"Randu di sini aja, mengawal dan menjaga gawang," kata Darapanah dalam sebuah rapat yang membahas pemberangkatan tim ke Medan.
Randu tak merespon sepatah kata pun. Hanya tersenyum. Sebab bagi Randu, "menjaga gawang" itu terlalu halus, lebih tepat jika disebut "menjaga kandang".
Selama kurang lebih tujuh pekan, melalui beberapa kali rangkaian rapat persiapan keberangkatan tim ke Medan, setiap kali ditanya oleh pimpinan rapat: "siapa-siapa saja yang berangkat ke Medan?" Darapanah selalu menjawab dengan sigap, "Saya (Darapanah), Ratamali, Ismailova. Sementara Randu tidak berangkat, akan di sini saja menjaga gawang".
Sebenarnya, tak pernah terjadi konflik terbuka antara Randu dan Darapanah. Keduanya bekerja di satu unit pada sebuah instansi, dan saban hari tetap saling menegur, say hello, meski dengan mimik keramahan yang kering.
Karena sikap Darapanah yang terkesan resisten itu, Randu mulai mencoba menganalisa kenapa Dapanah sepertinya merasa sangat tidak nyaman jika Randu ikut ke Medan. Padahal, sedikiit pun, Randu tak memposisikan Darapanah sebagai saingan. Nggak kelas, soalnya.
Randu coba mengingat-ingat, merujuk ke periode sekitar empat bulan ke belakang. Memang, dalam sejumlah rapat yang membahas isu lain, sudah dua-tiga kali Randu mematahkan secara telak argumen-argumen Darapanah.
Mungkin karena itulah, Darapanah merasa tidak nyaman bila Randu hadir dalam rapat. Kehadiran Randu membuat Darapanah selalu khawatir jika mengajukan inisiatif, argumennya akan langsung dipatahkan oleh Randu. Dan kayaknya, sebagai konsekuensinya, Darapanah juga berupaya agar kali ini Randu tak ikut berangkat ke Medan.
Darapanah tampaknya memposisikan event di Medan itu sebagai momentum untuk meniti karirnya, dan ia tak ingin agendanya terganggu oleh Randu.
Dan jujur, bagi Randu, sosok Darapanah adalah pekerja profesional, cermat dan serius. Cuma cenderung enteng mengglorifikasi hal-hal yang sebenarnya sederhana.
Sebaliknya, Randu sang Lelaki Paruh Baya termasuk kategori orang yang seringkali tak kuasa menunda untuk merespon atau meluruskan hal-hal yang dianggap tidak rasional atau terlalu diglorifikasi.
Dan bagi Randu, tidak ikut berangkat ke Medan sebanarnya juga bukan persoalan yang serius-serius amat. Toh dia sudah berkali-kali berkunjung ke kota itu.
Lagi pula, jika ditamsilkan dengan permaianan sepakbola, posisi kiper atau penjaga gawang adalah benteng pertahanan terakhir dan menentukan kemenangan dan/atau kekalahan sebuah kesebelasan. Seorang striker yang handal, sekelas Messy atau Ronaldo sekalipun, belum tentu becus jika ditempatkan sebagai kiper.
So, there is nothing to worry about. Meski menjaga gawang seharusnya disebut menjaga kandang.
Syarifuddin Abdullah | 05 Nopember 2022/ 10 Rabiul-tsani 1444H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H