Mohon tunggu...
sabila rahma
sabila rahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Love the life you live

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyalahgunaan Kekuasaan

22 Desember 2022   15:33 Diperbarui: 27 Desember 2022   12:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dr. Ira Alia Maerani S.H M.H(dosen FH Unissula)
Sabila Rahma Khoirun Nisa (mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Unissula)

Dalam setiap kumpulan,keluarga, organisasi, perusahaan maupun selalu ada orang yang mengarahkan dan dipercaya anggotanya. Orang itu dikenal sebagai pemimpin, orang yang sangat dibutuhkan untuk mengarahkan, memajukan dan memanifestasikan arah sebuah organisasi.

Kata pemimpin sering didengar sebagai orang yang melakukan kegiatan positif untuk anggotanya, yang memajukan, dapat dipercaya, mengimplementasikan, tidak mencampurkan dalam urusan pribadi, mencerdaskan dan dapat menyelesaikan masalah dengan solusi yang bijak pula. Dari pemimpin dapat dilihat wujud baik buruknya keadaan sebuah negara. Pemimpin itu diibaratkan nahkoda yang dapat menjalankan kapal dengan benar untuk mewujudkan keinginan angkotanya.

Namun, pemimpin yang hebat telah langka. Kita semua dapat menghitungnya. Banyak yang mengabaikan, menelantarkan atau bahkan menyelewengkan kekuasan untuk hal pribadi. Seperti yang terjadi pada berita yang beredar beberapa hari yang lalu. Banyak perbincangan tentang seorang pemimpin yang ikut campur dalam hal pribadi urusan atasannya bermunculan.

Dapat dilihat dalam forum-forum berita beberapa mentri yang ikut adil dalam pernikahan anak presiden. Mentri tersebut berdalih menganggap anak presiden tersebut sebagai keponakannya usai muncul menjadi sorotan publik. Mentri itu juga menyampaikan bahwa anak presiden tersebut teman anaknya. Sepekat sebelum acara mentri tersebut bahkan terlihat sibuk menyiapkan lokasi.

Dapat dilihat dalam peristiwa tersebut bahwasanya seorang mentri telah melakukan hal yang tidak benar. Karena menurut pasal 17 ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi "Menteri-menteri itu memimpin departemen pemerintahan". Pada pasal tersebut menekatkan bahwasanya mentri mempimpin departemen pemerintahan bukan mengurusi hal pribadi. Sikap mentri tersebut jelas melanggar aturan kode etik seorang pemimpin.

Seorang pemimpin harus mencerminkan Pancasila sila ke-3 yang berbunyi "persatuan Indonesia". Pada sila tersebut dapat dijelaskan bahwa pemimpin harus dan selalu mengutapakan kepentingan rakyat dalam setiap pengambilan ketetapan. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi serta golongan. Jujur dan dapat dipercaya agar dapat menjalankan tugas dengan baik.

Sikap pemimpin menurut Pancasila sila ke-1 tersebut bersangkut paut dengan Pancasila sila ke-1 yang berbunyi "Ketuhanan yang Maha Esa". Sebaimana sila tersebut mengharuskan setiap rakyat salah satunya pemimpin mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai mencipta dan tujuan final, pemimpin beriman akan memiliki perilaku yang baik seperti yang diajarkan Tuhannya.

pemimpin harus mementingkan, melindungi, memprioritaskan, kepentingan rakyat, penegak keadilan, serta berjuang menghilangkan kekufukarn, kedurhakaan,fitnah  sebagaimana firman allah  QS. Al- Ma'idah ayat 8.

Yang berarti  "Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"

Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan bahwa seorang yang menjadi pemimpin yang diberi amanat oleh Allah SWT, tetapi tidak menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik dan benar atau tidak dapat dipercaya maka tidak akan mencium surga. Ma'qil mendengar Nabi SAW bersabda, "Tidaklah seorang hamba yang Allah beri amanat kepemimpinan, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan baik, selain tak bakalan mendapat bau surga." (HR Bukhari).

Dalam islam memberikan panduan kriteria pemimpin yang pantas dijadikan teladan dan panutan. Antaranya adil, dapat dipercaya, kejujuran, berbudi dan mencegah hal munkar. Seperti firman Allah SWT surat An Nahl ayat 90.

Yang berarti : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran".

Serta dalam anjuran islam banyak kisah pemimpin yang zalim dan tidak berlaku adil. Salah satunya adalah Firaun. Firaun merupakan raja yang meimpin dengan zalim. Ia bebas bertindak semaunya tidak sesuai dengan nilai dan keadilan. Bagi umat yang tidak menaati perintahnya maka akan di beri hukuman. Karena sikapnya itu Allah memberi azab kepadanya. Yang tercantum dalam QS. Al-Qoshos ayat 14.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun