Mohon tunggu...
syarifuddin abdullah
syarifuddin abdullah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Seni dan Perjalanan

Ya Allah, anugerahilah kami kesehatan dan niat ikhlas untuk membagi kebaikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melepas dan Menyambut Tahun Setiap Tahun Selama Bertahun-Tahun

31 Desember 2022   00:12 Diperbarui: 31 Desember 2022   00:18 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screen-shot dari google map

Akhirnya, Tahun Lama akan segera pergi dan mungkin jarang orang yang bersedih melepasnya, dengan asumsi: yang sudah, sudahlah. Tahun Baru datang dan sebagian besar orang menyambutnya dengan riang dan pesta, berteriak-teriak menerikkan count down 10, 9, 8, 7 sampai tiba momentum jam 00.00, sembari berharap-harap cemas menapaki hari-demi-harinya yang berjumlah 365 hari.

Ritual yang umumnya berlangsung meriah itu, bahkan di beberapa tempat ditingkahi dengan panggung seni, telah berlangsung berulang-ulang. Melepas dan menyambut Tahun Baru setiap tahun selama bertahun-Tahun.

Siklus tahunan yang relatif stabil berdasarkan kalender sistem solar (surya atau matahari) itu, memang menyimpan magnet khas, di imajinasi sebagian besar penduduk global. Mungkin karena hampir semua ritme kehidupan dirancang, direncanakan, ditulis dan diagendakan berdasarkan siklus revolusi bumi mengelilingi matahari.

Agenda pembangunan dan pembiyaan pemerintahan di seluruh negara, sistem keuangan global, laporan keuangan pemerintah dan perusahaan, juga perhitungan gaji dan jadwal cuti para karyawan perusahan dan pegawai pemerintah, yang berpengaruh langsung pada kehidupan semua rumah tangga, umumnya disusun berdasarkan kalender solar yang populer dengan sistem Kalender Gregorian.

Mungkin itu pula sebabnya sangat jarang orang mengaitkan agenda tahunannya ke almanak sistem lunar atau qamariyah (peredaran bulan mengelilingi bumi), seperti Tahun Hijriyah atau Tahun Imlek. Karena presisi perhitungannya relatif lebih lentur.

Kalau saya atau Anda mengagendakan kencan (dating) dengan pasangan pada awal tahun 2023, persiapannya relatif bisa dipastikan sampai Sabtu 31 Desember 2022, sebab awal tahun 1 Januari 2023 itu relatif pasti akan jatuh pada hari Minggu. Nyaris mustahil tangga 1 Januari 2023 itu akan maju ke hari Sabtu atau mundur ke hari Senin.

Namun jika mengagendakan menikah di awal Tahun Hijriyah misalnya, mungkin bisa tepat hari dan tanggalnya, tapi jangan kaget jika maju sehari atau mundur sehari.

Kalender Julian dan Kalender Gregorian

Sebelum lanjut tentang tradisi peringatan Tahun Baru, sebagai catatan ringkas tentang almanak sistem solar (syamsiyah), pernah terjadi perdebatan sengit di kalangan para ahli astronom.

Kalender sistem solar yang terdiri dari 12 bulan (Januari hingga Desember) mulai diterapkan oleh Julius Ceasar (Kaisar Julius di Imperium Romawi) pada 1 Januari tahun 45 Sebelum Masehi (SM). Setelah sistem Kalender Julian itu berlaku selama berabad-abad, muncul koreksian.

Pada tahun 1582, para ahli astronomi di zaman Paus Gregorius XIII menemukan bahwa satu tahun dalam kalender Julian ternyata lebih pendek 11 menit dibanding satu putaran matahari dalam setahun. Selama bertahun-tahun, perbedaan 11 menit itu ditambahkan menjadi tiga hari ke dalam kalender setiap 400 tahun. Akibatnya, tanggal di kalender Julian menjadi tak sesuai dengan tahun matahari.

Berdasarkan koreksian itu, Paus Gregorius XIII memutuskan pencopotan (meniadakan) tanggal dari alamank. Setelah Kamis 4 Oktober 1582M adalah atau langsung menjadi Jumat 15 Oktober 1582M. Jadi tidak ada tanggal 5 sampai dengan 14 Oktober 1582. Penghapusan sebanyak 10 hari. Sejak 15 Oktober 1582M itulah berlaku kalender Gregorian (Paus Gregorius XIII), yang berlaku di banyak negara saat ini.

Sebagai catatan, hingga saat ini, Kristen Coptic Mesir merayakan Natal pada 7 Januari (bukan 25 Desember). Sebab mereka tetap mengacu pada Kalender Julian (sebelum penghapusan tanggal). Dan setelah dihitung secara lebih cermat, ditemukan bahwa kalender Julian lebih lambat 13 hari dibanding kalender Gregorian. Akibatnya, tanggal 25 Desember dalam sistem kalender Gregorian dinyatakan jatuh pada 7 Januari dalam sistem kalender Julian. Artinya perbedaan Hari Natal antara Kristen Coptic Mesir dengan Kristen Barat dan Timur, bukan karena perselisihan teologis, tapi lebih karena konsekuensi dari teknis perhitungan astronomis.

Melepas-Menyambut Pergantian Tahun

Kembali ke soal perayaan Tahun Baru. Jika sesekali bertanya kepada mereka yang merayakan Tahun Baru di ruang-ruang publik atau di ruangan privat, jawabanya akan bervariasi. Tetapi umumnya lebih dari sekedar alasan "mental gerombolan".

Persis para pialang saham dan pasar uang. yang begitu santer terdengar satu saham blue-chip lagi booming, mereka akan ramai-ramai bertransaksi (membeli atau menjual) saham itu. Mental gerombongan ini pernah digambarkan George Soros terkait krisis moneter 1997-1998. Ibaratnya ada gerombolan itik atau bebek, bila yang di depan berjalan ke kanang, kawaan itik-bebek itu akan ikut-ikutan ke kanan.

Dan sungguh keliru, jika peringatan Tahun Baru coba dikait-kaitkan dengan soal teologis keagamaan. Memang secara historis, penanggalan Juliaan atau Gregorian itu mengacu pada tradisi Kristen (makanya juga disebut Tahun Masehi). Tetapi waktu dan hari Tahun Baru 1 Januari itu semata persoalan teknis astronomis. Sebab bahkan Kalender Julian itu sudah berlaku sebelum Jesus (Nabi Isa) dilahirkan menurut keyakinan umat Kristiani.

Penanda masa silam dan harapan ke depan

Maka perayaan tahun baru lebih merupakan kesadaran kolektif yang sudah mengglobal tentang satu momen (jam 00.00 pada pergantian tahun), yang menjadi penanda bahwa kita punya masa lalu, sekaligus penanda bahwa ada harapan ke depan. Sebuah rutinitas reguler tahunan, yang tidak pernah membosankan. Seperti jamaknya sebuah pesta, dengan segala bunga-bunganya.

Suasananya persis seperti seseorang yang merayakan hari kelahirannya secara sakral setiap tahun. Tidak bosan-bosan. Alasannya, karena merayakan tahun kelahiran ke 40 misalnya, itu hanya terjadi satu kali dalam kehidupan seseorang. Peringatan tahun kelahiran di tahun berikutnya, angkanya sudah bertambah menjadi 41. Dan begitu seterusnya.

Karena semakin banyak yang merayakannya dengan meriah, yang antara lain ditunjukkan dengan membakar jutaan kembang api untuk sesaat menghiasi langit di malam-malam hari di tempat-tempat tertentu di setiap kota, di seluruh dunia, suasananya memang menjadi momentum global.

Meskipun semua tahu, waktu momentumnya juga berbeda-beda, Sebab jam 00.00 di Asia Pasifik terjadi lebih awal di banding kawasan Timur Tengah atau Eropa dan Afrika.

Karena bumi bundar dan berputar pula, selisih jam membuat momentum perayaan Tahun Baru global tak terhindarkan dari kesan absurditas. Sebab ketika jutaan manusia berkumpul di Time Square New York Amerika Serikat untuk merayakan momen jam 00.00 pergantian tahun, kita yang hidup di Indonesia Bagian Barat, sudah berada di pukul 12.00 siang bolong pada 1 Januari 2022. 

Di Indonesia sendiri, kita memiliki tiga kali momentum bertahun baru: WIT (Waktu Indonesia Timur), WITA (Waktu Indoensia Tengah), WIB (Waktu Indonesia Barat).

Berdoa khusus di malam Tahun Baru?

Hehehehe. Prinsip ajaran doa-dan-berdoa dalam ajaran Islam (juga mungkin di ajaran setiap agama), adalah berupaya memanfaatkan setiap waktu untuk berdoa. Memang ada pengecualian momen-momen dan lokasi-lokasi tertentu yang dianjurkan untuk memaksimalkan kekhusyukkan berdoa.

Dan mengawali sesuatu, apapun itu, dengan doa tentu baik saja. Tapi meyakini dan menganjurkan doa khusus di malam pergantian Tahun Baru, mungkin akan dinilai sebagai sesuatu yang lebay. Sebab setahu saya (tolong dikoreksi kalau salah), memang tidak ada satu pun teks keagamaan yang menyebutkan secara khusus bahwa jam 00.00 di malam pergantian tahun baru sebagai momentum doa yang mustajab.

Namun, jika seseorang berdoa persis di momentum pergantian tahun (jam 00.00), dan doanya mustajab, semoga kita semua dimasukkan ke dalam doa yang dikabulkan.

Selamat memeriahkan Tahun Baru 2023 bagi yang merayakannya. Berharap seluruh rangkainnya berlangsung aman dan lancar. Semoga cita dan harapan baik di sepanjang tahun 2023 terkabulkan.

Syarifuddin Abdullah | Sabtu 31 Desember 2022/ 07 Jumadil-tsani 1444H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun