Mohon tunggu...
Salma Sabila
Salma Sabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student in Arabic Languange Education!

Mahasiswi meunuju tingkat akhir yang sedang memikirikan skripsi namun masih asik berspsialiasi dengan kegiatan yang selalu berganti.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN 96 UPI Kopo Sayati: Edukasi Pembiasaan Budaya Menabung Sejak Dini dengan Manfaatkan Barang Bekas Menjadi Celengan

19 Agustus 2022   15:01 Diperbarui: 19 Agustus 2022   15:04 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN 96 UPI Kopo Sayati : Edukasi Membiasakan Budaya Menabung Sejak Dini dan Memanfaatkan Barang Bekas Menjadi Tempat Cuan "Celengan" di TK Al Fazari Desa Sayati

Kuliah Kerja Nyata Tematik UPI tahun 2022 ini cukup berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sebaran lokasi disesuaikan dengan domisili para mahasiswa yang mendaftar KKN di semester ini. Konsep KKN ini cukup baik agar wilayah yang paling dekat dengan mahasiswalah yang menjadi sasaran utama untuk dikembangkan sesuai potensi lokasi tersebut.

Kelompok 96 KKN UPI diberikan tema "Desa Tanggap Budaya" di tengah masyarakat Kopo Sayati yang memang cukup beragam dan banyak sekali hal menarik yang bisa dijadikan inovasi dalam program-program yang akan digarap selama proses KKN berlangsung. Tentunya setiap kegiatan harus memiliki mitra yang ikut serta menyukseskan program yang sudah dirancang, dalam hal ini kelompok kecil KKN 96 UPI antara lain bermitra dengan Ibu Kader atau PKK, Posyandu-posyandu yang ada di Desa Sayati dan TK/TPA yang ada di Desa Sayati.

Dalam program edukasi budaya menabung sejak dini ini tim KKN mengambil lokasi di TK Al-Fazari, Permata Kopo, Desa Sayati. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2022 mengikuti jam kegiatan belajar mengajar di TK tersebut dan mengambil kelas B sebanyak 13 orang siswa TK yang ikut serta dalam edukasi kali ini. Tentunya edukasi ini diisi dengan pematerian mengenai ap aitu menabung, alasan harus menabung, dimana kita harus menabung dan diperlihatkan video pembuatan celengan yang akan dibuat dari bahan bekas yang sudah mereka bawa masing-masing.

dokpri
dokpri

Dalam proses pematerian, anak-anak sudah cukup mengerti esensi sederhana tentang menabung dan bagaimana cara menabung , mereka bisa menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan menabung ataupun dengan mengekspresikan dan memaparkan pendapat sederhana mereka bahwa menabung adalah menyimpan Sebagian uang mereka baik itu di celengan,ayah atau bunda bahkan para ibu guru yang ada di TK tersebut.

Setelah memberikan edukasi sederhana, para anak diajak untuk membuat "tempat cuan" atau celengan Bersama yang berasal dari bahan bekas yaitu botol bekas. Alasan memilih bahan bekas sebagai bahan dasar dalam pembuatan celengan tersebut agar anak-anak juga belajar cara memperpanjang umur suatu bahan yang bisa tetap bermanfaat dengan cara dirubah fungsi dari fungsi awalnya dan belajar menghargai barang apapun itu yang mereka miliki. Dengan celengan yang berasal dari bahan bekas ini juga mereka dituntut untuk kreatif dan mau mencoba membuat sendiri karena tertarik melihat bahan bekas bisa menjadi barang seperti baru.

Langkah demi langkah membuat celengan diperlihatkan melalui tayangan video yang diikuti oleh anak-anak dan dibantu para guru yang ada di TK tersebut, setelah proses pembuatan celengan selesai anak-anak boleh membawa celengan tersebut ke rumah masing-masing. Dalam program kerja ini, ada beberapa nilai budaya yang bisa kita kaitkan dengan perilaku menabung sejak dini.

Seorang Sejarawan Pantura yaitu Wijanarto mengataan bahwa menabung ini merupakan tradisi yang sudah ada sejak lama yaitu sekitar abad 13 sampai 15. Menurut beliau, ada dua asumsi awal mula tradisi menabung dikenal masyarakat di Indonesia. Yang pertama, tradisi menabung ini dimulai sejak adanya temuan berupa gerabah yang berbentuk hewan di situs kerajaan Majapahit seperti bentuk babi atau celeng, kura-kura dan gerabah bentuk lainnya yang pada masa itu digunakan untuk menyimpan uang atau menabung.

Kedua, pendapat dari Sastrawan Perancis, Denys Lombard dalam karyanya 'Nusa Jawa' ia menyebut bahwa tradisi menabung masyarakat di Nusantara itu meniru tradisi masyarakat Tionghoa sekitar abad 15 sampai 16 . Mereka mulai meniru budaya menyisihkan uang dari masyarakat Tionghoa yang dulu dating ke Jawa dan y dikenal pandai mengelola harta kekayaan Denys juga mengaitkan istilah celengan dengan hewan pembawa rezeki dalam mitologi masyarakat Tionghoa, yakni celeng atau babi.

Latar belakang budaya tersebut yang menjadikan program kerja ini juga dilakukan, anak-anak secara historis mungkin memang belum bisa menyerap informasi terkait sejarah tradisi menabung yang ada sejak lama. Namun, anak-anak di zaman sekarang ini dan di cakupan umur mereka sudah bisa mengetahui fungsi uang yang mereka miliki itu untuk digunakan memenuhi kebutuhan yang mereka inginkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun