Mohon tunggu...
sabiq rifatulloh
sabiq rifatulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tentang Segalanya Yang Semoga Bermakna

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ragam Penafsiran Konsep "Ar-Rijalu Qawwamuna 'ala An-Nisa"

9 September 2024   07:38 Diperbarui: 9 September 2024   07:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lalu ayat ini turun sekedar meredam gejolak sosial dan sebagai penengah disertai anjuran yang menyejukkan demi mengendalikan kekerasan laki-laki terhadap perempuan.

Secara harfiah, ayat ini memang mengarah pada dukungan terhadap pendapat para sahabat. Namun, tidak berarti pendapat Nabi salah, justru secara idealis-konsepsional pendapat Nabi benar, dan kesalahannya hanya dalam konteks realitas empirik saat tradisi masyarakat saat itu belum siap menerima apa yang dibawa Nabi secara serta merta.

Ayat itu harus dipahami bersifat informatif dan dalam konteks menghargai realitas masyarakat yang patriarki. Menghargai realitas tidak berarti mengakui kebenaran konsepsi tersebut. 

Dan ayat ini mengingatkan agar Nabi mempertimbangkan aspek realitas keduniaan dimana nilai ideal hendak diberlakukan, sehingga Nabi tidak bersikap gegabah memberlakukan konsepsi yang ideal dalam realitas yang masih demikian.

Pendapat Nabi ini benar-benar revolusioner karena berani menawarkan pendapat yang benar-benar berbeda dengan kenyataan masyarakat.

Maka dalam realitas yang berbeda dengan realitas saat ayat itu turun, seharusnya pendapat Nabi yang revolusioner itulah yang saat ini digunakan.

Perbedaan pendapat antara kalangan tradisionalis dan rasionalis hanya terletak pada apakah ayat itu bersifat teologis atau sosiologis.

Keduanya mengakui ayat itu sebagai konsep bahwa laki-laki menjadi pemimpin, penopang dan pelindung atas perempuan. Hanya saja kalangan tradisonalis melihatnya sebagai nilai teologis yang harus dijalankan dan kalangan rasionalis melihatnya sebatas konteks realitas masyarakat saat itu.

Berbeda dengan keduanya, Aksin Wijaya dalam bukunya Menalar Autentitas Wahyu Tuhan menawarkan jalan lain dalam menafsiri ayat itu.

Menurutnya, sebuah konsep itu bergantung pada budaya masyarakat membacanya. Lafadz "ar-Rijal dan an-Nisa" adalah sebuah konsep yang menjadi tanda yang menandai apa yang ada dibalik penandanya.

Jika masyarakat Arab dulu memaknainya dalam konsep kategori biologis seorang laki-laki dan perempuan, tentunya masyarakat sekarang juga berhak memberikan konsep yang sesuai dengan budaya sekarang. Yaitu memaknainya dalam konsep kategori potensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun