Mohon tunggu...
Sabina Ifen
Sabina Ifen Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMK TELKOM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial, Kawan atau Lawan bagi Demokrasi?

23 Agustus 2020   14:07 Diperbarui: 23 Agustus 2020   14:04 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk melindungi hak-hak perorangan warga negara. Demokrasi tentunya sudah tidak asing dalam topik perbincangan kita. Kata demokrasi ini sering kita gunakan dalam lingkup sekolah maupun masyarakat.

Negara kita sendiri termasuk negara yang menerapkan sistem demokrasi yang berlangsung sejak 1945 hingga kini. Keberhasilan Indonesia dalam sistem demokrasi pun sudah banyak terbukti.

Namun, dibalik keberhasilan ini tentu masih ada kekurangan yang terjadi dalam proses ini. Salah satunya pengaruh kekurangan ada pada "media sosial". Apakah media sosial sepenuhnya bisa berjalan baik dengan demokrasi atau malah menjadi senjata dalam demokrasi? Hal ini bisa saja memberikan dampak positif apabila penggunaannya secara bijak dan tidak disalahgunakan.

Manfaat dari penggunaan media sosial yang bijak adalah dapat menjadi wadah yang tepat dalam berbagi pendapat atau opini. Begitu pula sebaliknya, bila kita tidak benar dalam menggunakan media sosial maka dampaknya pun juga akan buruk, contohnya perang digital antara warganet, kejahatan internet seperti menyebarkan hoax, dan masih banyak lagi dampak negatifnya.

Salah satu contoh penyebaran berita hoax adalah kasus dugaan perusakan bendera merah putih yang terjadi di Surabaya tepatnya di depan asrama mahasiswa Papua. Kasus ini diduga disebabkan karena mahasiswa asrama yang merusak bendera merah putih. Foto bendera tersebut menyebar begitu cepat melalui salah satu grup whatsapp. Karena cepatnya persebaran tersebut mengakibatkan seseorang mengunggah video yang meyakinkan masyarakat bahwa mahasiswa asrama Papua yang merusak bendera tersebut. Hal ini membuat masyarakat percaya begitu saja tanpa adanya klarifikasi yang benar.

Pemerintah pun tidak tinggal diam dalam menyikapi dampak negatif dari penggunaan media sosial. Salah satu upaya yang dilakukan adalah membuat program "Born to Protect" untuk melatih terkait cyber security yang juga bertugas memberantas situs situs penyebar berita hoax.

Dari hal tersebut, kita dapat belajar bagaimana pentingnya bijak dalam menggunakan media sosial agar tidak merugikan pihak manapun. Mari bersama saling mengingatkan kepada sesama untuk tidak menyalahgunakan platform atau situs media sosial manapun untuk hal yang tidak baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun