Mohon tunggu...
Sabila Weliza
Sabila Weliza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Seorang mahasiswi yang mulai menulis untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Ketika Jarak Tak Lagi Membatasi Interaksi

19 Desember 2024   19:12 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:12 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Masyarakat maya (cybercommunity) adalah sebuah kehidupan maya didunia virtual yang dibangun melalui jaringan komputer namun tetap terhubung, dan memiliki kehidupan sosial tersendiri. Masyarakat maya membangun dirinya dengan sepenuhnya mengandalkan interaksi sosial dan proses sosial dalam kehidupan kelompok (jaringan) intra dan antar sesama anggota masyarakat maya. Dipastikan bahwa konstruksi masyarakat maya pada mulanya berkembang dari sistem intra dan jaringan yang berkembang menggunakan sistem sarang laba-laba sehingga membentuk sebuah jaringan masyarakat yang besar. Masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi – segi kehudupan maya. Seperti, membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang dan kepemimpinan, membangun sistem kejahatan dan kontrol – kontrol sosial dan sebagainya.

Masyarakat maya memiliki struktur tersendiri, komunitas tersediri dan gaya hidup tersendiri. Mereka membangun interaksi sosial diantara para anggota, jika dalam masyarakat nyata harus ada social contact atau komunikasi secara langsung, maka dalam masyarakat maya juga berlaku demikian. Namun, bentuk dari interaksi yang terjadi berbeda dari bentuk interaksi yang terjadi di masyarakat nyata. Dalam masyarakat maya, interaksi yang terjadi berbentuk daring (dalam jaringan) dan bersifat virtual, walaupun demikian komunikasi tetap terjalin dengan baik dan efektif selama media yang digunakan untuk berkomunikasi tersedia dan selalu terhubung. Dalam masyarakat maya, kebudayaan yang dikembangkan adalah budaya-budaya pencitraan dan makna yang setiap saat dipertukarkan dalam interaksi simbolis. Kebudayaan merupakan salah satu hasil yang didapatkan dari perkembangan peradaban di masyarakat. Kebudayaan yang dihasilkan adalah budaya – budaya pencitraan dan makna yang setiap saat dipertukarkan dalam ruang interaksi simbolis. Budaya ini sangat subjektif atau lebih objektif lagi apabila disebut intersubjektif yang sangat mendominasi adalah creator dan imajiner yang setiap saat mencurahkan pemikiran mereka dalam tiga hal secara terpisah.

Konstruksi masyarakat maya (cybercommunity) pada awalnya kecil dan berkembang menggunakan pola jaring laba-laba sehingga terbentuklah masyarakat yang besar. Dengan demikian, keberadaan ruang maya selalu terkait dengan komunitas virtual, yaitu mereka yang saling berinteraksi menggunakan teknologi komputer (cyberspace - cyber community), karena melalui interaksi antar mereka ruang itu tebentuk. Melalui sarana virtual mereka ber-interaksi, mempertukarkan makna dan membangun realitas dunia. Kelompok masyarakat ini diberikan label sebagai virtual communities.

Pada masa kini, sebagian besar masyarakat semakin merasakan informasi sebagai salah satu kebutuhan pokok disamping kebutuhan akan sandang, pangan dan papan. Seiring dengan hal itu, informasi telah berubah bentuk menjadi suatu komoditi yang dapat diperdagangkan. Keadaan ini terbukti dengan semakin berkembangnya bisnis pelayanan informasi, seperti stasiun televisi, surat kabar, radio dan internet yang telah memasuki sendi-sendi kehidupan manusia. Perubahan lingkungan yang pesat, dinamis dan luas tersebut didukung oleh kemajuan teknologi informasi disegala bidang. Hal ini telah mendorong transformasi masyarakat tradisional menjadi masyarakat informasi.

Dalam abad informasi ini, jarak geografis  tidak lagi menjadi faktor dalam hubungan antar manusia atau antar institusi, sehingga jagad ini menjadi suatu dusun semesta (global village). Sehingga sering kita dengar istilah “jarak sudah mati” (distance is dead) makin lama makin nyata kebenarannya. Ciri-ciri masyarakat informasi antara lain kebutuhan informasi yang tinggi, sehingga informasi menjadi komoditas penting yang dibutuhkan masyarakat. Komunitas masyarakat tidak dapat disebut masyarakat informasi apabila masyarakat tersebut tidak terbuka. Salah satu pendorong lahirnya masyarakat terbuka adalah pemakaian teknologi informasi. Masyarakat informasi memiliki ketergantungan pada media massa yang sangat besar. Akibatnya, ketergantungan pada gadget dan media massa membuat mereka takut jika harus jauh dari telepon genggam.

Masyarakat informasi juga sering diaggap sebagai penerus masyarakat industri atau disebut masyarakat pascaindustri, masyarakat pengetahuan, masyarakat Telematika, masyarakat jaringan. Penanda dari era ini adalah adanya perubahan yang sangat cepat baik di bidang teknologi, informasi, ekonomi, budaya, dan sebagainya.

Ruang virtual memberikan kesempatan yang tidak terbatas untuk berinteraksi dan bertukar informasi, tetapi hal ini juga dapat menimbulkan ketergantungan yang tidak sehat terhadap perangkat digital. Intensitas penggunaan teknologi yang berlebihan ini berpotensi merusak nilai-nilai dalam hubungan sosial secara langsung dan dapat mengancam kesejahteraan psikologis seseorang. Meskipun demikian, kemudahan mendapatkan informasi telah mendorong percepatan perubahan ke era digital, walaupun hal ini memunculkan persoalan baru seperti ketakutan berlebih saat terpisah dari ponsel pintar. Penting bagi kita untuk menemukan titik keseimbangan antara pemanfaatan teknologi digital dengan menjaga kualitas interaksi sosial tatap muka dan memelihara kesehatan jiwa. 

Dunia internet membuka jalan tanpa batas bagi manusia untuk saling terhubung dan berbagi wawasan, namun kondisi ini dapat memicu kebiasaan yang kurang baik dalam penggunaan alat elektronik. Tingkat pemakaian alat digital yang tinggi dapat menggerus kebersamaan dalam pergaulan nyata serta mengusik ketenangan batin. Walau begitu, mudahnya mencari informasi telah mempercepat masuknya kita ke zaman teknologi, meski hal tersebut juga membawa masalah seperti rasa gelisah berlebihan ketika jauh dari telepon genggam. Kita dituntut mencari cara terbaik dalam memanfaatkan kemajuan digital sambil tetap menjaga hubungan langsung antar manusia dan kesehatan mental.

Menghadapi situasi ini, warga perlu memahami cara bijak menggunakan teknologi. Pembinaan tentang pemanfaatan media modern yang tepat menjadi dasar untuk menciptakan generasi yang dapat mengambil manfaat teknologi tanpa terjerat dalam penggunaan berlebihan. Tak kalah penting, diperlukan gerakan bersama untuk membangun lingkungan yang mendorong keselarasan antara kegiatan digital dan pertemuan langsung.

Lembaga pendidikan, keluarga, dan lingkungan sekitar berperan besar dalam membentuk kebiasaan penggunaan teknologi yang baik. Mereka bisa mengajarkan cara membatasi waktu bermain gawai, mendorong pertemuan tatap muka, dan menumbuhkan minat di luar dunia maya. Dengan cara yang tepat, teknologi bisa menjadi sarana peningkatan mutu hidup tanpa mengorbankan pergaulan dan kesehatan jiwa.

Selanjutnya, perlu dibuat aturan yang mendukung penggunaan teknologi secara bertanggung jawab. Ini meliputi pembatasan penggunaan alat digital di tempat belajar, kantor, atau area umum, serta gerakan penyadaran tentang bahaya kecanduan teknologi. Dengan paduan kesadaran pribadi dan dukungan lingkungan yang sesuai, masyarakat bisa berkembang ke arah digital yang lebih sehat dan seimbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun