Perkembangan moral merupakan bagian penting dalam pembentukan kepribadian individu. Lawrence Kohlberg, seorang psikolog terkenal, menawarkan pandangan baru tentang cara manusia memahami moralitas melalui tahapan perkembangan moral. Ia mengembangkan teorinya berdasarkan penelitian terhadap bagaimana individu memproses dilema moral. Artikel ini akan menjelaskan teori tersebut, tahapan-tahapannya, serta bagaimana penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Latar Belakang Teori Lawrence Kohlberg
Kohlberg mengembangkan teorinya dengan mengadaptasi gagasan dari Jean Piaget, seorang tokoh dalam psikologi perkembangan. Piaget menyoroti bagaimana anak-anak belajar memahami dunia melalui tahapan kognitif tertentu. Kohlberg memperluas konsep ini, tetapi fokusnya bukan pada perkembangan kognitif semata, melainkan pada cara individu memutuskan apa yang benar dan salah.
Kohlberg menyimpulkan bahwa moralitas seseorang berkembang secara bertahap melalui pengalaman sosial, pendidikan, dan interaksi dengan lingkungan. Menurutnya, bukan tindakan yang menentukan tingkat moral seseorang, melainkan alasan di balik tindakan tersebut. Teori ini dikenal dengan istilah Theory of Moral Development dan menjadi salah satu referensi penting dalam psikologi moral.
Tahapan Perkembangan Moral
Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga level utama, yang masing-masing terdiri dari dua tahapan. Berikut penjelasan setiap level dan tahapannya:
1.Level Pra-Konvensional
Pada level ini, individu memandang moralitas berdasarkan konsekuensi langsung dari tindakan mereka, seperti hukuman atau penghargaan.
Tahap 1: Orientasi Hukuman dan Kepatuhan
Anak-anak cenderung patuh pada aturan untuk menghindari hukuman. Moralitas mereka masih berpusat pada otoritas dan konsekuensi eksternal.
Tahap 2: Orientasi Instrumental
Pada tahap ini, anak mulai memahami bahwa tindakan tertentu dilakukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Perspektif moral mereka bersifat egois, meskipun mulai mengenali adanya pertukaran kepentingan.
2. Level Konvensional
Moralitas pada level ini berpusat pada norma sosial dan harapan masyarakat.
Tahap 3: Orientasi "Good Boy/Good Girl"
Individu berperilaku untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari orang lain. Fokus utamanya adalah menjaga hubungan sosial yang harmonis.
Tahap 4: Orientasi Hukum dan Ketertiban
Pada tahap ini, moralitas didasarkan pada kepatuhan terhadap aturan dan hukum. Individu memahami pentingnya menjaga tatanan sosial agar masyarakat tetap berfungsi dengan baik.
3. Level Pasca-Konvensional
Pada level ini, individu mulai berpikir secara abstrak dan mempertimbangkan prinsip moral universal.
Tahap 5: Orientasi Kontrak Sosial
Individu memahami bahwa aturan dibuat untuk melindungi hak-hak individu. Namun, mereka juga menyadari bahwa aturan tersebut dapat diubah jika tidak lagi relevan dengan nilai-nilai kemanusiaan.
Tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal
Ini adalah tahap tertinggi dalam perkembangan moral. Individu bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral universal, seperti keadilan, kebebasan, dan kesetaraan. Nilai-nilai ini dianggap lebih penting daripada aturan formal.
Relevansi Teori Kohlberg dalam Kehidupan
Teori Kohlberg memiliki banyak penerapan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pendidikan, keluarga, dan lingkungan kerja.
Dalam Pendidikan
Guru dapat menggunakan teori ini untuk membantu siswa memahami pentingnya berpikir kritis dalam menghadapi dilema moral. Pembelajaran tidak hanya fokus pada kepatuhan terhadap aturan, tetapi juga pada pemahaman tentang alasan di balik aturan tersebut.
Dalam Keluarga
Orang tua yang memahami tahapan perkembangan moral anak dapat menyesuaikan pendekatan pengasuhan mereka. Misalnya, anak yang berada di level pra-konvensional membutuhkan bimbingan langsung terkait konsekuensi tindakan mereka.
Dalam Dunia Kerja
Pemimpin yang memahami prinsip moral pasca-konvensional cenderung membuat keputusan yang mempertimbangkan dampaknya bagi banyak pihak. Mereka tidak hanya fokus pada keuntungan organisasi, tetapi juga pada kesejahteraan masyarakat.
Kritik terhadap Teori Kohlberg
Meskipun teori Kohlberg banyak diapresiasi, beberapa kritik juga muncul. Salah satu kritik utama adalah kecenderungan teori ini untuk mengabaikan perbedaan budaya. Dalam beberapa budaya, moralitas mungkin tidak selalu sesuai dengan tahapan yang dikemukakan Kohlberg.
Selain itu, teori ini dianggap terlalu berfokus pada aspek kognitif dan kurang memperhatikan peran emosi dalam pengambilan keputusan moral. Padahal, emosi sering kali menjadi faktor utama dalam menentukan tindakan seseorang.
Kesimpulan
Teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg memberikan pemahaman mendalam tentang cara manusia berkembang dalam memahami moralitas. Dengan mengenali tahapan-tahapannya, kita dapat lebih memahami bagaimana individu berpikir dan bertindak dalam menghadapi dilema moral.
Teori ini relevan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari pendidikan, keluarga, hingga lingkungan kerja. Meskipun terdapat beberapa kritik, teori Kohlberg tetap menjadi salah satu referensi penting dalam studi psikologi moral. Sebagai individu yang terus belajar, penting bagi kita untuk mengembangkan prinsip moral yang kuat demi menciptakan masyarakat yang lebih adil dan harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H