Filsafat ialah ilmu yang membahas tentang segala yang ada secara mendalam , sistematis dan universal. Dengan tujuan untuk mencari kebenaran sebenar-benarnya tentang sesuatu berdasarkan akal pikir manusia. Terlebih di era Revolusi Industri 4.0, sehingga menuntut kita untuk berubah, mempunyai sejumlah kemampuan, karakter, kerja keras dan kompetensi seperti berfikir kritis, kreatif  juga mempunyai kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi.
Berfikir kritis dan dalam filsafat mempunyai sumbangan penting  seperti mengasah dalam berfikir kritis juga ilmu lainnya yang mendukung dalam berfikir kritis. Maka apasih berfikir kritis itu ?Â
Berfikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir jernih, dan rasional atau  sebuah sikap, perilaku, dengan didasari berfikir secara teliti, cermat dan seksama. Bukan untuk mencari kesalahan orang kemudian berdebat. Sebagai mahasiswa, kita dituntut untuk memiliki kemampuan berfikir kritis dan menerapkannya  baik dalam kampus maupun diluar kampus.Â
Berfikir kritis sendiri dapat kita pelajari dengan menggambil manfaat dari mempelajari filsafat, tetapi perlu diingat bahwa selain manfaat, filsafat sendiri mempunyai hasil-hasil yang tidak dapat membantu kita dalam berfikir kritis atau bahkan kontra produktif. Jadi tidak semua filsafat yang kita pelajari dapat membantu kita berfikir kritis, teliti dan seksama.Â
Secara umum, filsafat moderen yang kita warisi dari Barat itu memiliki makna cinta kebijaksanaan, namun pada filsafat moderen mainstream yang belakangan ini dominan tidak membawa kita menuju pada cinta kebijaksanaan, melainkan sebaliknya yaitu benci kebijaksanaan. Seperti misalnya ilmuan filsafat yang menagatakan bahwa "tidak ada kebenaran.Â
Kebenaran hanyalah ilusi. Atau tidak ada realitas dalam dunia ini kecuali dalam benak manusia". Jadi mereka beranggapan tidak ada bumi, batuan, yang ada hanyalah benak fikiran manusia. Nah corak filsafat yang demikian tidak akan membantu kita dalam menghadapi dunia, corak ini disebut dengan irealisme, yaitu filsafat yang menolak adanya realitas diluar dunia  yaitu keluar dari makna pencarian pada kebijaksanaan juga meraih kebenaran, atau disebut misosophia, yang benci akan kebijaksanan dan ingkar pada kebenaran.Â
Maka kita harus mencari atau kembali pada makna filsafat yang sebenarnya yaitu cinta kebijaksanaan dan mencari kebenaran yang sesungguhnya, karena kekeliruan masih banyak diluar sana.  Dengan ini menumbukhan kesadaran kita bahwa sebagai mahasiswa atau orang yang hidup di dunia ini dengan berbagai macam profesi yang kita jalani ini  pasti dituntut untuk memiliki pengetahuan intellectual humility, kenapa? Karena pengetahuan manusia itu bisa saja mengalami kekeliruan. Karenanya kita dituntut untuk mencari tau kebenarannya, misalnya menimba ilmu pada guru yang tepat.
Berfikir tentang dunia, dunia itu real atau nyata. Tidak seperti yang  disampaikan sebagian filsuf yang mengatakan "Dunia ini tidak ada, yang ada adalah pikiran kita tentang dunia".Â
Kemudian "realitas itu tidak ada, yang ada adalah pikiran kita tentang realitas itu" perkataan itu kemudian ditanggapi Ibnu Sina  dengan mengatakan"Jika memang Anda tidak mengatakan realitas itu ada maka saya akan lemparkan Anda  ke kandang singa". Begitulah karena pandangan itu keliru, seharusnya kita menyadari bahwa dunia ini real, kenapa dunia ini bisa real? Karena ia bisa diindra dan mempunya efek, tapi apakah selalu dengan syarat demikian dunia akan dikatakan real?Â
Tidak, seperti perasaan cinta, virus covid 19 saat ini, juga Tuhan. Apakah kita bisa mengindra? Tidak, kita tidak bisa melihat keberadaannya tapi kita bisa mengetahui dengan ada nya efek, seperti pada kasus covid19 yang kita tahu sekarang merenggut banyak jiwa, dan Tuhan tidak bisa kita indra, tetapi kita dapat melihat efeknya seperti tanda-tanda kebesarannya, penciptaannya. Jadi tidak semua hal yang real itu dapat kita indra. Melainkan juga pada efek yang dihasilkan saja.Â
Kita juga harus sadar bahwa kita hidup di dunia ini harus memperhitungkan fungsi realitas kenapa? Karena ketika kita berfikir maka pikiran kita akan dipresentasikan atau diuji di dunia ini, Juga dalam pikiran kita mempunyai efek. Seperti ketika kita menyampaikan buah pikiran kita kepada publik, mengapa? Karena ketika pikiran kita tersampaikan, bisa jadi mereka akan percaya dan melakukan hal yang sama seperti yang kita pikirkan.
Bedanya filsuf dengan ilmuan dalam memandang dunia ialah filsuf memandang dunia dengan tujuan untuk mencari kebijaksanaan. Sedangkan ilmuan tujuannya ialah semata-mata untuk memahami dunia ini.Â
Tapi tidak semuanya dikatagorikan demikian. Filsuf sendiri dikatagorikan menjadi dua yaitu filsuf moderen murni, yaitu filsuf sains memahami dunia ini sekaligus cara kerja sains dan pengandai - andaiannya. Sedangkan yang kedua ialah filsuf moderen sekaligus filsuf klasik, yang berusaha memahami dunia ini dan bertujuan untuk mencari kebijaksanaan yang memiliki akhir kebahagiaan.
Dan filsuf kritis atau teori-teori kritis tidak semuanya filsafat dan sains ini semuanya bermanfaat bagi kita, masih juga terdapat kekeliruan padanya maka disebutlah filsafat sejati yaitu sebagai upaya memahami dunia ini sekaligus mencari kebijaksanaan dan sains sejati adalah usaha memahami dunia ini sekaligus membuatnya lebih baik.Â
Maka dari itu, kita diminta untuk berfikir kritis, secara mendasar dan sistematik dengan berfikir di dunia dan untuk dunia. sehingga hal ini dapat meningkatkan kita dalam menganalisis masalah-masalah yang ada selain itu membantu kita memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori sehingga dapat mengarahkan kita pada kebenaran juga melatih diri kita untuk membiasakan berfikir terbuka, kemudian hal inilah  yang  sangat diperlukan untuk menghadapi dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H