Sebagai seorang wartawan perang, Sosrokartono juga menunjukkan visinya tentang humanisme dengan menyampaikan berita dan informasi yang objektif, meskipun situasi saat itu sangat sulit. Ia selalu menjaga integritas dan tidak terjebak dalam kepentingan politik atau kekuasaan. Hal ini menunjukkan kepemimpinannya yang berlandaskan pada keadilan, empati, dan rasa kemanusiaan yang mendalam.
Secara keseluruhan, visi kebangsaan dan humanisme dalam gaya kepemimpinan Sosrokartono tercermin dari dedikasinya dalam mengangkat harkat dan martabat bangsa, sekaligus membela kepentingan kemanusiaan universal. Ia adalah seorang intelektual yang berkontribusi pada bangsa dan dunia dengan pendekatan yang seimbang antara tradisi, kebijaksanaan lokal, dan nilai-nilai kemanusiaan global.
Mungkin tidak banyak yang mengenal sosok Raden Mas Panji Sosrokartono. Sosrokartono merupakan kakak kandung RA. Kartini yang pemikirannya banyak mengandung ajaran filsafat moral.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro, Mulyono, menyampaikan bahwa inti ajaran moral dari Sosrokartono adalah keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan manusia dengan sesama makhluk Tuhan. Manusia yang baik adalah manusia yang selalu memenuhi kewajibannya yaitu mencintai, berbakti, serta mengabdi kepada Tuhan. Adapun bentuk cinta, bakti, dan pengabdian manusia kepada Tuhan dilakukan dalam bentuk kewajiban berperilaku mencintai, membantu, dan melayani sesama manusia yang membutuhkan dengan ikhlas (leladi mring sesami).
"Ajaran moral adi luhung tersebut dipraktikan secara konsekuen oleh Sosrokartono sendiri. Dia mengajarkan agar setiap manusia memiliki daya guna sebesar-besarnya bagi sesama manusia dan lingkungannya," paparnya, Rabu (20/7) saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Filsafat UGM.
Ajaran-ajaran moral sosok yang menguasai 26 bahasa asing dan 10 bahasa daerah Indonesia ini mengandung berbagai teori etika normatif yaitu deontologi, etika keutamaan, dan etika teleologi. Etika deontologi terlihat pada ajaran yang menekankan pada kewajiban mencintai dan mengabdi kepada Tuhan melalui perilaku leladi mring sesami sebagai dasar dari segala perbuatan. Kemudian, etika keutamaan tampak pada ajaran yang sosok manusia ideal dan memiliki kemanfaatan besar bagi sesamanya yang tercermin dalam simbol gelaran nama Sosrokartono yaitu Mandor Klungsu dan Djoko Pring. Sedangkan etika teleologi terletak pada penetapan tujuan dari setiap perilaku yaitu terwujudnya ketenangan batin dan menyempurnakan hidup.
Mulyono menyampaikan sumbangan dan relevansi ajaran moral Sosrokartono bagi pembentukan karakter bangsa terletak pada kesesuaiannya dengan nilai-nilai Pancasila sebagai identitas dan karakter nasional. Ajaran moral Sosrokartono terumus sebelum Pancasila dirumuskan sebagai dasar dan ideologi negara. Ajaran Sosrokartono sangat sesuai dengan penjabaran nilai-nilai Pancasila.
"Kandungan ajaran moral Sosrokartono juga mempunyai kesesuaian dengan nilai-nilai pembentuk karakter individual yang saat ini sedang diinternalisasikan dan disosialisasikan pemerintah kepada peserta didik melalui program pendidikan karakter," katanya.
Why
Dari 53 ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono, terdapat tiga ajaran utama yang sangat signifikan dalam membentuk pandangannya tentang kehidupan dan eksistensi manusia, yaitu Ngawulo Marang Kawulane Gusti, filosofi "Alif", dan Catur Murti (Muhibuddin, 2019: 241-250).
Ajaran pertama, Ngawulo Marang Kawulane Gusti, secara harfiah berarti "mengabdi kepada hamba Tuhan". Sosrokartono menginterpretasikan bahwa tujuan hidupnya bukan sekadar membela Tuhan, melainkan lebih dari itu, ia berfokus pada upaya membela manusia dengan seluruh kemanusiaan yang ada dalam diri mereka.Â