Mohon tunggu...
Sabinus Sahaka
Sabinus Sahaka Mohon Tunggu... Guru - Vivere est Cogitare, To think is to Live

Menulis... Merawat pikiran, mengasah logika, Mengungkap rasa dan fakta yang terpendam, Belajar kritis dan berkreasi, Membuka mata, tawarkan harapan, Menulis.... Meninggalkan jejak peradaban dalam guratan,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bagaimana Belajar Menghargai dan Mencintai Kebhinekaan Sejak Dini?

17 Februari 2021   22:07 Diperbarui: 18 Februari 2021   06:34 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan. Sebagai sebuah Negara kepulauan, Bangsa ini menyimpan sejuta pesona yang membuat orang luar berdecak kagum akan keindahannya. 

Ratusan suku bangsa, adat istiadat, agama, pakaian tradisonal, lagu daerah, tarian tradisional, makanan tradisional, bahasa daerah, dialek dan lain sebagainya. Dan jangan lupa pesona wisata yang aduhai cantiknya dan sumber daya alamnya yang luar biasa menyebar di seantero nusantara. 

Bukan tanpa alasan jikalau kemudian grup band Koes Plus menggambarkan negeri ini, "Bukan lautan Hanya Kolam Susu". Sungguh, kekayaan keberagaman ini adalah harta terindah yang Tuhan berikan kepada kita sebagai sebuah Bangsa yang besar di Asia Tenggara ini. 

Untuk mempertahankan keindahan dan kebhinekaan itu maka kita semua diajak untuk merawatnya. Merawat kebhinekaan sama dengan merawat Indonesia dan seluruh komponen di dalamnya. Tenunan kebangsaan kita tidak boleh rusak hanya karena kepentingan politik sesaat, sikap intoleran dan radikalisme sempit.

Sikap kagum apalagi mencintai sebuah kebhinekaan tidak bisa tumbuh dengan sendirinya. Butuh sebuah usaha, strategi dan komitmen yang tinggi. Memperkenalkan keberagaman adalah salah satu cara untuk menyentuh bawah sadar kita agar bisa menghargai dan mencintai keberagaman itu. Kesadaran itu menjadi otentik ketika dilaksanakan secara murni dari dalam hatinya, tulus dan tanpa prasangka. Untuk sampai pada kesadaran itu harus ada sinergi antara pendidikan di sekolah dan pendidikan di rumah. 

Pendidikan anak di rumah perlu sedini mungkin mengenalkan bahwa perbedaan itu suatu keniscayaan. Di dalam rumah sendiri pun mereka menjumpai perbedaan antara anggota keluarga. 

Demikian pula ketika satu langkah keluar dari rumah akan dijumpai banyak sekali keberagamaan. Tidak bisa dihindari tetapi dihadapi, dialami dan syukur kemudian dicintai. Ide dan praktek yang sama dijalankan di sekolah. Guru dan staf kependidikan berlaku hal yang sama ketika menghadapi perbedaan. 

Salah satu tugas sekolah sebagai sebuah tempat persemaian bibit unggul bagi Indonesia maju di masa yang akan datang adalah memperkenalkan semua keanekaragaman yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia. Dari pengenalan akan timbul rasa sayang. Pepatah mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang".

Sekolah Swasta Harapan Bangsa Indonesia, sejak awal berdirinya menyadari betul bahwa keberagaman itu sangat indah dan kaya. Karena indah dan kaya maka ada niat, semangat dan diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. 

Sekolah ini sangat terbuka dan menerima perbedaan yang ada di Negara Indonesia. Itulah salah satu alasan mengapa sekolah ini menerima semua siswa dari berbagai latar belakang suku, agama dan kebudayaan. Dan lebih hebatnya lagi dalam hal belajar agama, Sekolah Harapan Bangsa menyediakan tenaga pendidik profesional di bidangnya untuk mengajar siswa-siswi sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Sampai hari ini, ada lima agama yang diajarkan di sekolah ini, Islam, Katolik, Kristen, Budha dan Hindu.

Dalam kaca mata saya, sekolah ini memiliki keunggulan pada sikap hormat pada perbedaan yang dimiliki baik oleh para siswanya, guru dan karyawan. Tahun-tahun sebelum pandemi covid 19, sekolah ini memiliki tradisi yang rutin sejak berdirinya seperti melaksanakan kegiatan puasa bersama. Siswa Muslim akan mengadakan pesantren kilat di sekolah dan siswa beragama lain ikut hadir pada saat buka puasa bersama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun