Mohon tunggu...
Sabrina Agsaniah
Sabrina Agsaniah Mohon Tunggu... Lainnya - sabrinaash

pelajar

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Impianku

7 Februari 2021   17:10 Diperbarui: 7 Februari 2021   17:57 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pagi hari yang tidak terlalu cerah dan udara yang sangat dingin seakan menusuk kulit menyambutku yang mulai terbangun dari tidurku dengan cuaca seperti itu aku ingin menarik selimutku dan kembali tertidur namun aku teringat bahwa aku harus bangun dan memulai hariku dengan baik.

Perkenalkan namaku Dera Ayu Pelita biasa dipanggil Dera oleh sekitarku. Aku mempunyai seorang kakak perempuan yang bernama Diana Citra. Aku mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang musisi, karena dari semenjak SMP aku sudah tertarik dengan musik. Aku sangat ingin mewujudkan cita-citaku ini. Setelah lulus SMA aku tidak melanjutkan kuliah karena kurangnya biaya. Aku terlahir dari keluarga yang tidak terlalu kaya tetapi juga tidak terlalu kekurangan sampai tidak bisa makan bisa dibilang keluargaku keluarga yang sederhana. Oleh karena itu setelah lulus SMA aku bekerja di sebuah toko bunga yang tidak jauh dari tepat tinggalku.

Setelah aku terbangun dan membereskan tempat tidur, aku pun bersiap-siap untuk pergi bekerja. Sebelum pergi aku berpamitan dengan orang tuaku yang sedang sarapan bersama dan disitu ada juga kakakku.

" Bapak, Ibu, kakak, Dera pergi bekerja dulu ya" ucapku.

" Kamu tidak sarapan dulu nak?" tanya Ibu ku.

"Tidak Bu ini Dera sudah terlambat, pergi dulu ya Bu..Assalamu'alaikum" pamitku dengan tergesa-gesa.

Setelah sampai di tempatku bekerja aku langsung melayani pembeli yang akan membeli bunga . Setelah bekerja aku pulang ke rumah dengan keadaan yang sangat lelah.

"Assalamu'alaikum Dera pulang" ujarku

"Waalaikumsalam " jawab Ibuku yang sedang menonton tv di ruang tengah.

Akhirnya aku langsung masuk ke kamarku dan langsung membersihkan tubuhku. Selesai mandi aku pergi ke dapur untuk makan. Di meja makan itu sudah ada bapak,kakak,dan ibu yang sedang mempersiapkan makan malam untuk keluarga.

"Makan nak " ujar Ibuku

"Iya Bu."

Sesudah makan aku berbincang-bincang dengan keluargaku. Disitu aku berbicara kepada keluargaku tentang keinginanku untuk menjadi seorang musisi.

"Bu,Pak sebenarnya Dera ingin menjadi seorang musisi" ujarku.

"Tidak, Ibu tidak setuju kalau kau menjadi seorang musisi" jawab Ibuku dengan nada yang sedikit marah.

"Tapi kenpa Bu itu kan cita-cita Dera menjadi seorang musisi" ucapku lagi dengan intonasi sedikit tinggi.

"Tidak nak menjadi musisi itu tidak menjamin hidup kamu menjadi lebih baik" jawab bapak ku.

"Tapi pak De-" belum selesai aku berbicara Ibuku memotong pembicaraanku.

"Tidak ada tapi-tapian Ibu dan Bapak tidak setuju dengan keinginanmu untuk menjadi musisi" ujar Ibuku dengan nada yang tegas.

Akhirnya aku pun pergi ke kamarku. Disitu aku merenung kenapa aku tidak diperbolehkan menjadi seorang musisi padahal kan itu adalah cita-citaku.

"Kenapa..."

Akhirnya aku tertidur setelah merenungi hal itu.

Keesokan harinya aku bangun ketika mendengar ayam berkokok. Kemudian aku langsung bersiap siap seperti biasa untuk berangkat bekerja.

Diperjalanan menuju tempatku bekerja aku berpikir bagaimana kalau aku pergi ke kota lain untuk mencapai cita-citaku itu. Hal itu membuatku berpikir sampai tak sadar bahwa aku sudah hampir sampai di tempatku bekerja. Setelah selesai bekerja kemudian pulang tanpa pergi kemana-mana terlebih dahulu.

Ketika malam harinya aku pun kembali memikirkan mengenai bagaimana jika aku pergi keluar kota untuk mencapai cita-cita ku itu. Tetapi kemudian aku teringat orang tuaku yang melarangku untuk menjadi musisi. Aku berpikir pasti orang tuaku tidak akan mengijinkan ku untuk pergi ke kota lain apalagi perginya untuk menjadi seorang musisi. Setelah lama berpikir aku akhirnya mempunyai keputusan bahwa aku akan pergi ke kota lain dengan berbekal keyakinan dan keberanian untuk mengembangkan potensi dan kemampuanku dan untuk mencapai cita-citaku itu.

Esok harinya ketika aku dan keluargaku sedang sarapan aku pun mengutarakan niatku untuk pergi ke kota lain kepada keluargaku terutama kepada orang tuaku.

"Ibu, Bapak Dera berniat untuk pergi ke kota lain untuk mencapai cita-cita Dera"

"Apa? Tidak..tidak.. kamu tidak boleh pergi" ujar Bapakku.

"Tapi Pak itu kan demi mencapai cita-cita Dera"

"Tidak sudah ibu bilang kamu tidak boleh menjadi seorang musisi. Apalagi sekarang kamu minta izin untuk pergi ke kota lain" ujar Ibuku dengan nada marah.

"Tapi Bu ini kan sudah menjadi cita-cita Dera sejak dulu. Memangnya kenapa Dera tidak boleh menjadi seorang musisi padahal menjadi seorang musisi belum tentu tidak terjamin hidupnya" tanyaku

"Tidak, menurut Ibu lebih baik kamu menjadi seorang pegawai kantoran karena hidup kamu lebih terjamin" ujar Ibu

"Ibu, Bapak tolong izinkan Dera sekali ini saja. Dera sangat ingin sekali menjadi seorang musisi" ujarku memohon.

"Jika kamu pergi ke kota lain bagaimana dengan pekerjaan mu disini?" tanya Bapak.

"Dera akan mengundurkan diri dari pekerjaan Dera disini. Jadi Bapak Ibu tolong kasih Dera izin agar Dera bisa mencapai cita-cita Dera" ujarku.

"Baiklah Ibu akan kasih kamu izin namun ingat ibu masih tidak setuju kalau kamu menjadi seorang musisi" jawab Ibuku.

"Bapak pun akan kasih kamu izin " ujar Bapak.

"Terima kasih Ibu Bapak " ucapku.

Setelah itu kemudian aku pergi ke tempat kerjaku untuk mengundurkan diri dari pekerjaanku. Sesampainya disana aku langsung bertemu dengan pemilik toko bunga tempatku bekerja nama pemiliknya yaitu Ibu Dea.

"Ibu Dea begini saya mau mengundurkan diri dari pekerjaan saya ini " ujarku.

"Kenapa? Ada masalah apa?" tanya Bu Dea.

"Tidak ada Bu hanya saja saya akan pergi ke kota lain untuk mencapai cita-cita saya" jawabku.

"Oh begitu memangnya cita-cita kamu apa?" tanyanya lagi.

"Saya ingin menjadi seorang musisi" jawabku dengan tersenyum.

"Baiklah jika kamu ingin mengundurkan diri " ujarnya.

"Terima kasih Bu , dan saya ingin meminta maaf jika saya melakukan banyak kesalahan selama saya bekerja disini dan juga saya ingin berterima kasih kepada ibu karena telah menerima saya bekerja disini pada saat itu" ujarku.

"Ya tidak apa-apa saya pun ingin berterima kasih kepada kamu karena telah menjalankan pekerjaan ini dengan baik" ucap Bu Dea.

"Baiklah kalau begitu saya permisi dulu Bu " ujarku.

Setelah berpamitan dengan pemilik toko tempat ku bekerja aku pun langsung kembali ke rumah untuk mempersiapkan barang barangku.

Keesokan harinya aku berpamitan kepada kedua orang tuaku.

"Ibu, Bapak Dera pamit ya " ujarku.

"Iya nak hati-hati dijalan dan jaga diri kamu ketika disana " ujar Ibuku.

"Dan jangan lupa untuk beribadah " ujar Bapak.

"Baik Ibu, Bapak Dera akan selalu ingat pesan dari Bapak dan Ibu" ujarku.

"Tapi ingat Ibu masih belum memberi restu kamu jadi seorang musisi" ucap Ibu.

" Iya Bu Dera akan membuktikannya kepada Ibu bahwa menjadi seorang musisi tidak membuat hidup kita terjamin" ujarku.

Sebenarnya aku yakin bahwa meskipun Ibu tidak setuju tapi Ibu tetaplah seorang Ibu yang mengkhawatirkan anaknya dan aku tahu bahwa Ibu melarangku menjadi seorang musisi karena Ibu mengkhawatirkan masa depan anakanya tapi menjadi seorang musisi adalah cita-citaku sejak kecil.

Aku pergi ke kota lain menggunakan kereta. Perjalanan ini memakan waktu selama 10 jam. Selama di perjalanan aku memikirkan bagaimana cara ku bisa mencapi cita-citaku ini.

Sesampainya di kota tersebut aku langsung mencari kos-kos an untuk menjadi tempat tinggalku. Setelah menemukan kos-kos an tersebut aku langusung membersihkan diri dan beristirahat.

Keesokan paginya aku menemukan sebuah lowongan pekerjaan paruh waktu di sebuah studio musik dan aku pun langsung melamar pekerjaan disitu dan ternyata aku diterima. Penghasilan dari pekerjaan tersebut ternyata tidak menghasilkan uang yang banyak. Bahkan aku harus memilih makanan yang murah agar aku bisa pulang naik bus karena jarak dari studio tempatku bekerja dengan kos an ku lumayan jauh.

Akhirnya aku mengikuti sebuah audisi di sebuah agensi musik. Ketika aku mengikuti audisi aku berkenalan dengan salah satu peserta lain.

"Hai.." sapaku.

"Hai juga" jawabnya.

"Namamu siapa?" tanyaku.

"Namaku Devi , namamu siapa?" tanyanya balik.

"Namaku Dera senang berkenalan denganmu" ujarku.

"Senang juga berkenalan denganmu semoga kita bisa diterima di agensi ini ya " ujarnya.

Selama audisi ini aku dan Devi saling mengobrol dan ternyata kita berdua diterima di agensi tersebut.

"Devi akhirnya kita diterima di agensi ini " ujarku dengan senang.

"Iya akhirnya ya " ujarnya dengan senang pula.

Setelah diterima aku pun tidak langsung menjadi seorang peyanyi aku harus mengikuti pelatihan terlebih dahulu. Selama pelatihan ini aku tetap bekerja sebagai tambahan.

"Dera kamu melakukan pekerjaan tambahan?" tanya Devi kepada Dera

"Iya Dev" jawabku

"Kenapa kamu melakukkan pekerjaan tambahan?" tanyanya lagi

"Aku melakukan hal itu untuk biaya tambahan " jawabku lagi

"Oh.. begitu. Tapi kamu jangan lupa berlatih untuk melatih kemampuanmu juga " ujar Devi

"Kalau berlatih itu sudah pasti, aku pasti selalu meluangkan waktu untuk berlatih " jawabku

"Baguslah kalau begitu. Semangat!!" ujar Devi menyemangatiku.

"Kamu juga semangat Dev. Kita pasti bisa!!" ujarku juga menyemangati Devi.

Pada suatu saat ketika aku berjalan untuk pulang setelah melakukan pekerjaan tambahan aku mengalami kecelakaan.

"Aduuhh... sakit sekali tanganku " ujarku kesakitan setelah tertabrak oleh sebuah sepeda motor.

"Kak..kak..anda tidak apa-apa? Maaf sekali kak " ujar pengendara motor yang menabrakku

"Iya saya tidak apap-apa kok, cuman tangan saya sepertinya terkilir" jawabku

"Aduh maaf ya kak tadi saya tidak terlalu konsentrasi. Mau saya antar ke rumah sakit ?" tanyanya

" Iya tolong antar saya ke rumah sakit" jawabku.

Setelah sampai di rumah sakit terdekat aku segera ditangani oleh dokter yang berjaga dirumah tersebut.

"Dok, tolong periksa tangan saya, sepertinya tangan saya terkilir" ujarku.

"Baik , tolong duduk disitu" jawab dokternya sambil menunjuk salah satu kursi yang ada di ruangan rumah sakit tersebut.

Setelah selesai di periksa aku berjalan keluar dari rumah sakit bersama dengan pengendara motor yang menabrakku tadi.

"Sekali lagi maaf ya kak" ujar pengendara motor itu.

"Iya tidak apa-apa tapi lain kali tolong lebih berhati-hati ketika mengendarai motor karena sangat berbahaya bagi orang lain dan diri sendiri" ujarku agak sedikit memberi nasehat

"Iya kak, sekali lagi maaf " ujarnya

"Iya" jawabku

Akhirnya setelah selesai aku langsung kembali ke agensi. Ternyata kabar aku mengalami kecelakaan itu sudah terdengar oleh staf agensi.

"Dera kamu kenapa bisa tanganmu terkilir?" tanya salah satu staf agensi.

"Begini Pak sebenarnya saya melakukan pekerjaan tambahan dan mengalami kecelakaan" jawabku.

"Oh begitu . Mulai sekarang kamu tidak boleh melakukan pekerjaan tambahan" ujarnya.

"Baik Pak " jawabku.

Selain itu kabar aku kecelakaan aku pun terdengar oleh Devi.

"Dera kamu tidak apa-apa? Katanya kamu mengalami kecelakaan? " tanyanya dengan kawatir

"Iya Dev aku tadi ketika mau ke agensi aku tertabrak oleh sepeda motor" jawabku

"Terus gimana ada yang terluka?" tanyanya lagi

"Ini tanganku terkilir" ujarku

"Terus kamu sudah periksa ke rumah sakit?" tanya Devi

"Iya tadi aku dibawa ke rumah sakit oleh orang yang menabrakku " jawabku

"Baguslah kalau begitu, untung yang menabrakmu bertanggung jawab " ujar Devi

"Iya benar untung saja" ujarku menyetujui perkataaan Devi

"Ya sudahlah lain kali kamu harus lebih berhati-hati Dera " ujarnya

"Iya Dev, terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku "ujarku

"Tidak apa-apa kita kan teman jadi harus saling peduli " jawabnya

"Iya benar kita kan teman " ujarku menyetujui perkataan Devi lagi

"Oke aku pergi dulu ya Dera" ujarnya

"Oke hati-hati Devi" ucapku.

Selama masa pelatihan ini aku merasa tertekan dengan beban yang berat bahkan aku sempat ingin menyerah. Namun aku tetap bertahan karena ini salah satu proses untuk mencapai impianku.

Setelah masa pelatihan ini aku kemudian bisa muncul menjadi seorang penyanyi. Kemudian setelah aku menjadi seorang penyanyi aku bisa membuktikan kepada kedua orang tuaku bahwa menjadi musisi tidak buruk.

"Nak Ibu bangga padamu " ujar ibuku dengan bangga

"Iya Bu terima kasih. " jawabku

"Maaf kan Ibu dan Bapak ya karena sebelumnya telah melarang kamu menjadi seorang musisi." ucap Bapakku

"Tidak usah meminta maaf Bu, Pak. Dera tahu kok Ibu dan Bapak melarang Dera itu karena kalian mengkhawatirkan masa depan Dera. Terima kasih ya Bu, Pak" ucapku dengan tersenyum

"Iya, selamat ya nak kamu sudah bisa mencapai cita-cita kamu " ucap Ibu dengan mata yang memperlihatkan kebanggaan pada anaknya.

"Iya Bu terima kasih" ujarku dengan tulus

Dan akhirnya kedua orang tua ku pun setuju dengan pekerjaanku menjadi seorang musisi.

Begitulah akhir cerita dari kisahku. Jadi ketika kita mempunyai impian atau cita-cita, kita harus tetap memperjuangkan impian tersebut karena tidak ada yang tidak mungkin ketika kita selalu mencoba dan berusaha. Dan jangan lupa untuk selalu berdo'a serta kita tidak boleh menyerah pada apapun. Aku yakin bahwa mimpi yang besar berasal dari mimpi kecil walaupun melalui sebuah perjalanan yang sulit. Satu kunci agar kita bisa meraih impian yaitu berjuang dan biarkan waktu yang membuktikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun