Kebersihan lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting bagi kehidupan. Untuk mendukung terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat dan nyaman sehingga terhindar dari berbagai penyakit. Maka setiap masyarakat dan pemerintah harus bergotong royong dan menyatukan tujuan dalam menjaga kebersihan lingkungan agar bisa mewujudkannya. Meskipun faktanya, berdasarkan data riset dari Kementerian Kesehatan diketahui bahwa hanya 20 persen penduduk Indonesia yang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan. Artinya dari 262 juta penduduk Indonesia hanya sekitar 52 juta penduduknya yang peduli terhadap kebersihan lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan.
Minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan didukung pula dengan belum maksimalnya pengelolaan sampah di Indonesia. Hal ini selaras dengan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 mengenai jumlah sampah di Indonesia yang terdiri dari 154 kabupaten/kota di seluruh Indonesia adalah 18,2 juta ton per tahun. Sedangkan sampah yang dikelola dengan baik hanya 13,2 juta ton per tahun atau 72,95%. Selain itu, didukung pula dengan terbatasnya daya tampung tempat pembuangan sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) atau Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan minimnya standar dalam pengelolaan sampah yang sudah diterapkan.
Beberapa permasalahan sampah di Indonesia yang sudah disebutkan sebelumnya seperti terbatasnya daya tampung tempat pembuangan sampah, pengelolaan sampah yang belum maksimal oleh pemerintah, ditambah sikap masyarakatnya yang tidak acuh pada kebersihan dengan membuang sampah tidak pada tempatnya atau bahkan membuangnya ke sungai membuat peran pemuda sebagai agent of change sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan hingga pada titik merubah lingkungan menjadi lebih baik.
Hal ini selaras dengan tiga belas karakteristik dan aspek-aspek dalam diri pemuda pada Sosiologi Kepemudaan, antara lain; (1) Aktualisasi diri (2) Ambisius (3) Altruistik (4) Individualis (5) Egois (6) Hipokrit (7) Pragmatis. (8) Restensial (9) Idealis (10) Melankolis (11) SanguiniAs (12) Koleris (13) Plegmatis. Sedangkan dalam aspek sosiologi, pemuda adalah individu yang terwarisi masa lalu dan terbebani masa depan. Dalam aspek pembangunan masyarakat, pemuda memiliki kedudukan yang strategis untuk melanjutkan cita-cita perjuangan bangsa dalam pembangunan bangsanya. Dalam aspek sosial, pemuda adalah individu yang selalu aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dalam rangka membuat hidupnya berarti bagi manusia lain. Lalu, dalam aspek psikologi, pemuda adalah individu yang memiliki karakter dinamis, bergejolak, dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil.
Mengutip pernyataan dari Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda dalam kegiatan Pilot Project Peningkatan Kapasitas Pemuda dengan tema "Pepelingasih Terbakti di Tengah Pandemi", menjelaskan bahwa peran pemuda sebagai kontrol sosial sangat dibutuhkan saat ini, menghadirkan berbagai usaha preventif dan ide atau kampanye inovatif tentang pentingnya menerapkan protokol kesehatan dan kebersihan lingkungan. Untuk mengurangi permasalahan dari banyaknya sampah yang belum terkelola dengan baik oleh pemerintah dan masih tersebarnya sampah di tempat-tempat tidak seharusnya seperti waduk, sungai, dan lain sebagainya membuat para pemuda dari Bandung tergerak untuk terjun langsung membersihkan tumpukan sampah tersebut dengan bermodalkan alat kebersihan seadanya dan bergotong-royong agar sungai atau selokan bersih kembali seperti seharusnya. Para pemuda ini dikenal dengan nama Pandawara Group.
Mengenal Pandawara Group
Pandawara Group beranggotakan lima pemuda yaitu Agung Permana, Muhammad Ikhsan, Gilang Rahma, Rafly Pasha dan Rifki Sa'dulah. Mereka adalah teman bermain dan tinggal di daerah yang sama yaitu Bandung Selatan. Nama Pandawara Group berasal dari cerita Mahabarata dimana cerita tersebut mengisahkan ada lima bersaudara yang bernama Pandawa Lima. Maka hal tersebut berlaku juga untuk mereka karena beranggotakan lima orang.
Latar belakang Pandawara Group melakukan pembersihan saluran air dan sungai karena mereka sebelumnya merupakan "korban banjir" yang rumahnya kebanjiran setiap kali musim hujan tiba. Berangkat dari pengalaman buruk dan ketakutan mereka akan bencana banjir, maka muncul gagasan bersama untuk mencoba mencegah banjir dengan mengurangi limbah yang menyumbat berbagai saluran air.
Mereka percaya bahwa banjir bisa disebabkan oleh dua hal, antara lain; pertama, permukaan air turun begitu rendah; kedua, tumpukan sampah yang besar menghalangi aliran air di sungai dan saluran air. Realita yang mereka jumpai adalah banyaknya tumpukan sampah yang menyumbat aliran sungai akibat dari perilaku warga yang tidak membuang sampah dengan bijak. Sehingga, mereka memutuskan mengambil tindakan untuk membersihkan sampah-sampah tersebut yang mulai dari saluran air di sekitar tempat tinggal hingga ke berbagai wilayah kota Bandung.
Pandawara Group membersihkan 80 sungai dan saluran air di Kota Bandung. Mereka memakai sepatu bot, sarung tangan dan membawa kantong plastik besar untuk tempat sampah saat membersihkan. Bagi mereka tidak ada rasa jijik, melainkan rasa tanggung jawab yang mendasari kegiatan membersihkan sampah. Mereka ingin langkah yang diambil konsisten dan menginspirasi generasi muda lainnya di berbagai bidang untuk menjaga lingkungan.