Mohon tunggu...
Billa
Billa Mohon Tunggu... Freelancer - Fresh Graduate Ilmu Komunikasi

Seorang fresh graduate yang menyukai dunia pertelevisian, media, dan industri kreatif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Intoleran Mengusik Toleransi

14 Februari 2018   23:19 Diperbarui: 14 Februari 2018   23:36 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu pagi adalah saat yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga atau sekedar bersantai menghabiskan akhir pekan. Bagi mereka yang beragama Kristen dan Katolik, Minggu pagi biasanya mereka awali dengan beribadah di gereja. Namun, indahnya Minggu pagi itu nampaknya tak seindah Minggu pagi seperti biasanya.

Minggu, 11 Februari 2018 sekitar pukul 07.30 WIB terjadi penyerangan saat ibadah misa sedang berlangsung. Seorang pria tiba-tiba saja melakukan serangan dan teror kepada jemaat yang sedang beribadah di Gereja Santa Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta. Dengan senjata tajamnya, pria tersebut berhasil melukai tiga jemaat, satu pastor dan juga satu anggota polisi. Pria tersebut juga merusak patung Yesus dan Bunda Maria yang ada di dalam gereja.

Gereja Santa Lidwina yang mengalami penyerangan pada Minggu, 11 Februari 2018 (sumber: http://cdn2.tstatic.net/wow/foto/bank/images/kondisi-setelah-terjadinya-penyerangan-di-gereja-santa-lidwina-bedog-desa-trihanggo_20180213_153436.jpg)
Gereja Santa Lidwina yang mengalami penyerangan pada Minggu, 11 Februari 2018 (sumber: http://cdn2.tstatic.net/wow/foto/bank/images/kondisi-setelah-terjadinya-penyerangan-di-gereja-santa-lidwina-bedog-desa-trihanggo_20180213_153436.jpg)
Mengapa Mengusik Mereka yang Sedang Beribadah?

Gereja Santa Lidwina terletak tidak jauh dari rumah saya. Kurang lebih hanya sekitar 1 km dari desa tempat saya tinggal. Bisa dikatakan di sini mayoritas warganya beragama Muslim. Meski demikian, selama 21 tahun tinggal di lingkungan ini saya merasa kehidupan beragamanya sangatlah baik. Masyarakat hidup berdampingan dengan harmonis tanpa memandang suku, agama, ras, maupun antar golongan.

Contohnya adalah saat berlangsung Idul Adha. Masjid-masjid yang berada di sini tidak hanya membagikan daging kurban kepada umat Muslim. Semua orang akan mendapatkan jatah daging kurban yang sama tanpa terkecuali.

Begitu pula saat bulan Ramadhan tiba. Banyak umat Muslim yang melakukan ngabuburitdan buka puasa bersama di masjid. Masyarakat disana tanpa memandang agama yang mereka anut bergantian memberikan takjil untuk umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Kedua contoh tersebut indah untuk dilihat dan dirasakan, bukan?

Namun, yang terjadi pagi itu sungguh miris menurut saya. Bagaimana bisa orang yang sedang berbincangdengan Tuhannya justru diusik? Diusik bukan sekedar diusik. Orang-orang tersebut diganggu ketentraman dan kekhusyukan beribadahnya. Banyak yang kemudian terluka, mengalami trauma, merasa takut dan terancam.

Kejadian seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Dikutip dari detiknews, terjadi ancaman 'teror bom' di klenteng Kwan Tee Koen, Karawang. Hal ini disebabkan hanya karena pelaku sakit hati lantaran dipecat oleh bosnya yang sering beribadah di klenteng tersebut. Kasus lain terjadi di Tolikara, Papua. Dikutip dari Sindonews.com, penyerangan tersebut terjadi saat hari pertama Idul Fitri oleh sekelompok orang yang belum diketahui identitasnya. Penyerangan tersebut mengakibatkan rusaknya enam rumah dan sebelas kios milik warga terbakar dan rusak.

Sebenarnya apa yang mendasari mereka melakukan hal tersebut? Sebagai pelaku, apakah mereka pernah membayangkan bagaimana jika mereka sedang beribadah dan diusik oleh orang yang bahkan tidak mereka kenal? Pernahkah pelaku membayangkan dampak dan kerugian yang dialami oleh para korban yang mereka serang saat beribadah?

Padahal Indonesia merdeka bukan hanya karena satu golongan. Semua saling bahu-membahu menciptakan kerukunan dan keharmonisan agar Indonesia menjadi negara Bhinneka Tunggal Ika. Lalu mengapa perjuangan tersebut dengan mudahnya dirusak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun