Mohon tunggu...
Sabilla Oktaviano Safitri
Sabilla Oktaviano Safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Akuntansi/Universitas Mercu Buana

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010021 - Program Studi S1 Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dikursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono

23 Oktober 2024   15:47 Diperbarui: 25 Oktober 2024   07:33 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian, seorang pemimpin yang berada di tengah harus bisa menjadi penggerak, membangun karsa atau kehendak yang kuat dalam diri setiap orang. Mereka harus mampu membina kerja sama yang baik, menciptakan suasana yang kondusif, dan memfasilitasi orang lain untuk berkembang.

Tut Wuri Handayani adalah filosofi yang berarti "mengikuti dari belakang dengan memberi dorongan." Di sini, peran seorang pemimpin adalah memberikan dukungan dari belakang. 

Setelah memberikan teladan dan membangkitkan semangat, seorang pemimpin harus memberikan kepercayaan kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk berinovasi dan berkreasi sendiri, tetapi tetap berada di belakang untuk memberikan dukungan dan pengawasan. 

Dengan cara ini, pemimpin tidak mendominasi, tetapi memberikan ruang bagi orang lain untuk tumbuh dan belajar dari pengalaman mereka sendiri.

Trilogi ini mencerminkan nilai-nilai yang sangat mendalam dalam budaya Jawa, terutama tentang pentingnya keseimbangan antara tindakan, motivasi, dan dukungan. Seorang pemimpin tidak hanya dilihat dari posisinya di depan, tetapi juga dari kemampuannya untuk hadir di tengah dan mendukung dari belakang. Nilai-nilai ini relevan dalam konteks kepemimpinan modern, di mana kolaborasi, pemberdayaan, dan kepemimpinan yang inklusif semakin dihargai.

Dalam dunia pendidikan, prinsip "Tut Wuri Handayani" bahkan telah menjadi motto Kementerian Pendidikan Indonesia, mencerminkan pentingnya dukungan dan dorongan bagi para siswa untuk belajar secara mandiri, tetapi tetap didampingi oleh guru-guru mereka. Filosofi ini menekankan bahwa kepemimpinan yang baik bukanlah tentang kontrol atau dominasi, tetapi tentang membantu orang lain mencapai potensi terbaik mereka.

Secara keseluruhan, trilogi kepemimpinan ini tidak hanya menjadi pedoman bagi para pemimpin dalam konteks pendidikan, tetapi juga dalam berbagai bidang kehidupan. Filosofi Ki Hajar Dewantara mengajarkan pentingnya menjadi teladan, membangun semangat, dan memberikan dukungan dengan cara yang bijaksana dan penuh tanggung jawab.

Sosrokartono mengusung semangat nasionalisme dan kebangsaan yang sangat mendalam, meskipun sebagian besar hidupnya ia habiskan di luar negeri. Sebagai mahasiswa Indonesia pertama yang menempuh pendidikan di Belanda dan kemudian bekerja di berbagai lembaga internasional, seperti di Liga Bangsa-Bangsa, ia selalu membawa rasa cinta tanah air dalam setiap kiprahnya. 

Dalam kapasitasnya sebagai penerjemah dan wartawan perang, ia menunjukkan bahwa seorang pribumi dari Indonesia bisa berprestasi dan dihormati di dunia internasional. Hal ini menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia, termasuk adiknya, R.A. Kartini, dalam perjuangan melawan kolonialisme dan memperjuangkan hak-hak masyarakat pribumi.

Kepemimpinan Sosrokartono juga mencerminkan kecintaannya pada budaya Indonesia, terutama nilai-nilai spiritual dan kebatinan Jawa. Meskipun ia adalah seorang intelektual yang mendapatkan pendidikan Barat, ia tidak pernah melepaskan akar budayanya dan selalu mengusung nilai-nilai kebangsaan yang berakar pada tradisi dan kearifan lokal. Visi kebangsaan ini tercermin dalam berbagai karyanya serta kontribusi yang ia berikan kepada bangsa Indonesia.

Gaya kepemimpinan Sosrokartono juga sangat berakar pada humanisme, yang tercermin dalam perannya sebagai "Dokter Air Putih." Sosrokartono dikenal memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang dengan pendekatan kebatinan dan pengobatan yang sederhana, hanya dengan air putih. Praktik ini tidak hanya menjadi simbol kemanusiaannya, tetapi juga mencerminkan pengabdiannya untuk membantu sesama tanpa pamrih. Kemampuannya dalam menyembuhkan orang lain melalui media sederhana ini menunjukkan visinya tentang pentingnya cinta kasih dan kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun