Mohon tunggu...
Sabrina Clarisa Nababan
Sabrina Clarisa Nababan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Liberalisme dalam Dinamika Ekonomi Politik Internasional

14 Maret 2024   22:55 Diperbarui: 14 Maret 2024   22:58 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Liberalisme dalam konteks ekonomi politik internasional memiliki sejarah panjang yang dimulai pada abad ke-18 di Eropa. Pemikiran ekonomi klasik, terutama yang dipengaruhi oleh Adam Smith melalui karyanya yang terkenal "The Wealth of Nations" (1776), menjadi landasan utama bagi liberalisme ekonomi. Smith menyoroti pentingnya pasar bebas, pembagian kerja, dan perdagangan internasional yang tidak terhambat sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi suatu negara.

     Selama periode pencerahan pada abad ke-18 di Eropa, pemikiran liberalisme dalam konteks politik dan ekonomi internasional mengalami perkembangan yang signifikan. Pencerahan menekankan nilai-nilai seperti rasionalitas, kebebasan individu, dan keadilan sosial, yang juga mendukung prinsip-prinsip liberal dalam ekonomi politik.

     Teori perdagangan bebas semakin berkembang pada abad ke-19, terutama melalui kontribusi dari para ekonom seperti David Ricardo. Teori ini menekankan manfaat perdagangan internasional berdasarkan prinsip keunggulan komparatif, di mana setiap negara dapat memusatkan perhatian pada produksi barang dan jasa yang biayanya relatif lebih rendah, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan bersama.

     Pengaruh gerakan pemikiran politik, seperti Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis, juga turut berperan dalam perkembangan liberalisme dalam ekonomi politik internasional. Gerakan ini menekankan pentingnya hak asasi manusia, partisipasi politik yang lebih luas, dan pembatasan kekuasaan pemerintah, yang sesuai dengan prinsip-prinsip liberal dalam konteks ekonomi politik.

     Peningkatan perdagangan internasional pada abad ke-19 mendorong pemikiran liberal tentang penghapusan hambatan perdagangan, seperti tarif dan kuota. Institusi-institusi liberal, seperti World Trade Organization (WTO) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), lahir sebagai hasil dari pemikiran liberalisme dalam ekonomi politik internasional, dengan tujuan untuk memfasilitasi perdagangan bebas dan integrasi ekonomi global.

     Dengan demikian, liberalisme dalam ekonomi politik internasional tidak hanya berakar dalam pemikiran ekonomi klasik, tetapi juga diperkuat oleh perkembangan pemikiran politik liberal dan perubahan-perubahan dalam perdagangan internasional serta lembaga-lembaga global.

     Liberalisme memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi internasional melalui berbagai mekanisme dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam kebijakan ekonomi dan perdagangan internasional. Berikut adalah beberapa cara di mana liberalisme mempengaruhi ekonomi internasional secara rinci:

     Pertama, liberalisme menekankan pentingnya pasar bebas yang minim campur tangan pemerintah dalam aktivitas ekonomi. Ini berarti pembatasan yang minimal pada perdagangan internasional, investasi asing, dan kegiatan ekonomi lainnya. Liberalisme mendorong penghapusan tarif, kuota, dan hambatan perdagangan lainnya, sehingga memungkinkan aliran barang, jasa, dan modal yang lebih bebas di antara negara-negara.

     Kedua, liberalisme mendorong persaingan bebas antara perusahaan dan pelaku pasar. Ini mendorong efisiensi ekonomi karena perusahaan harus berinovasi, meningkatkan kualitas produk, dan menawarkan harga yang lebih kompetitif untuk bertahan dan berkembang. Persaingan yang sehat juga dapat mendorong peningkatan kualitas hidup dan pilihan konsumen.

     Ketiga, prinsip keunggulan komparatif adalah konsep penting dalam teori perdagangan internasional yang didasarkan pada pemikiran liberal. Liberalisme percaya bahwa setiap negara memiliki keunggulan komparatif dalam produksi barang dan jasa tertentu. Dengan mengizinkan perdagangan bebas, negara-negara dapat memanfaatkan keunggulan komparatif mereka untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan.

     Keempat, liberalisme mendukung investasi asing yang bebas dan terbuka. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi di luar negeri tanpa hambatan berarti, yang dapat membantu dalam transfer teknologi, peningkatan produksi, dan penciptaan lapangan kerja baik di negara penerima investasi maupun di negara asal investor.

     Kelima, liberalisme mendorong pertumbuhan perdagangan internasional sebagai cara untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi. Dengan menghilangkan hambatan perdagangan, negara-negara dapat memanfaatkan spesialisasi produksi dan keunggulan komparatif untuk meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan alokasi sumber daya.

     Terakhir, pendukungan terhadap institusi-global seperti World Trade Organization (WTO), International Monetary Fund (IMF), dan World Bank merupakan bagian dari pemikiran liberalisme dalam ekonomi politik internasional. Institusi-institusi ini bertujuan untuk memfasilitasi kerja sama ekonomi internasional, mengatasi ketidakstabilan keuangan, dan mempromosikan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi secara global.

     Dengan demikian, liberalisme mempengaruhi ekonomi internasional dengan mendorong pembentukan kebijakan ekonomi yang terbuka, memfasilitasi perdagangan bebas, dan mendorong investasi asing yang lebih besar, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara keseluruhan.

     Sistem liberalisme, yang juga sering disebut sebagai kapitalisme, memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam arena ekonomi internasional. Dengan prinsip-prinsip seperti pasar bebas, kompetisi, dan keunggulan komparatif, kapitalisme membentuk landasan ekonomi global yang solid. Berikut adalah cara di mana sistem liberalisme atau kapitalisme beroperasi dalam ranah ekonomi internasional:

     Dalam konteks globalisasi dan integrasi ekonomi yang terus meningkat, sistem kapitalisme menjadi kekuatan utama dalam membentuk struktur ekonomi internasional. Ini tercermin dalam beberapa aspek:

1. Perdagangan Bebas: Kapitalisme mendorong perdagangan bebas sebagai alat untuk mencapai efisiensi ekonomi. Negara-negara yang menganut sistem kapitalisme cenderung menghapuskan hambatan perdagangan seperti tarif, kuota, dan regulasi perdagangan lainnya. Hal ini memungkinkan arus barang, jasa, dan modal yang lebih lancar di antara negara-negara, yang pada gilirannya memfasilitasi spesialisasi produksi dan optimalisasi alokasi sumber daya secara global.

2. Investasi Asing: Investasi asing memiliki peran penting dalam sistem kapitalisme. Perusahaan multinasional dapat beroperasi di berbagai negara, menciptakan lapangan kerja, mentransfer teknologi, dan merangsang pertumbuhan ekonomi di negara-negara tujuan investasi. Ini menciptakan ketergantungan ekonomi antar negara, di mana kesuksesan satu negara berhubungan erat dengan kesuksesan negara lainnya.

3. Kompetisi: Kapitalisme mendorong persaingan bebas antara perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi. Kompetisi ini mendorong peningkatan kualitas produk, penurunan harga, dan efisiensi produksi yang lebih tinggi. Dalam konteks ekonomi internasional, persaingan ini mendorong negara-negara untuk meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

4. Pertumbuhan Ekonomi: Sistem kapitalisme cenderung mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan berkelanjutan. Dengan memfasilitasi investasi, perdagangan, dan inovasi, kapitalisme menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan ekonomi yang kuat. Negara-negara yang menerapkan sistem kapitalisme secara efektif biasanya mengalami peningkatan standar hidup dan kesejahteraan ekonomi.

5. Pengaturan Pasar: Meskipun kapitalisme menganjurkan pasar bebas, ini tidak berarti tidak ada peran bagi pemerintah. Dalam sistem kapitalisme, pemerintah sering bertindak sebagai pengatur pasar dengan mengawasi kepatuhan terhadap aturan, mencegah monopoli, dan memastikan praktik bisnis yang adil. Pemerintah juga menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk aktivitas ekonomi.

     Dengan demikian, sistem liberalisme atau kapitalisme memiliki dampak yang signifikan dalam ranah ekonomi internasional. Dengan mendorong perdagangan bebas, investasi asing, kompetisi, dan pertumbuhan ekonomi, kapitalisme membentuk kerangka kerja yang mendukung integrasi ekonomi global dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di seluruh dunia.

     Contoh studi kasus dalam hal ini dapat dilihat dari konteks hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, prinsip-prinsip liberalisme ekonomi memainkan peran penting. Prinsip ini menekankan pentingnya perdagangan bebas, investasi asing, dan penghapusan hambatan perdagangan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal. Pemerintah diharapkan untuk memfasilitasi perdagangan bebas dan mengurangi regulasi yang menghalangi aliran barang dan investasi.

     Seiring berjalannya waktu, Tiongkok mengadopsi kebijakan ekonomi yang lebih terbuka pada akhir abad ke-20, yang memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Ini sesuai dengan prinsip-prinsip liberalisme ekonomi yang juga didukung oleh Amerika Serikat. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, hubungan perdagangan antara kedua negara tersebut telah tegang.

     Amerika Serikat telah menuduh Tiongkok melakukan praktik dumping, manipulasi mata uang, dan pelanggaran hak kekayaan intelektual. Ini menimbulkan keraguan tentang efektivitas prinsip-prinsip liberalisme ekonomi dalam menangani ketidakadilan dan ketidakpatuhan terhadap aturan dalam hubungan internasional.

     Meskipun demikian, pendekatan liberalisme ekonomi juga memberikan kerangka kerja untuk mencari solusi damai terhadap konflik perdagangan. Misalnya, upaya telah dilakukan untuk menyelesaikan perselisihan melalui negosiasi dan mekanisme arbitrase internasional, sebagai alternatif dari mengadopsi tindakan proteksionis yang dapat memperburuk situasi.

     Dengan demikian, studi kasus ini mencerminkan bagaimana prinsip-prinsip liberalisme ekonomi mempengaruhi hubungan perdagangan internasional antara dua kekuatan ekonomi utama. Namun, juga menunjukkan tantangan dan kontroversi yang mungkin timbul dalam implementasinya di tengah persaingan dan perbedaan kepentingan antara negara-negara tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun