Selain pentingnya etika dan psikologi positif dalam mencapai kebahagiaan, peran pendidikan juga tidak bisa diabaikan. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis, tetapi juga berperan dalam membentuk karakter, nilai moral, dan cara berpikir kritis.Â
Pendidikan karakter mengajarkan siswa untuk berperilaku secara etis dan bertanggung jawab, yang membantu mereka dalam menghadapi dilema moral di kehidupan nyata. Mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum memungkinkan para siswa memahami nilai-nilai inti seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, dan keadilan.
- Why
Melalui pendidikan karakter, siswa diajak untuk merefleksikan keputusan dan tindakan mereka dalam berbagai konteks, sehingga mereka tidak hanya berfokus pada pencapaian akademis, tetapi juga pada pengembangan moral yang kuat.Â
Hal ini penting karena keberhasilan jangka panjang sering kali lebih ditentukan oleh karakter seseorang dibandingkan dengan keterampilan teknis semata. Dengan pendidikan yang menekankan etika dan kebajikan, lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki integritas dan tanggung jawab sosial yang tinggi.
Lebih jauh lagi, pendidikan karakter juga menyiapkan individu untuk menjadi warga negara yang baik dan berkontribusi positif pada masyarakat. Di tengah perkembangan teknologi yang cepat, pendidikan memainkan peran kunci dalam mengajarkan etika penggunaan teknologi, termasuk hak cipta, keamanan internet, serta dampak sosial dari dunia digital. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya membantu seseorang mencapai kebahagiaan pribadi, tetapi juga mempromosikan kebahagiaan kolektif dengan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan beradab.
Pada akhirnya, kebahagiaan sejati yang diajarkan oleh Aristoteles—dan didukung oleh pendidikan karakter serta psikologi positif—adalah kebahagiaan yang tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan orang lain.
Di era Revolusi Industri 4.0, tantangan etika menjadi semakin kompleks, terutama dalam konteks penggunaan teknologi. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, seperti internet dan kecerdasan buatan, muncul berbagai masalah etika baru yang perlu diperhatikan, termasuk hak cipta, privasi, dan penggunaan data.Â
Guru dan pendidik memiliki peran penting dalam mengajarkan etika penggunaan teknologi kepada siswa, seperti menghormati privasi, melindungi diri dari ancaman daring, serta menjaga integritas dalam penggunaan konten online. Misalnya, masalah seperti plagiarisme dan cyber bullying telah menjadi masalah serius di kalangan siswa, sehingga memerlukan perhatian khusus dalam pendidikan.
Salah satu konsep penting dalam ajaran Aristoteles adalah pentingnya phronesis atau kebijaksanaan praktis. Phronesis adalah kebijaksanaan yang berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membuat keputusan yang tepat dalam situasi tertentu. Ini adalah bentuk kebijaksanaan yang melibatkan pemahaman yang mendalam tentang kebaikan dan keburukan, serta kemampuan untuk menilai situasi secara bijaksana.Â
Kebijaksanaan praktis ini sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membantu seseorang untuk bertindak secara moral dan etis dalam menghadapi berbagai dilema. Aristoteles percaya bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat dicapai melalui kebajikan yang dipraktikkan secara konsisten dan dengan pemahaman yang benar tentang tujuan hidup.