Botol plastik bekas air mineral maupun kaleng bekas susu formula seringkali dianggap bukan barang yang berguna sehingga menumpuk begitu saja. Tumpukan limbah tersebut terlihat semakin banyak setiap hari.
Itulah hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis selaku mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Belinyu, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka.
Melihat masih maraknya penumpukan botol dan kaleng bekas pada masyarakat di Kelurahan Belinyu memberikan inspirasi pada penulis yang merupakan penanggungjawab program kerja untuk menguranginya, salah satunya dengan cara memanfaatkan limbah tersebut menjadi media tanam.
Hal positif yang dapat dirasakan dalam pemanfaatan limbah ini sebagai media tanam adalah dapat membuat lingkungan menjadi asri dan tentunya dapat mengurangi terjadinya pencemaran lingkungan.
Seperti yang kita ketahui bahwa sampah tersebut merupakan sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroba pengurai sehingga sulit sekali untuk membusuk. Jika sampah ini dibakar justru akan mencemari udara dan apabila terhirup dapat membahayakan kesehatan tubuh.
Penggunaan botol plastik dan kaleng bekas ini juga bisa dijadikan ide untuk menghemat tempat, khususnya pada rumah yang memiliki tempat sempit namun tetap ingin menanam sayur maupun tanaman hijau.
Untuk memenuhi kegiatan yang menjadi program kerja dalam “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis SDGs Desa” penulis hendak mewujudkan budidaya tanaman dengan menggunakan media limbah botol plastik dan kaleng bekas.
Pembudidayaan ini dilakukan dengan memanfatkan botol plastik dan kaleng bekas yang sudah tidak terpakai untuk digunakan sebagai pot. Hal ini dilakukan agar masyarakat di Kelurahan Belinyu dapat mengelola barang yang tak terpakai sebagai barang yang bermanfaat dan bahkan memiliki nilai jual.