah pembelajaran karena program peer teaching ini.Â
Semua siswa merasa termotivasi karena merasa senang membantu dan berdiskusi dengan teman lainnya serta suasanya kelas menjadi sangat positif. Hasilnya Sebagian besar siswa merasa termotivasi meskipun sebagian kecil lebih menyukai belajar sendiri.Â
Program peer teaching ini sangat membantu dalam proses belajar. 92% siswa lulus dalam kursus ini dan faktor yang mempengaruhi ialah kelompok belajar, pengajar, metode pengajaran, dan metode penilaian itu sendiri.
Artikel kelima yang berjudul "Learn from Each Other: A Peer-Teaching Model" dikatakan bahwa salah Salah satu penyebab turunnya motivasi siswa untuk belajar IPA adalah kurangnya guru IPA yang cocok dan mampu menarik siswa menuju disiplin ini.Â
Dalam banyak kasus, guru yang sama sekali tidak terlatih dalam sains justru mengajarkannya. Sebagai bagian dari upaya untuk membalikkan kecenderungan menurunnya motivasi belajar sains di kalangan mahasiswa, berbagai upaya dilakukan, seperti kompensasi finansial, bimbingan dan dukungan profesional.Â
Salah satu upaya untuk mengatasi kekurangan guru yang baik dan menarik siswa untuk disiplin ilmu adalah melalui pembelajaran sosial, seperti mengaktifkan peer teaching. Dari eksperimen yang dilakukan, kelas ipa baik guru atau siswa merasa senang belajar dengan menggunakan metode peer teaching ini.
Proses metode yang digunakan juga tidak seperti kelas regular dan berpusat pada guru yaitu dengan hanya beberapa siswa yang duduk mengelilingi meja, pengajaran dilakukan sebagian di dalam kelas dan sebagian lagi di luar kelas.Â
Ditemukan kecocokan antara implementasi siswa dengan staff sekolah yang menunjang berfikir positif bagi siswa dengan metode peer teaching. Tetapi, siswa juga menekankan kesulitan pada metode ini dan ada kemungkinan bahwa metode ini mengalami perubahan untuk melestarikan manfaatnya dan mengatasi tantangan yang di antisipasi siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa peer teaching atau tutor sebaya ialah model pembelajaran yang memungkinkan siswa saling memberi pengetahuan kepada sesama rekannya atau mengajar temannya sehingga metode pembelajarannya dapat dikatakan berpusat pada peserta didik.Â
Hal terpenting dari metode pembelajaran ini ialah mampu meningkatkan kualitas dan proses pembelajaran, meningkatkan interaksi sosial siswa dalam pembelajaran, melatih siswa untuk mengajar teman-temannya, dan melatih keterampilan komunikasi siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Gal, A., & Fallik, O. (2021). Learn from Each Other: A Peer-Teaching Model. Interdisciplinary Journal of Environmental and Science Education, 17(3), e2242.
KAVANOZ, S., & YKSEL, H. G. (2010). An investigation of peer-teaching technique in student teacher development. The International Journal of Research in Teacher Education, 1(3), 10-19.
Langelotz, L. (2013). Teachers' peer group mentoring--Nine steps to heaven?. Education Inquiry, 4(2), 375-394.
Lim, L. L. (2014). A case study on peer-teaching. Open Journal of Social Sciences, 2(8), 35-40.
Marc Campolo, P. T., Maritz, C. A., Gregory Thielman, P. T., & Lora Packel, M. S. (2013). An evaluation of peer teaching across the curriculum: student perspectives. International Journal of Therapies and Rehabilitation Research, 2(1), 1.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H