Sonagi () atau Rain Shower merupakan cerita pendek yang ditulis oleh salah satu penulis besar di Korea yaitu Hwang Sun-Won (). Cerita ini di tulis pada tahun 1953 ketika Korea sedang mengalami masa perang yang buruk dan diterbitkan pertama kali dalam majalah Shinmunhak () pada tahun 1959. Menceritakan tentang proses cinta polos dari dua anak muda tetapi berakhir dengan begitu cepat dan hal tersebut menunjukan ironi nasib yang dapat membuat hati setiap individu yang membaca tersentuh.Â
Di kalangan orang Korea, cerita Sonagi () ini sangat terkenal sehingga banyak di adaptasi menjadi drama, kartun hingga lagu. Selain itu, ditampilkan dalam sebuah film terkenal yaitu "My Sassy Girl" tetapi dibuat menjadi parodi serta tokoknya pun dibuat menjadi dewasa dan endingnnya sangat berbeda dari cerita aslinya.
Dalam suatu cerita tentunya tidak terlepas dari peran para tokohnya, baik tokoh utama maupun tokoh pendukung. Tokoh menjadi hal yang penting dalam suatu cerita. Karena tokoh sebagai pelaku yang melaksanakan peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa tersebut mampu merangkai cerita. Seperti halnya dalam cerita Sonagi () yang memiliki tokoh utama dan tokoh pendukung.Â
Jika biasanya dalam suatu cerita tokoh memiliki namanya sendiri, berbeda dengan tokoh dalam cerita Sonagi () dimana tokoh utama dan karakter pendukung lainnya tidak disebutkan namanya oleh penulis (Hwang Sun-Won). Penulis hanya menyebutkan identitas karakter atau jenis kelamin saja, seperti perempuan, laki-laki, gadis, orang tua laki-laki, ayah dan ibu, serta petani berjenggot panjang. Hanya saja dalam cerita terdapat karakter pasif yang namanya disebutkan yaitu Yoon Chosi yang merupakan buyut dari tokoh utama perempuan. Meskipun tidak ada penamaan tokoh, penulis mampu membuat pembaca merasakan setiap rasa sakit, kegembiraan dan tragedi dalam cerita yang di alami tokoh dengan penggunaan sudut pandang ketiga yang dipakai secara konsisten dari awal cerita hingga akhir cerita.
Sudut pandang orang ketiga merupakan teknik penyampaian cerita dari kacamata penulis yang berada di luar cerita. Adapun sudut pandang orang ketiga dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sudut pandang maha tau, sudut pandang orang ketiga terbatas, dan sudut pandang orang ketiga objektik/ sebagai penyimak.
Dalam cerita awal Sonagi () penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga mahatahu, Ketika anak laki-laki itu melihat seorang anak perempuan di tepi anak sungai, ia langsung mengetahui bahwa anak perempuan itu adalah cicit dari Yoon Chosi. Anak perempuan itu merendam tangannya di anak sungai dan bermain-main dengan air. Seakan-akan dia belum pernah melihat air sungai seperti ini di Seoul. Dimana penulis seperti Tuhan karena dapat mengetahui segala hal tentang semua tokoh, peristiwa, tindakan, serta motif dari suatu tindakan. Dengan sudut pandang ini penulis dapat memberikan informasi penuh dan tidak ada pembiasan kepada pembaca untuk memahami terhindarnya pembiasan.
Terlihat dibagian tengah cerita, sudut pandang orang ketiga terbatas digunakan untuk menyampaikan cerita ketika anak laki-laki dan perempuan berpisah setelah pertemuan terakhir mereka, Dalam perjalanan pulang setelah berpisah dengan anak perempuan itu, anak laki-laki berbicara pada dirinya sendiri, berulang kali bergumam tentang kepindahan anak perempuan. Penulis hanya fokus terhadap anak laki-laki saja dan tidak memperlihatkan sudut pandang dari anak perempuan. Penulis menggunakan sudut pandang ini karena ingin membuat pembaca merasakan hasil dari sudut pandang dari karakter lain dan bertanya-tanya dan menafsirkan sendiri perasaan, emosi, atau tindakan dari karakter tersebut.
Sudut pandang orang ketiga objektif dapat ditemukan di bagian akhir cerita, Ibu yang sedang menjahit di bawah api lampu berkata, "Cicitnya hanya perempuan itu kan?" "Iya, dua anak laki-lakinya sudah meninggal ketika mereka kecil." Penulis hanya menceritakan tindakan dan tidak mengungkapkan pikiran dari tokoh, tetapi hanya menduga apa yang ada di benak tokohnya.
Dengan penggunaan sudut pandang ketiga dalam cerita Sonagi () ini, penulis dapat lebih dekat dengan pembaca karena dalam penyampaian ceritanya penulis seperti berbicara secara langsung kepada pembaca. Sehingga pembaca dapat memahami cerita tanpa khawatir ada pembiasan dan mampu menjelajahi perspektif bagian cerita, karakter atau tokoh dalam cerita.
Sonagi () pada awalnya diduga hanya cerita ringan tentang kisah cinta anak muda yang bertemu di tepi pantai tetapi ternyata penulis menciptakan badai hujan untuk menginsentifkan setting kedua tokoh utama agar cerita semakin menarik. Kemudian pada akhirnya penulis menempatkan mereka kembali ke tempatnya untuk mengakhiri cerita dengan damai sejak gadis itu meninggal.
Cerita ini menjadi salah satu cerita yang paling dicintai dan dikagumi orang korea, karena sangat menyentuh hati para pembaca karena kepedihannya. Hal tersebut merupakan hasil dari keterampilan Hwang Sun-Won () yang tidak hanya mampu membuat cerita yang luar biasa tetapi pandai memilih teknik penyampaian cerita dengan sudut pandang yang tepat agar tersampaikan dengan baik dan memberikan kesan kepada pembaca. Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, sudut pandang sangat penting untuk memahami keadaan yang sedang terjadi. Bukan hanya menurut pandangan dari diri sendiri atau orang kedua saja, sudut pandang dari orang ketiga juga sangat penting karena membuat kita mampu berpikir untuk memahami suatu keadaan secara heuristik dan tidak langsung mengambil keputusan begitu saja.
           Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H