Mohon tunggu...
Sabrina Demi Rahayu
Sabrina Demi Rahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Manajemen Perkantoran - UPI

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pengaruh Hubungan Komunikasi Interpersonal Orangtua - Anak Terhadap Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja

1 Desember 2023   08:44 Diperbarui: 1 Desember 2023   08:47 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu fakor terbesar dari perilaku seks pranikah yang acap kali dilakukan oleh remaja, yaitu disebabkan oleh kurangnya pengawasan orangtua dalam hal ini masih rendahnya intensitas komunikasi antara anak dengan orangtua. Padahal kenyataanya, komunikasi memegang peran dan fungsi esensial dalam keluarga, sehingga mutlak diperlukan. 

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam memberikan pendidikan untuk melaksanaan proses sosialisasi yang mampu mempengaruhi sikap, karakter dan kepribadian anak. Komunikasi interpersonal memegang peran yang krusial dalam proses penanaman nilai, moral, ideologi hingga cinta, termasuk juga sosialisasi tentang seks pada anak. 

Berdasarkan riset remaja yang lebih cenderung melakukan seks pranikah terbukti jarang menghabiskan waktu bersama orangtua mereka. Kurangnnya komunikasi orangtua-anak menjadikan anak bebas bergaul tanpa pengawasan dari orangtuanya. Orangtua yang enggan membicarakan tentang masalah seks pada anak juga menjadi faktor penyumbang terjadinya seks pranikah di kalangan remaja (Kustanti, 2013).

Komunikasi interpersonal orangtua-anak amat diperlukan untuk membentengi remaja melewati periode penting yang terjadi di fase-fase pertumbuhan dan perkembangan semasa hidup mereka. Meski diusia remaja keluarga bukan lagi menjadi unsur utama mempengaruhi perkembangan remaja, tetapi dukungan keluarga tetaplah dibutuhkan. Terutama peran orangtua dalam memberikan sosialisasi terbaik bagi pembentukan moral remaja sehubungan dengan perilaku seks bebas. 

Remaja tetap membutuhkan pendampingan dari orang dewasa yang mampu memahami dan memperlakukannya secara bijaksana (Santrock, 2002). Kedekatan orangtua-anak akan memupuk kepercayaan dan ikatan emosional, sehingga remaja dapat bersikap lebih terbuka dan percaya diri untuk mengutarakan segala masalah hidup yang mereka alami.

Komunikasi interpersonal orangtua-anak adalah sebuah proses pengiriman dan penerimaan pesan dua arah antara orangtua dengan anak yang berlangsung secara tatap muka, keduanya menempatan diri mereka sebagai pembicara dan pendengar, sehingga menghasilkan respon dan feedback. 

Aspek-aspek komunikasi interpersonal berdasarkan pendekatan humanistik yaitu: keterbukaan, empati, sikap suportif, sikap positif dan kesetaraan (Devito, 1995). Keterbukaan adalah usaha dari komunikator ataupun komunikan untuk menunjukan keinginan membuka diri dan berbagi informasi secara jujur sebagai bentuk respon dari pesan yang diterima. Empati adalah kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan. Sikap suportif ditandai dengan pemberian dukungan guna memberikan motivasi dan menjaga kontinuitas komunikasi yang baik. 

Sikap positif ditunjukan melalui pemberian respon dan penghargaan secara positif seperti pujian, penguatan atau pesan yang membangun. Keefektifan komunikasi interpersonal akan tercipta apabila semua pihak berada dalam situasi yang setara. Sebab kesetaraan ini menjadi aspek penting untuk menepis penolakan dalam berkomunikasi karena salah satu pihak terlalu mendominasi.  Komunikasi interpersonal yang terjalin antara orangtua-anak berperan penting bagi perkembangan kepribadian anak.  

Melalui komunikasi, orangtua bisa memasukkan nilai-nilai kehidupan dan menanamkan moral tentang apa yang benar dan boleh dilakukan dengan apa yang salah dan tidak boleh dilakukan sehingga harus dihindari, termasuk batasan-batasan dalam menjalin hubungan dengan lawan jenisnya dan konsekuensi bila batasan tersebut dilanggar.

Tendensi tentang seks bebas di masyarakat saat ini sudah berubah. Perspektif yang dulu menganggap bahwa hubungan seks hanya dilakukan selepas menikah, kini bergeser menjadi hal yang lumrah dilakukan meskipun diluar ikatan pernikahan. Kondisi psikologis remaja yang labil ditambah lagi rentannya pengaruh buruk dari lingungan sosialnya, menjadi tugas tersendiri bagi orangtua untuk lebih intens memberikan pengawasan pada anaknya. 

Remaja yang melakukan seks pranikah seringkali terpengaruh oleh teman sebayanya, pengalaman berpacaran hingga informasi seputar seks yang tersebar bebas di internet. Tekanan individu melakukan perilaku seks pranikah bisa disebabkan oleh tekanan dari lingkungannya itu sendiri. Bahkan, tekanan dari teman sebaya bisa jauh lebih kuat. Komunikasi interpersonal yang terjalin dengan baik antara orangtua-anak dapat membantu remaja mendapatkan informasi yang benar tentang seks. Keterbukaan dan cara pandang orangtua juga diperlukan agar tidak muncul kembali opini yang menganggap bahwa pembahasan seputar seks masih menjadi hal yang tabu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun