Mohon tunggu...
sabrinachristellia
sabrinachristellia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Universitas Airlangga prodi Hubungan Internasional. Saya berharap dengan memberikan pendapat saya di Kompasiana melalui artikel dapat mengungkapkan isi hati dari para rakyat yang masih terpendam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Harkat Martabat Perempuan, Laki-Laki, dan Ekonomi

20 Desember 2024   11:08 Diperbarui: 20 Desember 2024   11:08 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernyataan bahwa perempuan yang ingin meningkatkan harkat dan martabatnya harus menikahi laki-laki kaya perlu ditinjau kembali. Penting untuk diingat bahwa pernikahan idealnya didasarkan pada kesetaraan. Jika seorang laki-laki merasa tidak percaya diri atau tidak memiliki kapasitas ekonomi yang kuat, kemungkinan besar ia tidak akan berani memilih perempuan yang dianggap memiliki potensi lebih tinggi darinya. Namun, terlepas dari isu tersebut, perlu ditekankan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk meningkatkan harkat dan martabatnya sendiri tanpa harus bergantung pada laki-laki kaya.

Di era modern ini, perempuan telah membuktikan bahwa mereka mampu bekerja, berkarya, dan memberikan nilai bagi diri mereka sendiri. Perempuan adalah individu yang independen dan memiliki hak untuk menentukan arah hidupnya, sama seperti laki-laki. Oleh karena itu, nilai seorang perempuan tidak seharusnya diukur dari kemampuannya untuk menarik perhatian laki-laki kaya, melainkan dari keberanian untuk keluar dari zona nyaman, motivasi yang kuat untuk bekerja, serta upayanya dalam memperbaiki kehidupan keluarganya dan dirinya sendiri. Saya yakin bahwa perempuan memiliki nilai yang jauh lebih besar daripada sekadar menikahi seorang laki-laki kaya.

Tentu saja, terdapat berbagai tantangan yang dihadapi perempuan yang berupaya memperbaiki kehidupannya secara mandiri tanpa bergantung pada pasangan yang kaya. Situasi mendesak, dilema, dan keputusan sulit sering kali menjadi ujian bagi perempuan tangguh. Meskipun ekonomi bukanlah segalanya, tidak dapat disangkal bahwa ekonomi memainkan peran penting dalam membantu seseorang bermimpi dan mencapai tujuan, tergantung pada kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.

Sebagai penutup, saya ingin menegaskan bahwa perempuan tidak seharusnya berjuang sendirian. Namun, stigma dan pandangan patriarkis yang konservatif sering kali menempatkan perempuan pada posisi yang terhimpit, seolah-olah mereka adalah individu yang "dijual" kepada laki-laki kaya demi meningkatkan harkat dan martabat keluarga. Pandangan seperti ini harus segera dihapuskan. Masyarakat perlu memandang sesama manusia secara setara dan bernilai berdasarkan kepribadian, kemampuan, dan kontribusi mereka, bukan semata-mata dari faktor ekonomi. Pada akhirnya, perjuangan untuk kehidupan yang lebih baik adalah tanggung jawab bersama, tanpa membedakan gender.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun