Dalam berkali-kali kesempatan, Randu sang Lelaki Paruh Baya (LPB) sering didaulat membaca doa untuk berbagai macam acara.
Dan bagi Randu, doa berbahasa Indonesia, yang dibacakan secara spontanitas tanpa teks cenderung lebih diresapi dan lebih khusyuk.
Meski tak semua pembaca doa mampu berdoa secara spontan dan tetap bagus dalam bahasa Indonesia. Catatan: para kiai di pondok-pondok, umumnya membaca doa bahasa Arab tanpa teks.
Pada sebuah acara resmi, Randu diminta membaca doa, tapi harus menyiapkan teks lebih dulu.
Setelah Randu menyiapkan teks doa, dan diperlihatkan kepada panitia acara, seorang panitia entah dengan asumsi apa, coba mengotak-atik dan mengedit teks doa itu. Padahal editannya tidak substantif.
Sambil bercanda, Randu bilang begini kepada panitia itu, "Teks doa itu sudah ditirakatin setiap kata dan kalimatnya. Jadi kalau diedit, teks doa itu akan kehilangan sentuhan magisnya".
Tapi panitia itu nggak paham candaan satire Randu. Ketika acara dilaksanakan, Randu membaca doa sesuai dengan teks aslinya (bukan teks hasil editan-koreksian penitia).
Oleh karena banyak pendengar doa yang memuji doa yang asli, panitia juga tak punya alasan untuk menegur kenapa Randu tidak membaca hasil editan-koreksian panitia.
Dengan alasan yang beragam, tiap kali selesai membaca doa, banyak orang yang berkomentar langsung kepada Randu: "Doanya bagus, Randu".
Dan kayaknya, maksud doa yang bagus ini antara lain: sesuai konteksnya, kalimat doanya tersusun baik, diksi yang tepat, dan intonasi bacanya yang enak-nyaman di telinga pendengarnya.
Meski terasa pujian, bagi Randu, komentar macam itu kurang pas aja. Sebab baik-buruknya atau bobot dan kualitas setiap doa, bukan terletak pada bagus-tidaknya, tapi apakah doa itu maqbul (berterima atau tidak).
Boleh jadi, ada doa yang terkesan kurang bagus kalimat-diksi-intonasi bacanya, tapi maqbul (diterima atau dikabulan). Bisa juga, ada doa yang dianggap bagus dari segi kalimat-diksi-intonasi bacanya, tapi justru mardud (ditolak atau tidak dikabulkan).
Apapun itu, bagi Randu, kata kunci utama untuk semua doa adalah keikhlasan.
Syarifuddin Abdullah | 09 Nopember 2022/ 14 Rabiul-tsani 1444H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H