Sore itu.. Lama kutatap guratan jari Dalam semesta damai dan debu Dipusaran beku mega berpadu Kemeja putih pengikat hati Lambang kesucian hati yang kau miliki Ketika citra halus telah membalut raga Di sana pula aku memulai Dikau penyejuk rasa Senyum penghangat cinta Simphoni sahdu dalam peraduan Terjalin irama pemupuk cinta Tapi.... Semua berlalu di balik khayal ku Kini dunia terasa neraka Air mata tak cukup untuk berkata Amarah bukanlah caranya bicara Ku coba buka pintu hati mu yang beku Agar bisa kupeluk hangat cintamu Tapi, ku dapati sebuah cinta lain Cinta untuk seorang wanita dewasa Bukan untuk seorang sepertiku Ketika cinta terbentur dinding Semakin reduplah langit senja Hati yang bahagia terhentak seketika Hancur luluh jiwa raga Tiga malam kau ku nanti Tiga malam kau ku impi Adakah serpihan harapan untukku? Lihatlah... Di tanah yang basah Bercampur air mata darah Kau ku nanti di ujung senja Dalam balutan luka dan lara Kelopak cinta yang bersemi Mulai layu dan mati Hasrat hati hanya sekedar bertanya Mengapa aku harus berduka Hingga lenyap keindahan kurasa 08 Juli 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H