Mohon tunggu...
Sabila Ilma Zuhrufi A.
Sabila Ilma Zuhrufi A. Mohon Tunggu... Guru - MAHASISWA

Mahasiswa Pendidikan Agama Islam IAIN Tulungagung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Meningkatkan Minat Membaca pada Ranah Pendidikan

26 Oktober 2019   12:53 Diperbarui: 22 Juni 2021   11:56 4564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Meningkatkan Minat Membaca pada Ranah Pendidikan. | pexels

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca.Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah. Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca.

Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal.Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca. Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.[4]

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kondisi rendahnya kemampuan membaca masyarakat Indonesia diantaranya :[5]

  • Permasalahan di Dalam Lingkungan Sekolah. Sekolah (pendidikan) merupakan sebagai salah satu tempat yang dipercaya untuk melahirkan masyarakat (siswa) yang mampu membaca dan memiliki bermacam pengetahuan. Rendahnya minat dan kemampuan membaca siswa akan memberi pengaruh pada kemampuan akademik siswa yang bisa berdampak pada kualitas kelulusan. Oleh sebab itu perlu diketahui beberapa hal yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan membaca siswa di sekolah Antara lain yaitu:
  • Terbatasnya sarana dan prasarana membaca, seperti ketersediaan perpustakaan dan buku buku bacaan yang bervariasi. Masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia yang masih mengandalkan ketersediaan buku paket saja untuk kegiatan belajar di kelas, padahal ketersediaan buku-buku bacaan penunjang yang menarik dan bermutu akan sangat memotivasi siswa dalam memperluas pengetahuannya. Di beberapa sekolah yang telah memiliki fasilitas perpustakaan juga belum memiliki pelayanan yang baik. Koleksi buku perpustakaan masih didominasi oleh koleksi buku paket. Bahkan fasilitas beberapa ruang perpustakaan masih sumpek, sempit, kurang ventilasi (gerah), penataan buku tidak teratur dan pada dasarnya belum memberikan kenyamanan, sehingga kegiatan membaca dalam perpustakaan menjadi membosankan, tidak mengasyikkan dan tidak nyaman.
  • Situasi pembelajaran yang kurang memotivasi siswa untuk mempelajari buku-buku tertentu di luar buku-buku paket. Pembelajaran di kelas lebih sering masih berpusat pada guru atau sekedar kegiatan transfer ilmu dimana siswa hanya diberi oleh informasi/pengetahuan dari guru dan jarang diajak berdiskusi atau diberi permasalahan tentang materi yang dibahas untuk diselesaikan bersama sehingga siswa tidak untuk mencari informasi dari sumber yang lain dan tidak terlatih untuk menambah pengetahuan melalui membaca.
  • Kurangnya model (dari kalangan guru) bagi siswa dalam hal membaca. Beberapa guru belum menjadikan membaca sebagai kebutuhan pendidikan, hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan waktu luang di sekolah bagi staf dan para guru. siswa lebih sering melihat gurunya main catur, merokok, mengobrol, bersenda gurau, dan sebagainya pada saat waktu luang. Sehingga siswa tidak memiliki panutan dari guru dalam hal gemar membaca
  • Permasalahan Di Luar Lingkungan Sekolah. Berkembangnya teknologi  'jempol' (handphone, internet) menggeser minat manusia terhadap buku. Munculnya perangkat komunikasi bernama handphone yang menawarkan berbagai program murah berkomunikasi menjadi salah satu penyebab rendahnya kemauan membaca seseorang karena orang lebih sering menghabiskan waktunya untuk mengirim pesan dan mengobrol lewat handphone dari pada menghabiskan waktu untuk membaca, walaupun isi komunikasi tersebut boleh dibilang kurang penting. Demikian juga dengan maraknya program komunikasi yang menggunakan internet seperti Friendster, Facebook dan sebagainya yang ternyata juga mampu mengalihkan perhatian sebagian besar orang dari kebutuhan membaca buku.
  • Banyaknya keluarga yang belum menanamkan tradisi wajib membaca. Untuk membentuk anak-anak yang memiliki kemampuan gemar membaca harus di mulai dari lingkungan terdekat anak yaitu keluarga. Karena dalam keluarga anak akan meniru apa yang telah menjadi kebiasaan anggota keluarganya terutama orangtua. Tapi kenyataan yang banyak terjadi kebanyakan orangtua terutama ibu dari anak-anak indonesia lebih suka menonton Televisi dan Handphone atau Gadget dari pada membacakan buku untuk anak-anaknya di rumah, mereka lebih sering membiarkan anak menonton Televisi dan bermain Handphone atau Gadget dari pada harus repot-repot melatih kebiasaan membaca yang mungkin dapat dimulai dengan membacakan buku cerita, sehingga anak pun lebih akrab dengan Televisi dan Handphone atau Gadget dari pada dengan buku.
  • Demikian juga dengan perilaku orang orangtua yang lebih menyukai nonton Televisi  dan bermain Handphone atau Gadget, mengobrol dari pada membaca buku. Masih sangat sedikit orangtua yang mau menyempatkan diri membaca buku saat berada dalam rumah, orangtua lebih sering menyuruh anaknya belajar atau membaca buku tetapi anak tidak mendapatkan contoh nyata bagaimana orangtuanya juga belajar membaca buku.
  • Minimnya daya beli masyarakat terhadap buku. Selain memang harga buku yang masih terbilang mahal, masyarakat juga belum bisa merasakan secara langsung keuntungan yang bisa didapat dari banyak membaca, terbukti belum ada sosialisasi kalau orang yang banyak membaca hidupnya akan lebih baik dan uangnya banyak. Masyarakat menganggap buku bukan sebagai kebutuhan, harga buku yang melebihi harga sembako dan manfaat membeli buku belum sebanding dengan manfaat dalam membeli sembako, buku masih menjadi barang mewah bagi sebagian besar masyarakat indonesia.

