Yang ditanya hanya menggeleng pelan. Nathan memang tidak menyukai permainan papan. Dibandingkan bermain permainan papan, ia lebih suka bermain melalui gawai miliknya. Zara mematikan televisi yang tengah memutar film "The Conjuring" dan lampu ruang tengah tanpa aba-aba, membuat teman-temannya berteriak karena terkejut.
"Zara!" teriak keempat temannya bersamaan. Bukan main, tindakan Zara tadi benar-benar membuat mereka kaget sekaligus kesal.
Sementara itu, Zara hanya memberikan sebuah cengiran yang menjengkelkan. Perempuan itu mendudukkan dirinya di atas karpet dan meminta teman-temannya untuk ikut duduk bersamanya. "Kalian bosan kan menonton film? Nah, aku punya ide! Mau main truth or dare, gak?"
Semua mengangguk dengan penuh semangat, kecuali Nathan. Laki-laki itu menggeleng, enggan mengikuti permainan tersebut.
"Nathan? Kenapa kamu gak mau ikut? Kan seru!" Serenity bertanya sembari menatap Nathan kebingungan.
"Aku malas bermain truth or dare," jawab Nathan acuh tak acuh. Ia berjalan ke arah dapur dan membuka kulkas, mengambil cokelat batangan yang disimpannya sejak kemarin malam.
Sam tertawa dan meledeknya, "Than, jangan jadi pengecut. Ayo main!"
Teman-teman yang lain ikut mengompori, tetapi Nathan tetap menolaknya. Hingga akhirnya sang pemilik rumah pun pasrah dan setuju untuk ikut bermain dalam permainan tersebut. Sebuah botol soda yang sudah kosong dijadikan sebagai pemutar oleh mereka untuk menentukan giliran dalam bermain. Permainan berjalan dengan menyenangkan, dari permainan ini mereka dapat mengetahui rahasia atau pun kejujuran satu sama lain. Botol itu diputar oleh Maya dan tutup botolnya mengarah ke Sam, itu artinya kini adalah giliran Sam!
"Sam! Truth or dare?" tanya Zara antusias.
"Karena dari tadi aku pilih truth, sekarang aku mau pilih dare!" balas Sam dengan penuh percaya diri, "jadi, apa dare-nya?"
"Ayo pergi ke rumah hantu yang ada di jalan kecil dekat sekolah!" seru Zara yang berhasil membuat semua tercengang. Namun, beberapa detik kemudian Serenity dan Maya bertepuk tangan atas ide cemerlang Zara. Sementara itu, Sam merutuki kebodohannya karena memilih dare. Seharusnya ia memilih truth saja jikalau dare yang ia dapatkan seperti ini!