Randu mengawali obrolan santainya bersama Rafsanjani dengan bercerita tentang seorang teman lamanya yang sudah lama tak bersua.
"Saya akrab menyapanya dengan Tomalino. Orangnya selalu tenang, tidak grasa-grusu. Berasal dari keluarga bersahaja. Berkat keuletan dan ketelatenan mengelola usahanya, semesta akhirnya berpihak kepadanya: kehidupannya naik level ke jenjang lebih matang secara ekonomi, dengan standar kota kecamatan," kisah Randu.
Dari segi penampilan, Tomalino senang mengenakan baju berwarna putih, entah itu kemeja atau kaos. Boleh dibilang 99 persen bajunya berwarna putih.
Uniknya, salah satu kebiasaannya saat mengenakan kemeja putih, Tomalino selalu menyelipkan beberapa lembar uang kertas pecahan 50 ribuan di kantong depan baju putihnya. Dan karena bajunya warna putih, uang kertas berwarna biru itu akan terbayang dan terlihat oleh setiap orang yang berhadapan dengannya.
Catatan: pada periode itu, pecahan uang terbesar yang beredar adalah 50 ribuan. Bank Indonesia belum menerbitkan pecahan 100 ribuan yang berwarna merah.
Suatu saat Randu bertanya kepada Tomalino, "Untuk apa sih menyelipkan uang pecahan 50 ribuan di kantong baju depan?"
Dan jawaban Tomalino cukup unik yang disampaikan tanpa kesan angkuh. "Astagfirullah, saya sungguh tidak mau tampil sok kaya. Tak pula ingin orang lain menilai saya sebagai orang kaya".
"Tapi", lanjut Tomalino, "Saya ingin setiap orang yang melihat lipatan beberapa lembar uang pecahan 50 ribuan di kantong depan baju saya beranggapan begini: jika di kantong depan bajunya saja terselip beberapa lembar pecahan 50 ribuan, berarti di dompetnya pasti lebih banyak lagi pecahan 50 ribuan."
Randu tersenyum tipis mendengar jawaban Tomalino. Lalu membayangkan, seandainya ia hidup di Amerika Serikat, Tomalino mungkin akan menyelipkan uang kertas pecahan 100 dolar di kantong depan bajunya.
Lantas bertanya lanjut: "Dan apa yang bisa membuatmu gugup dan cemas, Tomalino?"