Baca juga: 3 Hal Kenapa Minat Baca Indonesia Rendah, padahal Buku Bajakan Tinggi

Terlepas dari faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya minat membaca terutama bagi masyarakat Indonesia, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengubah kebiasaan malas membaca menjadi kebiasaan rajin membaca. Upaya untuk membangun kegemaran dan
kemampuan membaca masyarakat Indonesia pada umumnya dan siswa pada khususnya, diantaranya :[6]

  • Meningkatkan Layanan Perpustakaan Di Sekolah Dan Lingkungan Masyarakat. Ketersediaan bahan bacaan memungkinkan tiap orang untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kepentingannya. Dari situlah, tumbuh harapan bahwa masyarakat kita akan semakin mencintai bahan bacaan dan memiliki pengetahuan yang luas sehingga kemampuan berfikir kritis masyarakat akan semakin terasa. Untuk itu selain perlu dikembangkan perpustakaan di sekolah juga perlu dikembangkan perpustakaan berbasis masyarakat yang dikelola oleh masyarakat dengan anggaran swadaya masyarakat. Hal itu dapat dilakukan melalui :
  • Dibangunnya Perpustakaan Nasional dan perpustakaan daerah (di tingkat propinsi, kecamatan dan desa). Penyadaran pada masyarakat sekolah dan diluar sekolah untuk bahu membahu dalam mengatasi keterbatasan sarana perpustakaan di wilayahnya dengan program "donasi buku" atau "sumbangan buku" atau pendanaan sukarela dari donatur tertentu dan dari warga yang lebih mampu untuk biaya operasional perpustakaan tersebut.
  • Penyediaan bahan bacaan bervariasi yang mendukung pembelajaran dan mendorong siswa menyukai buku. Beberapa siswa memiliki minat yang berbeda pada bentuk, cover, tampilan, dan desain buku yang berbeda dari tampilan buku-buku paket pelajaran walaupun tema dan materi yang sama. Karena mungkin juga minat baca siswa tidak hanya pada materi yang tertuang dalam pelajaran tetapi pada pengetahuan lain yang belum dijelaskan dalam pembelajaran di kelas.
  • Peningkatan kinerja kepegawaian perpustakaan. Pelayanan perpustakaan seperti kondisi ruangan yang cukup ventilasi, tidak sumpek/gerah, bersih, luas dan rapi dalam penataan indeks buku akan membantu pengunjung merasa nyaman dan bersemangat berkunjung ke perpustakaan. Fasilitas perpustakaan juga sudah berbasis teknologi. Koleksi ilmu pengetahuan tidak hanya dalam bentuk buku dan kertas tetapi telah tersedia dalam berbagai sarana teknologi seperti Compact Disk dan data online yang lebih mudah diakses.
  • Memperbaharui Sistem Pembelajaran Di Sekolah. Guru perlu memberikan tugas pembelajaran yang menantang dan menarik untuk siswa misalnya dalam proses kegiatan belajar guru memberikan/memunculkan masalah yang dapat diskusikan bersama dengan siswa sehingga dapat mendorong siswa untuk menggali banyak informasi melalui aktivitas membaca. Sekolah juga perlu membuat program membaca setiap pekan melalui pendekatan bahasa seperti suatu pendekatan pengajaran bahasa secara utuh, dimana keterampilan menyimak, membaca, menulis dan berbicara diajarkan secara terpadu.
  • Menumbuhkan minat membaca anak sejak usia dini (pra sekolah), diantaranya adalah: 1) Mengenalkan buku-buku bacaan yang menarik perhatian anak seperti buku cerita atau buku bergambar, 2) Membawa anak sesering mungkin ke  pusat pusat buku, seperti perpustakaan, toko
    buku, bursa buku atau pameran buku, dan sebagainya, 3) Membantu anak merancang kegiatan bermain yang melibatkan buku, seperti bermain peran menjadi pelayan di toko buku, membuat potongan-potongan atau rangkaian bergambar dari buku, majalah atau koran tentang sesuatu misalnya buah-buahan, binatang , dan sebagainya
  • Mengontrol Penggunaan Media Elektronik (Televisi, video game, handphone, internet). Peran orangtua dan guru sangat dibutuhkan dalam upaya ini, dimana guru dan orangtua bekerjasama memberi pemahaman kepada siswa/anak tentang dampak buruk penggunaan media elektronik yang tidak terawasi dapat menyebabkan hilangnya waktu belajar dan menurunnya konsentrasi.

 Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan yakni bahwa kegiatan membaca sangatlah penting untuk masyarakat dan terutamanya pada dunia pendidikan,  karena dengan membaca kita dapat mengenal dunia lebih luas serta memberikan banyak manfaat. Namun bagaimanapun juga minat membaca masyarakat Indonesia masih tergolong rendah penyebab utama rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia adalah rasa malas dan akibat dari itu semua bukan hanya berdampak buruk bagi kita namun juga bagi bangsa dan Negara. Tentunya hal demikian dapat diubah, kuncinya adalah kesadaran diri kita.

Baca juga: Cara Menumbuhkan Minat Baca pada Anak

DAFTAR RUJUKAN

  1.  Shoffaussamawati. 2014. MENUMBUHKAN MINAT BACA DENGAN PENGENALAN PERPUSTAKAAN PADA ANAK SEJAK DINI. JURNAL LIBRARIA Volume 2, Nomor 1, Januari Juni.
  2. Darmono. 2001. Manajemen Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
  3.  Kamiyun, Suharsono. 2015. UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA SEBAGAI SARANA UNTUK MENCERDASKAN BANGSA, Jurnal Pena Indonesia (JPI) Jurnal Bahasa Indonesia, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 1, Nomor 1, Maret.
  4. Witanto, Janan. 2018. Minat Baca Yang Sangat Rendah. Salatiga: Universitas Kristen Satya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun