Perubahan ini merupakan langkah pemerintah untuk mengharmoniskan modernisasi dengan pelestarian budaya Malioboro. Dengan pengelolaan yang baik, kawasan ini akan terus menjadi ikon kebanggaan Yogyakarta yang mampu menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah dan negara.
Meskipun penataan ini bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi wisatawan, sejumlah pedagang kaki lima yang telah dipindahkan ke dalam Teras Malioboro mengeluhkan penurunan penjualan. Sebelumnya, lapak mereka yang berada di sepanjang trotoar lebih mudah terlihat oleh pengunjung yang berjalan kaki atau melintas. Kini, dengan lokasi baru yang berada di dalam gedung, beberapa pedagang merasa kesulitan menarik perhatian wisatawan. Â
Kondisi ini juga dipengaruhi oleh perubahan kebiasaan pengunjung, yang cenderung berbelanja secara spontan ketika melihat lapak-lapak di tepi jalan. Dengan relokasi ke dalam gedung, daya tarik visual ini berkurang, sehingga pengunjung lebih selektif dalam memilih toko yang ingin mereka datangi. Â
Para pedagang berharap pengelola Teras Malioboro dapat membantu meningkatkan promosi atau mengadakan acara yang mampu menarik lebih banyak wisatawan untuk berbelanja. Upaya seperti memperbaiki sistem tata letak, memberikan insentif bagi pedagang, atau meningkatkan aktivitas budaya di sekitar Teras Malioboro dapat menjadi solusi untuk menarik perhatian pengunjung sekaligus meningkatkan penjualan. Â
Meski terdapat tantangan, relokasi ini tetap menjadi peluang bagi pedagang untuk berkembang dalam lingkungan yang lebih tertata dan terorganisasi, asalkan dibarengi dengan strategi promosi yang tepat dari pihak pengelola.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H