Mohon tunggu...
Sabiq Mahfudhoh
Sabiq Mahfudhoh Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial, Hukum dan Ilmu Politik Universitas Negeri Yogyakarta.

Sabiq Mahfudhoh, Lahir di Banyumas, 29 Desember 2004.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Disrupsi, Analisis Penyebab Kebangkrutan Toys'R'Us dari Sudut Pandang SDM dan Sosiologi

13 Oktober 2024   23:29 Diperbarui: 14 Oktober 2024   03:17 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi yang efektif pada profesionalisme SDM:

Komunikasi yang efektif merupakan proses pertukaran ide, pemikiran, serta informasi yang memastikan pesan disampaikan dengan jelas dan mencapai tujuan yang diinginkan. 

Proses ini melibatkan dua pihak utama, yaitu pengirim (sender) dan penerima (receiver). Pengirim bertugas menyampaikan pesan, sedangkan penerima bertanggung jawab untuk memahami serta menanggapi pesan tersebut. 

Esensi dari komunikasi efektif adalah memastikan bahwa pesan dipahami oleh penerima dengan cara yang diharapkan, sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan pesan dapat diterima secara optimal. Komunikasi ini menekankan pada kejelasan, ketepatan, serta relevansi pesan agar kedua belah pihak bisa mencapai kesepahaman.

Studi Kasus: Penutupan Toys"R"Us pada tahun 2017 

Penutupan Toys"R"Us pada tahun 2017 merupakan contoh menarik yang bisa dianalisis dari sudut pandang profesionalisme sumber daya manusia (SDM) dan sosiologis. 

Perusahaan mainan besar ini mengalami kemunduran dan akhirnya mengajukan kebangkrutan akibat ketidakmampuannya beradaptasi dengan perubahan di era digital, terutama dalam memanfaatkan teknologi dan e-commerce. 

Meskipun memiliki nama yang dikenal luas dan jaringan toko yang besar di seluruh dunia, Toys"R"Us terlambat mengintegrasikan strategi digital ke dalam operasi bisnis mereka.

Analisis dari Perspektif Profesionalisme SDM:

Salah satu faktor utama yang menyebabkan penurunan kinerja Toys"R"Us adalah ketidakmampuan SDM dalam mengantisipasi perkembangan teknologi. Manajemen perusahaan tidak responsif terhadap perubahan tren belanja online yang semakin dominan, seperti yang ditunjukkan oleh platform digital yang lebih ramah pengguna dari Amazon dan Walmart. 

Meskipun perusahaan telah memanfaatkan media sosial, pendekatan ini dinilai terlambat dan tidak cukup untuk mempertahankan daya saing di pasar mainan yang telah berubah.

Dari perspektif SDM, profesionalisme terlihat dari kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dalam lingkungan bisnis. Namun, para pengambil keputusan di Toys"R"Us gagal mendeteksi dan merespons dengan cepat kebutuhan untuk bertransformasi menjadi bisnis yang berbasis teknologi. 

Ketergantungan mereka pada sistem bisnis tradisional, tanpa memperkuat e-commerce atau memperluas kehadiran digital, menunjukkan kelemahan dalam strategi SDM dan kurangnya inovasi yang diperlukan untuk bersaing di pasar modern.

Analisis dari Perspektif Sosiologis :

Dari sudut pandang sosiologis, kebangkrutan Toys"R"Us mencerminkan perubahan dalam perilaku konsumen. Konsumen masa kini, khususnya keluarga muda, cenderung lebih memilih kenyamanan belanja online ketimbang berbelanja di toko fisik. 

Selain itu, munculnya pemain kecil dalam industri mainan, seperti toko mainan online, menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih opsi yang lebih praktis dan ekonomis. 

Dalam hal ini, toko-toko kecil yang lincah mampu beradaptasi dengan teknologi dan menawarkan harga yang lebih kompetitif menjadi ancaman bagi raksasa seperti Toys"R"Us.

Secara sosial, kegagalan Toys"R"Us juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap dinamika masyarakat yang semakin terhubung melalui teknologi digital. Perusahaan besar yang sebelumnya menguasai pasar perlu memahami dan menyesuaikan diri dengan harapan konsumen yang berubah, termasuk preferensi terhadap pengalaman belanja yang lebih efisien dan berbasis teknologi. 

Dapat disimpulkan, kemunduran Toys"R"Us merupakan hasil dari kombinasi kurangnya adaptasi teknologi di tingkat SDM dan perubahan perilaku konsumen secara sosiologis. Perusahaan ini gagal untuk tetap relevan di lingkungan bisnis yang dikuasai oleh inovasi digital dan para disruptor kecil


Daftar Pustaka:

Candraningrum, D. A. (2017). Gangguan komunikasi publik dan penurunan brand engagement di perusahaan Toys" R" Us. Jurnal Komunikasi Global, 6(2), 164-174.

Universitas Medan Area. (2020). Komunikasi yang Efektif. Diakses dari ilmukomunikasi.uma.ac.id

Wharton School. (2018). The Demise of Toys R Us. Knowledge at Wharton Prasetya, D., Indrajaya, A. N., Purnomo, D., Arifin, Z., Utomo, E. J., Rustam, R., & Nazif, H. " DISRUPTIVE INNOVATION":

TEROBOSAN STRATEJIK DARI MULTI ASPEK.Podcast. Diakses dari knowledge.wharton.upenn.edu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun