Mohon tunggu...
Salsa Bila Putri Sari
Salsa Bila Putri Sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

I like things that blend with beauty

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Tahap Perkembangan Teori psikososial Menurut Erick Erickson

26 Oktober 2024   09:57 Diperbarui: 1 November 2024   07:30 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erik Erikson(15 Juni 1902-12 Mei 1994)

    Teori psikososial Erik Erikson adalah salah satu teori perkembangan manusia yang paling berpengaruh. Erikson mengembangkan teori ini sebagai pengembangan dari teori psikoanalitik Freud, tetapi dengan penekanan pada aspek sosial dan budaya dalam pembentukan identitas seseorang.
    Teori ini menjelaskan perkembangan manusia melalui delapan tahap kehidupan, mulai dari bayi hingga usia lanjut. Setiap tahap memiliki "krisis" atau konflik utama yang harus diselesaikan untuk perkembangan yang sehat. Jika krisis di setiap tahap dapat diselesaikan dengan baik, seseorang akan berkembang secara positif.

Berikut delapan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson:

1. Tahap Usia Bayi (0-1 tahun): Trust (kepercayaan) atau mistrust (ketidakpercayaan)
•Kebutuhan seorang bayi: makanan yang cukup, tidur dengan tenang, perhatian dari pengasuh.
•Bila pengasuh bisa memenuhi kebutuhan itu: muncul rasa kepercayaan.
•Bila pengasuh tidak memenuhi kebutuhan itu: muncul rasa tidak aman. Ke depannya akan memunculkan trust issues.

2.Tahap Kanak-Kanak Awal (2-3 tahun):Otonomi atau Malu dan Ragu (shame and doubt)
•Kebutuhan seorang anak usia 2-3 tahun: membutuhkan sedikit kemandirian (otonomi), misal bisa memilih mainan yang ingin dimainkan.
•Pada saat ini juga anak belajar untuk menggunakan toilet: latihan mengontrol diri.
•Kegagalan dalam proses pasti ada, orangtua jangan memarahi terlalu keras agar anak tidak merasa malu / ragu dengan dirinya sendiri.

3.Tahap Prasekolah (3-6 tahun): Inisiatif atau Rasa Bersalah (Guilt)
•Anak mulai berkarya, seperti belajar membuat     prakarya, gambar, atau percobaan-percobaan sederhana.
•Anak juga mulai bergaul dengan anak-anak lainnya & belajar menyampaikan opininya.
•Anak perlu untuk belajar "menampilkan" diri dengan tepat, agar tidak mendapat penolakan dari teman-teman sebayanya.
•Demikian pula orangtua tidak membatasi kreativitas anak.

4.Tahap Masa Awal Sekolah (6-11 tahun):Kerajinan (Industry) atau Rendah Diri (Inferiority)
•Anak mulai merasakan adanya tuntutan / kewajiban dari sekolah seperti PR maupun ujian. Belajar untuk menghadapi tuntutan-tuntutan tersebut.
•Bila berhasil, akan muncul rasa pencapaian dan kepercayaan diri, yang kemudian menumbuhkan keuletan.
•Bila gagal, akan muncul rasa rendah diri.

5.Tahap Masa Remaja:Pembentukan identitas atau kebingungan identitas
•Remaja mulai mengalami pencarian jati diri.
•Di sini mereka mulai memahami minat, bakat, hingga prinsip hidup mereka.
•Bila mereka berhasil melewati proses pencarian jati diri ini, maka akan terjadi pembentukan identitas (identity).
•Bila tidak, akan mengalami kebingungan identitas (identity confusion) yang akan berdampak pada tahap-tahap selanjutnya.

6.Tahap Masa Dewasa Awal (20-40 thn):Keintiman (intimacy) atau Kesendirian (isolacy)
•Usia di mana individu mulai belajar memutuskan siapa yang akan menjadi orang-orang terdekatnya.
•Termasuk mencari pasangan hidup.
•Belajar membentuk hubungan interpersonal yang mendalam, termasuk membaurkan dua identitas ke dalam satu hubungan.

7.Tahap Masa Dewasa Tengah (40-60 thn):
Generativitas (generativity) atau Stagnasi (stagnation)
•Usia individu mulai membentuk penerusnya, atau menciptakan sesuatu yang akan menjadi legacy-nya. •Bisa memiliki anak, atau membuat karya berguna yang akan bertahan lama, atau keduanya.
•Bila tidak berhasil pada tahap ini, akan muncul rasa belum berkontribusi kepada kelompok / masyarakat.

8.Tahap Masa Dewasa Akhir (>60 thn): Integritas atau Keputusasaan
•Individu mulai merenungi kembali hidupnya; apakah ia sudah menjalani hidup ini dengan baik atau tidak. •Perasaan telah menjalani hidup ini dengan baik akan memunculkan rasa damai dan kepuasan hati.
•Bila tidak, akan ada rasa penyesalan dan keputusasaan bahwa hidup ini akan berakhir tanpa dijalani dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun