Selama tiga tahun terakhir, kampung binaan telah berupaya dalam mengurangi perubahan iklim secara partisipatif.
Kampung binaan atau yang biasa dikenal dengan kambin merupakan suatu program kerja Departemen Dikesma HMPWK (Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota), Universitas Sebelas Maret sebagai wujud pengabdian dengan memberikan berbagai penyuluhan dan pendampingan bagi masyarakat.
Kambin berlokasi di Mojosongo, Surakarta, Jawa Tengah. Terdiri atas tiga kampung yaitu kampung bunga (RW 29), kampung sayur (RW 37), dan kampung buah (RW 36) dan telah dilakukan secara berkelanjutan dari periode ke periode oleh mahasiswa PWK UNS. Kambin bukan hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga didampingi dosen, warga, serta DLH. Kampung binaan kemudian semakin berkembang menjadi aksi nyata melawan perubahan iklim secara partisipatif bersama masyarakat di tengah pembangunan yang semakin berdampak buruk bagi lingkungan.
"Cara untuk mensukseskan kampung binaan itu kuncinya dengan melibatkan warga yang tidak hanya bapak-bapak saja, tetapi juga bersama ibu-ibu PKK dan anak-anak. Sehingga lebih terasa bahwa yang ikut serta adalah seluruh warga dari segala usia. Di kampung binaan pun selalu ada inovasi-inovasi baru" ujar Mega, Ketua Departemen Pengabdian dan Kesejahteraan Mahasiswa (Dikesma) HMPWK
Pembuatan taman, pembibitan, penyuluhan pembuatan pupuk, pembuatan biogas bersama masyarakat, pembuatan vertical garden pembuatan mural, perawatan taman, pembuatan mainan tradisional bersama anak-anak merupakan fokus program dari Kampung Binaan pada tahun ini. Pembuatan taman menjadi program paling besar yang bertujuan sebagai pusat kegiatan kampung pariwisata ini.
Senada dengan yang disampaikan oleh mahasiswanya, Kusumastuti, Dosen sekaligus Pembina HMPWK UNS saat pembukaan Kampung Binaan juga menyampaikan bahwa
"Mahasiswa itu kan agen perubahan, seharusnya mereka benar-benar menjadi agen di dalam masyarakat. Mereka sudah dibekali banyak pengetahuan dan wawasan mengenai perencanaan dan pembangunan partisipatif, maka saatnya mereka untuk melakukan aksi nyata. Misalnya, bonding dalam organisasi sendiri, bridging bersama organisasi mahasiswa lain dan juga masyarakat, serta linking yaitu hubungan keatas misalnya kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surakarta, dan sebagainya."
Kampung Binaan Mojosongo sebagai kampung pariwisata merupakan contoh "The Real Climate Action" berbasis masyarakat yang telah berlangsung di Surakarta, salah satu kota layak huni Indonesia. Antusiasme warga dan kendala yang dijumpai pun semakin beragam. Oleh karena itu, kampung binaan tersebut juga bermanfaat bagi mahasiswa karena memperoleh banyak pengalaman seperti cara berkomunikasi yang baik dengan warga, cara mengkoordinir warga, merencanakan suatu hal yang bermanfaat bagi warga, dan masih banyak lagi. Kambin melatih mahasiswa untuk lebih peduli akan lingkungan sekitar dan menjadi orang yang berguna serta bermanfaat bagi orang lain.
"Kami sangat berharap semoga kambin dapat lebih baik kedepannya, ketiga kampung yang dibina bisa mandiri dan mempunyai daya saing masing-masing, serta terwujudnya kampung pariwisata sebagai tujuan dari kampung binaan itu sendiri. Program telah kami rencanakan semenarik mungkin dan FGD juga selalu dilakukan sebelum program dimulai untuk menampung aspirasi warga. Gotong royong bersama warga dan karang taruna ini menjadi hal yang sangat penting. Puncaknya, nanti akan dilaksanakan peresmian taman dan bakti sosial bersama warga bertepatan dengan Hari Tata Ruang (Hataru), sehingga sekaligus dapat menjadi wadah pengenalan apa itu "Tata Ruang" dan "Perencanaan Wilayah dan Kota" kepada masyarakat." tambah Fasih, Koordinator Kampung Binaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H